Imajinasi

1.6K 150 22
                                    

Hinata POV.

Aku mendengarnya lagi, suara-suara itu. Tangis anak kecil, suara pria dewasa yang berteriak 'Pergi!!! Pergi dari sini!!"

Aku hanya bisa meringkuk di dalam kamarku. Menangis di bawah selimut sembari menutup rapat telingaku dengan kedua tanganku.

Naruto belum kembali, pria itu... pria yang begitu kucintai. Dia tidak pernah percaya dengan apa yang setiap hari aku alami. Dia bilang semua yang kulihat dan kudengar hanyalah imajinasiku. Imajinasi yang tercipta karena rasa tertekan dan depresi ku setelah 'peristiwa itu'.

Imajinasi? Apakah seorang anak perempuan yang ada di kamar atas, yang selalu berdiri dengan wajah ketakutan di pojokan kamar itu hanyalah khayalanku saja? Anak perempuan berambut legam panjang dengan gaun tidurnya dan selalu memeluk boneka beruang lusuh.

Lalu, apakah wanita yang seringkali duduk di kursi teras itu juga tidak pernah ada? Kemudian, pria yang berdiri di ujung lorong lantai dua dan selalu berteriak 'Pergi!!' juga tak nyata?

Benarkah mereka hanya imajinasiku? Naru selalu meyakinkanku bahwa mereka tak ada, aku hanya sedang terpukul dan merindukannya.

Aku masih terus menangis dan meneriakkan nama Naruto, berharap laki-laki itu segera datang. Beberapa saat kemudian aku mendengar sesuatu dari luar, sepertinya Naruto sudah kembali aku merasa lega. Aku bergegas keluar dari kamar, dan ketika aku sudah berada di luar kamarku, langkahku terhenti karena merasakan kehadiran orang lain, aku menoleh ke kanan, mataku terbelalak. Di sana... di ujung lorong lantai ini, terlihat jelas olehku. Seorang pria dewasa, seorang anak kecil dan wanita yang selalu kulihat beberapa Minggu ini.

Pria itu berdiri menatap ke arahku, sedangkan wanita dan anak itu berada di belakang punggungnya. Dia menatap dengan tatapan marah aku tak bisa melakukan apapun sampai dia kembali berteriak, "PERGI!!!!!!!"

Hinata POV. End

Sasuke melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, saat ini dia sedang bersama kekasihnya dan juga Sai, adiknya. Mereka baru kembali dari bandara setelah menjemput Sai yang baru saja tiba setelah sekitar lima bulan kembali menempuh pendidikannya.

Sai yang duduk di kursi belakang memilih untuk menikmati pemandangan malam dari jendela mobil, saat ini mobil mereka sudah memasuki komplek perumahan besar yang merupakan tempat tinggal mereka sejak lama.

Sai mengernyit ketika melihat salah satu rumah yang masih begitu diingatnya sampai sekarang. Lampu di rumah itu menyala.

"Rumah itu sudah terjual lagi? Kapan?" Sasuke hanya melirik sebentar pada sang adik dari spionnya.

"Sebulan yang lalu, tapi sekarang penghuni barunya sudah pergi. Sama seperti kasus sebelumnya, mereka diganggu." Sai mendengarkan dengan serius, sedangkan Sakura mengernyit tak mengerti.

"Sebenarnya ada apa dengan rumah itu?" dua tahun berpacaran dan sering pergi ke tempat Sasuke, Sakura tak pernah diberi penjelasan oleh Sasuke tentang rumah yang menurutnya menarik itu. Sasuke selalu mengatakan untuk tidak usah membahasnya, sepertinya hari ini dia kelepasan berbicara mengenai rumah itu di depan Sakura.

Sasuke menghela nafas, tiba-tiba ia melirik tak suka pada Sai yang mendadak memulai cerita, "Dulu sempat ada keluarga yang tinggal di sana. Mereka keluarga kecil yang bahagia, begitulah orang-orang melihatnya. Keluarga itu memiliki seorang anak dan kedua orang tuanya begitu menyayangi nya, memberikan begitu banyak cinta." Sakura yang mendadak begitu tertarik, memposisikan dirinya agar bisa melihat Sai.

Pemuda itu tetap melanjutkan ceritanya, "Sampai suatu hari, sang anak meninggal karena kelalaian sang Ibu. Sejak saat itu sang Ibu menjadi frustasi dan selalu menyalahkan dirinya sendiri, tak lama dia memilih untuk mengakhiri hidupnya menyusul sang anak. Saat sang suami pulang dari pekerjaannya, ia terkejut karena menemukan istri tercintanya yang sudah tak bernyawa." Sakura jadi merinding mendengar kisah itu.

"La-lalu?" Sai belum selesai dengan ceritanya, ia juga mengabaikan decakan kesal dari kakaknya. Sai tahu, Sasuke tidak mau membahas hal ini.

Sai tersenyum, "Suaminya memilih untuk melakukan hal yang sama dengan istrinya. Dia ikut menelan racun yang tergeletak di samping tubuh istrinya. Sejak saat itu, rumah itu terkenal berhantu. Berkali-kali para penghuninya berganti dan pindah karena mendengar suara tangisan wanita dan penampakan sang istri yang memanggil nama suaminya." Wajah Sakura menyendu, ia tahu pasti bahwa wanita itu benar-benar sedih dan merasa kehilangan sang anak.

"Pasti wanita itu begitu terpukul karena kehilangan anak semata wayangnya." Sasuke melirik pada kekasihnya, dia mengangguk membenarkan perkataan Sakura.

"Ya.. Hinata yang malang."

.

.

Fin

Hi.. terimakasih sudah membaca ^^
Maaf jika ada kesalahan.

Maaf juga karena belum bisa update caught your heart, saya sedang ada beberapa tugas di rl.😢
Saya usahakan minggu ini update kok.

Untuk sekuel different heart mudah-mudahan segera yaa..😅

Sekali lagi terimakasih..

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang