28. Soon this

2.6K 87 3
                                    

Menit berganti dan jam juga sudah menunjukkan pukul sebelas siang.
Setelah menunggu acara mandi sang wanita, Arka langsung menancapkan gas mobilnya dan membelah jalanan kota untuk menuju butik.

Malas bagi dirinya untuk keluar siang siang seperti ini karna menurutnya lebih baik bekerja di kantor dengan ruangan tenang di sertakan AC yang menerpa kulit lalu berhadapan dengan kertas kertas.
Sedikit bosan tapi itu bahkan sudah kebiasaannya sehari hari.

Jika bukan di suruh orang tua Agatha untuk ke butik mungkin sang lelaki akan mengajak nya besok atau lusa.
Sesampai di parkiran mereka lalu turun dengan tangan Arka yang tak ingin melepaskan sejengkal tubuh calon istrinya agar orang yang melihat tau jika Agatha hanya milik dirinya seorang.

Arka segera menunjukkan kartu nama miliknya dan mengangguk membalas ucapan selamat datang dari pemilik butik diikuti senyum manis sang wanita.

"Ada pada ruangan pribadi nomor 206 tuan dan nyonya, kami sudah menyediakan ruangan private "

"Terima kasih"

Dengan langkah jalan biasa Arka mencoba mengimbangi langkah kecil wanitanya yang tidak bisa secepat dan selebar saat dia melangkah "lain kali jangan membawa sepatu hak tinggi" bisiknya dengan memberikan kecupan di pelipis Agatha sampai wanita itu mendengus karna geli.

"Apa kau sangat kelelahan hm? Ayolah demi calon anak kita yang masih mencari sel telurmu sayang" ucapnya dengan memeluk Agatha erat dari belakang dan memberikan kecupan di bahu terbuka wanitanya. "Arka malu" cicitnya saat bukan hanya dirinya dan Arka saja yang berada di dalam lift melainkan sang pemilik butik yang menahan senyum dengan menunduk.

"Why? I just hugged you." Lirihnya dan semakin mempererat pelukannya.
Agatha pun memilih diam dan sedikit menyampingkan kepala saat Arka mengendus di bagian leher.

"Mmhh" desah Agatha kecil dan meremat lengan Arka yang melilit perutnya saat sebuah jilatan basah dan hisapan sedikit kuat bagai sengatan listrik menerpa bagian lehernya,dirinya spontan menggigit bibir bawah agar suaranya teredam. "Arka don't start" ucap Agatha pelan takut terdengar.

-------

Tiga hari berlalu....

"Bagaimana dengan rumah kita hm? Apakah wanita ku menyukainya?" Bisik Arka dengan memeluk Agatha dari belakang. Agatha tersenyum senang dan mengangguk mengiyakan ucapan sang lelaki yang bertanya.
"Ini sangat indah Arka, kita bisa melihat pemandangan dari lantai dua ini dan udaranya sangat segar"

Arka langsung tersenyum mendengar titahan sang wanita yang menyukai rumah baru yang ia beli sebagai rumah pernikahan mereka nanti, dirinya yang selalu membagi waktu dengan selalu menyuruh tangan kanannya Gilang dan pak Joni agar melakukan renovasi sebaik mungkin dan membeli peralatan yang dominan dengan Seruak minimalis dan kasual.

"Aku tidak sabar menanti hari esok sayang" lirih Arka dengan memberikan kecupan basah berkali kali di bahu sang wanita.
Agatha mengangguk malu dengan pipi merona mengingat besok adalah hari penting bagi mereka berdua.

Agatha memejam menikmati usapan Arka yang menyapu perut ratanya dengan halus dan lembut, dirinya melenguh manja saat Arka menurunkan tali dress miliknya dan meninggalkan bekas kemerahan di bahu serta leher lalu meremas dua buah dada secara lembut. Sang lelaki lalu memutar tubuh Agatha agar menghadapnya dan menempelkan kening mereka.

Agatha langsung memeluk leher Arka dan mengusap bagian belakang telinga lelakinya sampai bibirnya di panggut mesra dengan pelukan hangat. Agatha semakin menarik kerah kemeja Arka dan mulai menggoda dengan meraba dada bidang yang keras itu, membuka kancing kemeja secara perlahan dan mengecup tato sayap yang membentang di dada Arka.

Arka segera mengangkat tubuh wanitanya menuju ranjang dan merebahkan secara perlahan.
Mungkin malam ini akan menjadi malam kenikmatan mereka di ranjang serta rumah baru yang akan ia tempati dengan Agatha nanti.

Belum sampai dress miliknya terlepas, Agatha sudah menutup mulutnya dan mendorong dada Arka untuk menjauh.
Dirinya langsung bangkit dan berlari menuju kamar mandi meninggalkan Arka yang kebingungan.

"Heyy ada apa sayang hm?" Ucap Arka panik dengan memijat tengkuk belakang Agatha agar sang wanita mereda dari rasa mual.

"Perutku mual, ak.." ucapannya kembali terhenti saat memuntahkan air dari mulutnya, wajahnya tiba tiba menjadi pucat dan tubuhnya melemas sampai dirinya di angkat dan di baringkan menuju ranjang.

"Kita kerumah sakit ya?"

Agatha menggeleng dengan memilih masuk ke dalam celuk leher sang lelaki.
"Tolong menurut, berikan aku kesempatan untuk merasakan jika calon anakku sudah tumbuh di janinmu" ucapnya yang membuat Agatha terdiam. Gadis itu langsung mendongak dengan mata membulat.

"Arka" panggilnya

"Yes Baby"

"Aku telat datang bulan" ucap nya baru ingat jika dirinya tidak kedatangan tamu bulan kemarin.

Arka langsung menyunggingkan senyuman indah "kita kerumah sakit dan pastikan jika anak kita berada di dalam sini, ya?" Ajaknya yang di angguki Agatha semangat.

-------



Setelah memeriksa keadaan Agatha di dokter khusus kandungan karna sang lelaki terus berkata tidak sabar dan memaksa dirinya agar cepat menemui dokter kandungan yang seharusnya sudah jam istirahat, namun karna perintah Arka yang mendesak dan tidak terbantah akhirnya Agatha di periksa dan memunculkan hasil tes yang membuat mereka bahagia.

"Jaga baik baik kandungan nyonya, usia kandungan sudah menginjak tiga Minggu"

Arka yang mendengar ucapan sang dokter pun mengangguk, berarti selama ini calon anaknya sudah tumbuh di rahim sang calon istri namun gejala muntah baru di rasakan tadi. "Ini vitamin agar kandungannya kuat dan ini obat nya"

"Terima kasih" Agatha.

"Sama sama nyonya"

Arka langsung menarik pinggang wanitanya dan menundukkan kepala kepada dokter yang sudah memeriksa Agatha.
"Maaf saya mengganggu waktu istirahat Anda" sang dokter langsung terkekeh dan menggeleng "Sudah tugas saya melayani"

"Ayo sayang" ajaknya lalu keluar ruangan dengan Agatha yang tersenyum dan menatap Arka dari bawah.

Setibanya di mobil Arka langsung mengusap pucuk kepala wanitanya dan mengusap perut rata Agatha pelan.
"Terima kasih, aku sangat bahagia sekarang" ucap sang empu dan menarik tengkuk Agatha untuk mendapatkan ciuman yang hangat, Agatha yang selalu terbuai akan lumatan mesra itu pun membuka mulut dan merasakan jika lidah sang lelaki mengakses rongga mulut nya dengan lembut.

Arka langsung melepaskan ciuman nya saat tangan mungil itu menarik kerah kemeja yang ia pakai. Dilihatnya secara telaten jika Agatha semakin berseri di matanya dengan rona merah di pipi dan bibir tipis yang sedikit membengkak.

"Ahh ibu hamilku sangat cantik" pujanya dengan mengecup singkat bibir Agatha.








Arka AlvaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang