Part 23: Sagara, Cat and the Flowers Bloom

4.6K 479 240
                                    

Gea tadi habis arisan dengan geng sosialitanya, karena melewati kompleks perumahan sang anak bungsu dia jadi tertarik untuk mampir, mau lihat menantu lucu dan imutnya, Kiara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gea tadi habis arisan dengan geng sosialitanya, karena melewati kompleks perumahan sang anak bungsu dia jadi tertarik untuk mampir, mau lihat menantu lucu dan imutnya, Kiara. Entah sejak kapan Gea mulai menyukai anak itu beserta sikap blak-blakan namun lugu yang Kia tunjukkan pada semua orang. Gea tak merasa terganggu dengan Kia meski gadis itu hamil duluan--walau tadinya hampir berburuk sangka kalau Kia hanya aji mumpung minta pertanggungjawaban anaknya, Sagara. Tapi terbukti, Kia bukan perempuan rendah begitu ada tes DNA yang menguatkan ditambah sikap Kia yang teguh pendirian. Gea rasa, Ayah Kia membesarkan putrinya dengan sangat baik, ia bisa melihat sahaja dari seorang Wibowo Ghiman memperlakukan putrinya di pertemuan singkat mereka.

Sebelum sampai rumah Saga, ia membeli cake cokelat, entah Kia suka atau tidak dengan rasanya, Gea tak mau beritahu perihal kedatangannya, tidak lucu juga sih, tiba-tiba tanya suka cake apa? Nanti Kia curiga. Gea mau datang sekonyong-konyong. Hitung-hitung kejutan.

Jujur, sebelum kenal Kia, Gea pikir Garin adalah perempuan yang paling pas untuk anaknya. Dewasa, bijaksana, cerdas dan keluarganya cakap juga terkenal arif. Lagipula, anak tengahnya sendiri yang mengenalkan Saga pada Garin, tentulah bibit bebet bobotnya tak perlu diragukan lagi. Saga adalah anak bungsu yang manja waktu kecil dulu, Garinpun anak bungsu, namun perempuan itu dewasa sekali kelihatannya, dia mampu merangkul Saga. Makanya Saga dan Garin diberinya kesimpulan sebagai pasangan ideal. Tapi setelah kenal Kia dan melihat kebersamaan singkat anaknya dengan perempuan yang sedang berbadan dua itu, sepertinya karakter kekanak-kanakan Kia cukup gemas jika bersanding dengan si bungsu, Kia bisa melatih Saga bersikap semakin dewasa. Istilahnya, kalau dengan Garin Saga 'di-mong' kalau dengan Kia Saga justru 'mengemong'. Kapan lagi melihat Saga melotot sebal dan ringisan lebar Kiara berbaur menjadi satu? aduh, membayangkannya saja buat Gea semangat.

Jadi, tidak ada masalah dengan Kia. Kia juga cantik dan menarik kok, bahkan jauh di luar ekspektasinya. Gea harap Saga bisa lupa Garin dengan cepat, karena sungguh, Kia patut sekali untuk disukai dan Gea yakin kalau Kia bisa membuat Saga menyukainya. Karena sebagai wanita tua saja, dia mudah menyukai Kia, apalagi Saga kan? Laki-laki dewasa normal mana yang menolak Kia?

"Jadi ke rumah Mas Saga, Bu?" tanya Pardi, supir yang telah bekerja dengannya lebih dari 10 tahun.

"Jadi Pak," jawab Gea semangat. Ia bahkan sudah bersiap-siap turun dari mobil sebelum mobil itu sampai di blok D--blok rumah Saga.

Masih pukul tujuh malam, namun rumah anaknya ini terbilang sudah cukup sepi. Gea melongok ke carpot, tak ada mobil Saga terparkir di sana, pun garasi, hanya ada dua mobil lain yang menganggur dan keduanya bukan
Mobil yang biasa digunakan sang putra.

Pada dering bel ke dua, pembantu rumah tangga Saga--yang tadinya bekerja untuk dia, membuka Pintu. Suara langkah kaki Mbok Sirah yang tergopoh-gopoh terdengar menyambutnya bahkan sebelum pintu terbuka.

"Eh, Mbok Siraaaah." Ibu tiga anak itu memeluk dan menciumi pekerja rumah tangga anak bungsunya. "Kianya mana mbok?" tanya Gea langsung mencari keberadaan menantu bungsu ketimbang bertanya lokasi anaknya sendiri.

Marrytime ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang