Hujan dan Permohonan

1K 168 20
                                    

Hinata menatap langit yang masih menitikan air hujan sampai sore ini. Dia sedang duduk di bangku halte dekat sekolahnya seorang diri. Maklum saja, halte ini tidak dekat dengan gedung besar apapun jadi yang memakainya di jam seperti ini hanyalah siswa dari sekolahnya.

Lalu kenapa dia seorang diri? Tentu, karena jam pulang sudah sejak dua jam yang lalu. Jadwal piket membuatnya harus merasakan pulang terlambat bersama rekan piket yang lain. Yang sayangnya sudah pulang sejak tadi karena berbeda bus dengannya.

Hinata menghela nafas, ia lelah menunggu. Jadwal bus berikutnya masih sekitar satu jam lagi, di rumah juga sedang tidak ada siapapun yang bisa menjemput nya. Ibu dan Ayah sedang mengunjungi Nenek yang sedang sakit sejak seminggu lalu. Kak Neji sore ini ada keperluan dengan dosennya.

Jalanan masih ramai dengan kendaraan, tapi tidak dengan pejalan kaki. Mungkin mereka kebanyakan menepi, tidak di halte itu tentunya.

Hinata terus menatap air yang jatuh itu guna mengusir kebosanan. Ia jadi teringat, saat kecil dulu Ayah pernah bilang, jika kita menutup mata dan membuat permohonan saat hujan, harapan kita akan jadi kenyataan. Gadis SMA itu tersenyum sendiri mengingat hal itu. Konyol bukan? Dia yang saat itu berusia delapan tahun pun tidak mempercayai nya. Tapi mungkin tidak ada salahnya untuk mencoba di saat seperti ini.

Baiklah, Hinata pun menutup matanya.

Aku membayangkan mendapatkan seorang kekasih manis dan baik hati.

Pemuda dengan tatapan hangat dan senyum secerah matahari. Dia selalu membawa keceriaan pada orang-orang di sekitarnya.

Dia seorang yang penyayang dan setia. Pemuda itu mencintaiku dan aku mencintainya.

Oh iya, dia harus tahan dengan sikap manjaku seperti Ayah.

Hinata tersenyum geli dengan apa yang baru saja diharapkannya. Kenapa tiba-tiba dia mengharapkan seorang kekasih? Selama lima belas tahun hidupnya dia belum pernah berpacaran. Lalu kenapa tiba-tiba berharap seperti itu?

Sepertinya akibat sering mendengar Sakura dan Tenten yang membicarakan kekasihnya, membuat Hinata jadi ikut memikirkan asmara.

Tiba-tiba suara seseorang di sampingnya membuatnya terkejut dan menoleh ke samping kanan.

"Orang lain akan menganggap mu sakit jika kau tersenyum sendiri seperti itu."

Seorang pemuda tampan dengan rambut pirang duduk di sampingnya sembari tersenyum menatapnya.

Hinata mengerjapkan matanya, sesaat terpaku pada pemuda yang mengenakan seragam siswa di sekolah mereka. Beberapa saat kemudian Hinata mengalihkan wajahnya yang memerah karena malu. Kapan pemuda itu duduk di sana? Pasti ia menganggap Hinata aneh karena tersenyum sendiri dengan mata yang tertutup.

"Apa kau suka hujan?" Pertanyaan itu membuat gadis bersurai indigo itu kembali menoleh pada pemuda yang kini menatap ke depan.

Apa ia suka hujan?

Hinata berpikir, ia bukan seorang yang gemar berpuisi ataupun membuat syair. Sehingga hujan bisa menjadi teman untuk mencari inspirasi. Tapi ia juga bukan orang yang begitu membenci hujan, hujan adalah faktor alam kan??

"Entahlah.. A-aku rasa biasa saja." Pemuda itu tersenyum, senyum menawan yang mampu membuat hati Hinata menghangat.

