Part 33: Sweet Things (Reposted)

5.8K 544 165
                                    

Kia menghapus air matanya yang agak menggenang di pelupuk dan memandangi bangunan hotel bintang lima kawasan Bintaro yang membuat jantungnya tidak berhenti berontak, meminta dinormalkan segera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kia menghapus air matanya yang agak menggenang di pelupuk dan memandangi bangunan hotel bintang lima kawasan Bintaro yang membuat jantungnya tidak berhenti berontak, meminta dinormalkan segera. Gurat khawatir yang sedari tadi berusaha ditepisnya perlahan tenggelam. Garin mungkin sudah menunggu di dalam restoran hotel. Sambil meremat jemarinya di atas perut, Kia memejamkan mata.

"I never doing this before. I never.... Fight for a man before.... Why? Why i should trying so hard...." Masih meletakkan jemari di bagian bawah perut buncitnya. "Cantiknya Mama... Ayo bantuin Mama usir burung liar!"

Tangannya merogoh tas yang ada di samping kursi kemudi, mencari sisir bentuk lempengan yang selalu ia bawa kemanapun. Sisiran dengan gerak tumpul berubah tajam dan brutal terburu-buru saat getar-getar panggilan dari lelaki yang seranjang dengannya setiap malam terpampang jelas di layar ponsel pada pangkuannya.

Saga.

Tapi sampai lama getar ponselnya terus menuntut jawab, Kia tidak mengangkatnya.

Kia melihat rambutnya di telapak tangan usai disisir lantas mendesis, miris sekali menyaksikan rambut indahmu sebelumnya, kini mudah patah.

Entah efek mewarnai rambut atau dampak stress akut. Atau bisa jadi gabungan keduanya yang memberi akses sangat keji, Kia hanya sanggup memaki rambut-rambut yang sama sekali nggak bisa mendengarnya.

Selesai mengomel dengan rambutnya sendiri, gawai Kia bergetar kembali, sang suami rupanya konsisten meneleponnya untuk memastikan bahwa dia sudah kembali ke rumah dengan selamat.

"Hal-"

"Kia, Sayang, kamu dimana?"

Sayang katanya. It beautiful but has no meaning, right? Kia menghembuskan napas berat, namun bukan yang terberat dalam minggu ini.

Perempuan itu memandang lapangan parkir yang luas lalu mencari alasan kecil. "Parkiran Alfamart," ucapnya. Kia Tidak mungkin bicara kalau mau bertemu Garin karena perempuan itu tidak bisa memprediksi tindakan suaminya. Jadi biarlah begini.

"Everything is okay Kan, Ki?" tanya Saga kemudian.

"Apanya? Aku atau anak kamu?"

"Dua-duanya. Ibunya gimana, baby gimana?"

"Oke aja sih tapi ada beberapa hal yang harus aku omongin sama kamu, nanti ya di rumah." Kia melihat spion tengahnya, memastikan eyeliner berada di tempat yang semestinya.

"Nggak bisa sekarang?"

"Nggak."

"Oh... Gitu.. yaudah..." Saga yang pasrah di balik telepon sana memberi isyarat pada si temannya yang izin keluar dari ruang rapat kepadanya, meninggalkan dia sendirian.

"Yeah..."

"Ki?"

"Hm?"

"Hati-hati."

Marrytime ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang