Part 28: Story Telling (Revised)

4.9K 494 266
                                    

Anak usia 12 tahun saat itu nggak tahu, kalau uluran tangan perempuan kaya nan cantik jelita primadona sekolah padanya akan membawa banyak hal membahagiakan sekaligus memusingkan di hidupnya bertahun-tahun ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak usia 12 tahun saat itu nggak tahu, kalau uluran tangan perempuan kaya nan cantik jelita primadona sekolah padanya akan membawa banyak hal membahagiakan sekaligus memusingkan di hidupnya bertahun-tahun ke depan. Garini Eka Puri adalah penolongnya dari kelaparan di sebuah istirahat 15 menit saat kelas 7. Ami, manusia biasa-biasa saja yang masuk sekolah internasional berkat beasiswa yayasan, merasa dapat malaikat kala itu. Berkat Garin dan keluarganya, Ibunya yang bekerja sebagai buruh pabrik memiliki kehidupan yang lebih layak. Diangkat jadi kepala cleaning service di kantor Ayah Garin, dia dan adiknya juga bisa bersekolah di tempat yang sama seperti seorang Garini.

Melakukan permintaan Garin kali ini bukanlah sebuah ajang balas budi. Ami meyakinkan diri sendiri bahwa inilah keharusannya.

"Ami." Garin menggenggam tangan Ami saat ini. Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah keluarga Saga untuk 'mengaku'. "Maybe, kita bisa cari orang lain untuk tanggungjawab."

"Nope. Nggak ada oranglain. Cuma gue." Ami melihat jalanan lewat media tembus pandang di samping kirinya. "Orang lain nggak punya motif kuat, Rin. Tapi gue punya... Gue bisa bilang kalau gue adalah sahabat lo yang nggak suka lihat Saga ninggalin lo, jadi gue menempuh jalan ini." Matanya memuat keraguan. "So.. ini udah bener."

Ami mengerjapkan kelopak Gandanya. "This is the last thing i can do as your best friend, assistant, manager, and family."

Garin menapaki jejak wajah Ami dan mengangguk sedih. "Sorry, berkat keserakahan gue malam itu... Berkat lupa dirinya gue... Lo.."

"Malam itu ada atau nggak, lo tetep mau jatuhin mental Kia kan? Ada dan nggak ada gue." Ami menarik napas panjang. "I know you, kita temenan nggak setahun dua tahun Rin. Sekali lo punya rencana, lo harus laksanain itu. Gimanapun caranya."

Lantas usai mereka berada di pagar depan rumah orangtua Saga, keduanya berpelukan. "Abis ini nggak ada alasan lo buat mempekerjakan gue. Bisa aja gue dipenjara."

Garin menggeleng. "Gue akan keluarin lo. Gimanapun caranya."

Mata Ami menyipit. "Jangan nambah-nambahin dosa lo ah Rin. Dosa lo tuh udah banyak, selingkuh itu dosa lo yang paling gede." Perempuan itu mencoba bercanda.

"Berhenti Rin." Ami tersenyum. "Kalo lo siap, berhenti. Who's gonna back up you, in the future? Saski masih koma."

Garin menunduk, tangannya menggenggam erat pergelangan Ami, seolah tak ingin menyerahkan manusia ini untuk dikorbankan. "Ayo kita balik pulang aja, Ami..."

Pintu mobil yang terbuka adalah jawaban Ami yang menolak untuk kembali. Perempuan itu berjalan ke berada depan dengan tujuh undakan tangga kecil menuju pintu masuk rumah yang ternyata cukup dingin bila dirasakan. Ami pernah ke rumah ini dulu, waktu Garin masih sama Saga, tapi keadaannya beda. Dia hanya seorang terdakwa hari ini.

Mata Garini mengedar ketika ia dan Ami telah masuk ke dalam rumah keluarga Saga. Kedua orangtua Saga hadir. Pun dua kakak Saga dengan istrinya. Sayup terdengar suara bocah-bocah yang sedang main. Pasti kolam berenang belakang, pikirnya.

Marrytime ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang