Preface: Swillhouse, Hide and Seek

13.8K 963 26
                                    

SCBD, Fair Ground, pukul 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SCBD, Fair Ground, pukul 23.19

Garin itu sempurna, untuk Saga yang merasa banyak kurangnya. Tapi hari ini Saga sedang lelah dengan Garin yang selalu saja menumpu kesalahan kepadanya. She always put him in the wrong side, she never gave Saga any chance to speak up.

Dan sekarang, Sagara Adipati sedang dalam fase menyesal karena putus dengan pacar dua tahunnya itu. Duduk sendiri di meja yang ia sewa ia cukup merasa kesepian, meski club ini ramai orang yang sedang berjoget, mengobrol, mabuk atau ciuman seperti apa yang terjadi di sofa sebelah.

Lampu sorot semakin berkedip liar, untungnya remang membuat dia tak begitu jelas dilihat orang. Beberapa pengunjung perempuan ada yang menatapnya genit, sebagian lagi terlihat ingin menghampiri Saga yang memang sendirian, tapi tak ada satupun yang berani.

Merasa keramaian begitu sia-sia, Saga ingin beranjak saja dari table yang merogoh kocek dua jutaan itu. Percuma juga ramai, kalau otaknya hanya tertuju pada satu perempuan yang sama.

Mungkin memang salah Saga yang kini menempatkan pekerjaan di atas segalanya.

Mungkin memang salah Saga yang tak menggubris telepon tengah malam dari Garin di Lanchaster sana.

Mungkin memang salah lelaki itu yang....

"Shit, Maudy Ayunda udah lulus aja dari Standford!"

Saga yang larut dalam pikirannya sendiri mulai memfokuskan pendangarannya ke arah sekumpulan perempuan muda yang sedang membahas berita——yang akhir-akhir ini menjadi trending topic nomor satu di Indonesia, mulai dari Instagram, Twitter, Facebook sampai status whatsapp anak muda yang sedang menggebu memberi karya sebagai ajang unjuk gigi dan pamer prestasi, walaupun kebanyakan dari mereka justru menunjukan insecurity. Tanpa menoleh, Saga tersenyum ketika seseorang menyampaikan pendapatnya dengan santai, diikuti argumentasinya.

"Ya gue sih daripada insecure dengan Mbak Maudy Ayunda, mendingan mempersiapkan diri untuk menjadi ibu yang bisa memfasilitasi anak-anak gue kelak agar memiliki privilege yang sama seperti Mbak Maudy. Karena gue sadar, gue nggak akan bisa jadi kayak Mbak Maudy, tapi anak gue bisa. Yakan?"

"Emang lo mau jadi ibu? Penganut childfree kayak lo?"

"Ya... Enggak sih, hehe. Ngurus diri sendiri aja nggak becus gue. Tapi nggak tahu lima tahun lagi, mungkin pemikiran gue bakal berubah, mungkin... gue udah becus?"

Tentang privilege Maudy Ayunda, dan keinginan dia untuk menciptakan Maudy Ayunda yang lain pada anaknya kelak. Lucunya, perempuan yang bicara itu tidak mau punya anak.

Saga jelas merasa terhibur, hingga tanpa sadar ia mulai menikmati kegiatannya menguping para perempuan yang usianya diperkirakan baru di awal 20-an itu di samping kanan meja yang ia sewa. Tanpa tahu jelas siapa yang bicara di samping tablenya.

"Guys, i have to pee. Gibahnya pending dong."

Sudah berapa jam Sagara tak mengangkat sudut bibirnya? Bahkan pamitnya perempuan itu membuat Saga tersenyum. Typical of queen bee.

Marrytime ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang