Part 15: Moments

5.9K 639 70
                                    

Ternyata, membiasakan diri menjadi seorang istri Saga seminggu terakhir, tidak terlalu sulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata, membiasakan diri menjadi seorang istri Saga seminggu terakhir, tidak terlalu sulit. Laki-laki itu tak menuntut banyak hal. Mulai dari Kia tak wajib masak——Saga tahu Kia adalah manusia serba instan dan Saga memiliki pembantu rumah tangga juga untuk memenuhi makanan yang diinginkan olehnya, jadi menurut Saga, Kia tak perlu terjun ke dapur, Saga nggak mau dapurnya berantakan, mulut kejamnya bilang begitu pada Kia.

Saga akan senang bila Kia menuruti apa yang dia inginkan contohnya olahraga, tidak terlalu banyak junkfood dan minum susu hamil.

Saga tak pernah menyentuhnya atau meminta yang aneh-aneh-mungkin belum tapi Kia juga belum mengharapkan itu terjadi sih, hehe.

Mereka akan tidur kelelahan karena aktivitas harian masing-masing sampai subuh menjelang-—mereka tidur di satu ruang yang sama pada akhirnya.

Saga mengizinkan teman-teman dan sahabat-sahabat Kia bertamu, Kia diizinkan mengecat kamar dengan warna yang dia pilih: cream, Kia dipersilahkan menata ulang kamar juga dan yang paling Kia senangi setelah menikah dengan lelaki ini selama sepekan belakangan adalah, kebersihan dan keteraturannya. Hal yang cukup bertentangan dengan Deva yang agak semerawut.

Ups, Kia tak bermaksud mengingat soal Deva di saat-saat seperti ini.

Kini dia membenamkan wajahnya pada bantal yang ia bawa ke meja belajar. Besok hari pertamanya UAS, setidaksuka itu dia dengan belajar, namun kegiatan membaca-menghafal-memahami, wajib ia lakukan kalau tak ingin punya IP anjlok. Semester ini banyak hal mendistraksi urusan kuliahnya. Apalagi soal hamil-menikah.

Padahal perasaannya mengatakan bahwa kemarin baru saja masuk semester baru. Apakah waktu selalu berjalan secepat itu?

Kia memegang perutnya, "Kamu nanti harus sombong karena punya mama kayak mama kamu ini ya!" Lalu dia terkikik geli karena ulahnya sendiri.

Derit pintu terbuka langsung membuat Kia mengangkat kepalanya dari bantal. Saga berada di sana, sedang melepas kaos futsalnya dan mengangkat kedua alis. "Tumben," ledeknya pada Kia yang berada di depan buku.

Kia mulai terbiasa dengan pemandangan ini. Telanjang dada adalah hal yang sering Saga lakulan, termasuk ketika tidur, meski pendingin ruangan sudah bekerja ekstra keras.

Peluh yang masih menetes dari tubuh Saga, terkena pantulan sinar senja minggu pagi cukup membuat Kia menahan pandangannya pada lelaki yang baru saja menyandang gelar suaminya seminggu belakangan "Cobaan apa lagi ini ya.."

"Hah?" Saga berbalik dan menaikan alisnya. "Sorry ngomong apa tadi, saya nggak denger."

"Untung nggak denger.." Bisik Kia pelan untuk kedua kali.

"Aduh Ki, kalo ngomong digedein lagi suaranya." Saga berjalan mendekat. "Kenapa?"

Kia memutar bola matanya."Tadi kamu bilang tumben? Kamu sering lihat aku menghapal ekstra keras untuk praktikum dan lain-lain loh padahal."

Marrytime ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang