-Menurut kamu, apa menyukai atau mencintai orang bisa menentukan batas waktunya?-
Jessen mengaduk-aduk minumannya, menunggu lawan bicaranya membuka suara. Jessen menghela, "Setelah narik gue, sekarang gak mau ngomong?"
"Jessen..."
"Apa lagi? Kali ini alasan apa lo ganggu kegiatan gue?" tanya Jessen dengan nada sarkas.
Mungkin kalian bisa menebaknya, Alisa. Entah dari mana gadis itu muncul langsung menarik Jessen dari teman-temannya. Alisa ragu-ragu untuk membuka suara, ia mencoba menghilangkan kegugupannya. Baginya sudah cukup lama ia tidak berhadapan dengan Jessen sedekat ini, karena untuk duduk di dekatnya saja tidak berarti bagi Jessen.
"Kalo gak ada yang keperluan penting, gue per-"
"Je!" Alisa dengan cepat menahan lengan Jessen yang kini sudah bangkit dari duduknya. Jessen menaikkan sebelah alisnya sembari menatap lengannya. Alisa menyadari hal itu yang mungkin mengganggu bagi Jessen langsung melepas tangannya, "Ha-hanya sebentar, benar-benar sebentar..."
"Oke." Jessen kembali duduk sembari menatap Alisa datar.
Awalnya Alisa membuka muiutnya hendak berbicara, entah kenapa dia mengurungkan niatnya. Jessen menghela panjang, "Lis, gue gak ada waktu buat nungguin lo terus."
"Kamu masih pacaran sama Riska?" Alisa menatap Jessen ragu.
Jessen mengernyitkan keningnya, "Memangnya kenapa?"
Alisa tak langsung menjawab, Jessen mengetuk-ketuk meja dengan jarinya. "Jangan bilang lo masih kejar gue? Lis, gue udah bil-"
"Karna aku liat dia sama cowok lain!" Jari Jessen terhenti.
"Itu temannya..."
"Dia sudah bilang ke gue kalo hari ini mau jalan," tambahnya.
Alisa menggeleng tanda tidak setuju, "Bukan, dia bukan temannya. Mereka berdua...mereka berdua lebih terlihat mesra daripada akrab." Jessen tersenyum tipis, Ternyata bersama James...
"Itu aja?" Alisa menatap Jessen tak percaya. Dia tidak habis pikir, apa Jessen tidak masalah mengetahui bahwa pacarnya akrab, bahkan lebih mesra dengan orang lain? Jessen tersenyum kecut seolah-olah mengetahui isi pikiran Alisa, 'Bagaimana bisa aku setenang ini?' Jawabannya mudah, karena bukan aku yang terlihat di matanya.
Jessen menghabiskan minumannya, "Ya, itu aja. Sekarang giliran gue, sampai kapan lo suka sama gue yang gak pernah menanggapi perasaan lo?" Alisa terdiam, dia menunduk. Sebenarnya niat Jessen bukan mau mendorong Alisa lebih jauh lagi, hanya saja dia juga membutuhkan jawaban untuk pertanyaan seperti itu. Untuk dirinya lebih tepatnya.
"Menurut kamu, apa menyukai atau mencintai orang bisa menentukan batas waktunya?" Alisa mengangkat kepala, menatap Jessen lurus. Lelaki yang terus mendorongnya jauh sampai saat ini, Alisa tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. I&U : Pacar Kontrak [END]
Humor[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Jangan plagiat!] ⚠Warning : Kata kasar berserakan, retceh tapi garing, typo udah hobi, yang mampir langsung terima gaji⚠ I and U series #1 "Oke, mi...