Namikaze Naruto. Hinata baru mengingat jika pemuda di sebelahnya ini adalah teman seangkatannya di sekolah. Mereka tak pernah berada di kelas yang sama. Tetapi Hinata cukup mengetahui pemuda ini.

Seorang kapten tim sepak bola sekolah yang juga merangkap sebagai wakil ketua OSIS di sekolah mereka.

Kata teman-teman, para siswa dan Guru menyukai Naruto karena pribadinya yang ramah dan hangat pada siapapun. Itu yang Hinata dengar, maklumlah, sebagai siswi yang hanya kerjanya hanya berangkat dan pulang sekolah. Hinata tidak memiliki teman di luar kelasnya, jadi dia tidak mengenal Naruto secara pribadi.

Naruto mengangguk sembari masih tersenyum, "Ya. Aku juga begitu, biasa saja. Tidak ada yang istimewa dari hujan. Yang ada kau hanya kedinginan, membatalkan rencana untuk pergi, dan masih banyak lagi hal menjengkelkan lainnya." Naruto menatap Hinata yang juga sedang menatap nya dengan wajah kebingungan yang terlihat imut.

Naruto tertawa canggung, "Maaf ya. Aku jadi bicara aneh padamu." Ia jadi malu pada Hinata yang kini juga ikut tertawa.

Hinata sendiri hanya merasa lucu dengan Naruto. Pemuda itu bertingkah aneh yang malah membuatnya tertawa. Naruto mengalihkan pandangannya, pipinya agak sedikit memanas melihat Hinata yang sedang tertawa. Ia kembali tersenyum.

"Kau tahu? Sepertinya tidak selamanya hujan berarti biasa saja bagiku." Hinata menghentikan tawanya dan kini kembali menatap Naruto, "Hari ini, untuk pertama kalinya aku berterima kasih pada hujan. Karena membuatku jatuh hati pada seseorang."

Hinata cukup terkejut mendengarnya. Jatuh hati ya?? Bagaimana rasanya?? Apa hatimu akan menghangat seperti sekarang? Eh?

"Wah, selamat ya Namikaze-san." Hinata tersenyum sebagai tanggapan dari apa yang dikatakan Naruto. Tidak salah kan? Dia bukan tipe orang yang pintar berbasa-basi, tapi sepertinya tanggapan yang diberikannya cukup logis untuk saat ini.

Naruto tersenyum dan mengangguk, "Mulai besok aku akan sering ke tempat nya dan melakukan pendekatan agar dia menyukaiku. Aku akan berjuang, doakan aku ya."

Ah, Hinata jadi iri pada gadis itu. Diperjuangkan itu.. pasti membahagiakan.

"Uhm. Ganbate!!"

"Kalau begitu, bersiap untuk besok ya, Hinata."

Hinata mengernyit bungung, Naruto tahu namanya? Lalu, Hinata harus  bersiap untuk apa?

Belum sempat Hinata bertanya, bus yang ditunggunya datang. Naruto menarik tangan Hinata untuk berdiri dan berjalan masuk ke dalam bus.

Hinata masih dilanda kebingungan dan menatap Naruto yang entah sejak kapan sudah duduk bersamanya di dalam bus.

Tangan Naruto masih menggenggam tangannya. Naruto menatap Hinata yang masih memandang bingung padanya.

Ia terkekeh geli melihat ekspresi gadis itu yang seolah menuntut penjelasan darinya.

"Iya, aku jatuh hati padamu. Jadi kau harus bersiap untuk aku yang akan sering datang ke kelasmu mulai besok. Mengerti?"

Naruto mengabaikan Hinata yang masih terperangah saat ini. Terserah, yang penting dia sudah jujur.

Sepertinya, Ayah tidak berbohong tentang permohonan saat hujan.

.

.

.

Fin

Aneh?? Maaf yak,, ide kadang sering tiba-tiba muncul, kadang-kadang stuck.
(づ ̄ ³ ̄)づ

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang