“Hanya menonton film. Aku juga bersama Sakura dan yang lain.” Sakura dan teman-teman yang lain sudah hampir kehabisan rasa sabar dan hendak mematikan ponsel milik Hinata. “Tidak, tidak ada anak laki-laki. Aku, Sakura, Ino dan Tenten.”
“Astaga rubah sialan!” gumam Sakura yang sejak tadi jengah mendengar ucapan seseorang di seberang telephone milik Hinata.
“Tidak. Aku memakai celana panjang.” Hinata mengangguk meski kekasihnya tidak akan bisa melihat. “Iya, aku memakai sweater seperti biasa. Baiklah, terimakasih Naru. Love you too.”
“Bagaimana? Ia mengizinkan kan?”
Hinata tersenyum dan mengangguk, ketiga gadis di sana mendesah lega. Akhirnya setelah penjelasan dan perdebatan panjang, sahabat mereka itu mendapatkan izin dari kekasihnya.
“Tapi dia bilang tempat dudukku harus di tengah-tengah kalian, tidak boleh di pinggir apa lagi di samping laki-laki.”
Ino terperangah mendengarkan penjelasan Hinata dengan wajah polosnya. “Astaga Hinata.. bagaimana mungkin kau bisa bertahan dengan pria seperti itu?”
Tenten mengangguk, “Bahkan sudah hampir dua tahun.”
Hinata meletakkan jari telunjuk di dagunya, ia berpikir sesuatu, “Karena aku mencintainya?”
Ketiga orang di sana memutar mata jengah mendengar alasan itu. Seharusnya mereka sudah tidak terkejut lagi mendengarnya.
Uzumaki Naruto adalah seorang pria tampan yang merupakan kekasih dari Hyuuga Hinata. Pria itu merupakan kakak tingkat mereka di organisasi kampus yang kini menjabat sebagai seorang Manager di perusahaan raksasa milik keluarganya.
Pria posesif yang begitu mengekang kekasih lugunya. Dua tahun yang lalu, tepat saat Naruto menjadi mahasiswa tingkat akhir, Ia bertemu dengan Hinata di organisasi internal kampus. Pemuda yang selama ini terkenal sebagai idola kampus yang terlihat agak urakan itu membuat heboh fakultas dengan terang-terangan mendekati Hinata yang saat itu berstatus sebagai mahasiswi baru.
Tentu saja pendekatan yang ia lakukan tidak berjalan mulus. Sahabat-sahabat gadis itu bahkan sampai rekan-rekan Naruto sendiri pun tidak menyetujui mereka. Alasannya karena takut gadis yang masih polos itu dipermainkan oleh Naruto.
Hal itu mengundang protes dari si pirang yang mengatakan bahwa ia serius ingin menjalin hubungan. Naruto semakin intens mendekati Hinata dan akhirnya menyatakan perasaan pada gadis itu enam bulan setelahnya. Meski ada sedikit pertentangan dari sahabatnya, Hinata akhirnya menerima Naruto.
“Aku juga suka sama Kak Naru. Jadi aku terima.”
Ino bahkan mencipratkan air yang telah ia bacakan doa pada Kami ke wajah Hinata. Tak lupa kata-kata seperti ‘sadarlah’ Ino utarakan pada Hinata. Tetapi tentu saja tidak berpengaruh apapun pada sang gadis. Ia dengan amat sadar menerima cinta Naruto, karena hatinya yang memilih. Ia menyukai Naruto dan melihat ketulusan pria itu.
Sampai akhirnya sifat posesif Naruto terlihat jelas di hubungan mereka. Hinata tidak boleh berbicara berdua dengan pria lain, tidak boleh menggunakan rok di atas lutut, harus meminta izin padanya kemanapun ia akan pergi dan masih banyak hal lain yang membuat orang-orang di sekitar mereka geleng kepala melihatnya.
Berbeda dengan Hinata yang tampak tidak keberatan sama sekali, ia hanya menuruti kemauan kekasihnya. Setelah wisuda, sifat posesif Naruto bertambah dua kali lipat. Hampir setiap hari atau bahkan jam, menghubungi Hinata tidak lupa dengan istilah PAP sebagai bukti.
Para sahabat Hinata merasa begitu jengah dengan sikap Naruto yang seolah tak mempercayai Hinata. Mereka kerap kali menasehati Hinata untuk sesekali melawan dan menjelaskan pada Naruto bahwa ia tidak perlu selalu khawatir berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hati
FanfictionDisclaimer Naruto © Masashi Kishimoto All about Naruhina Oneshot, ficlet, drabble singkat Hasil imajinasi