Hinata menatap datar pada pria yang kini duduk santai di hadapannya sembari membolak-balik menu yang ada di restoran mewah itu. Sejujurnya ia merasa ditipu di sini, pagi tadi Manager dari divisi pemasaran perusahaan Naruto menghubunginya untuk bertemu siang ini guna membahas kerja sama mereka yang tengah berlangsung.
Hinata memang kembali menggantikan Neji, karena kakak laki-lakinya itu harus mengantar ayah mereka untuk menjalani perawatan di China, kampung halaman istri Neji. Hinata menghadiri pertemuan ini karena ia pikir bukan bertemu dengan Naruto, tetapi pada jam yang telah ditentukan, pria itu yang datang. Hinata memaksakan diri untuk bertahan di meja itu dan bersikap profesional.
Selesai memesan, Hinata buru-buru membuka percakapan mereka dan memulai pembahasan. Kedua orang sekretaris mereka mendengarkan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang dirasa penting.
Tepat setelah pembicaraan selesai dan Hinata akan pamit, Naruto buru-buru membuka suara. "Tamaki-san, bisa saya berbicara berdua dengan Hinata-san?" kedua wanita itu mengernyit, begitu pula dengan Shikamaru.
"Maaf-"
"Saya mohon." Ucapnya memotong Tamaki.
Hinata menatap datar wajah yang tampak memohon di hadapannya. Tamaki menatap atasannya, Hinata memberi isyarat untuk meninggalkannya berbicara terlebih dulu dengan Naruto. Wanita itu sudah menduga jika kedatangan Naruto ini sekaligus memulai pembicaraan di antara mereka berdua, pembicaraan yang mungkin lebih bersifat pribadi.
Selepas kepergian dua sekretaris mereka, keheningan melanda di meja itu. Naruto yang terus menatap Hinata dan sang wanita yang terlihat enggan menatapnya.
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik, seperti yang kau lihat."
Naruto tersenyum kecut mendengar ucapan yang terdengar ketus itu. "Sudah lima tahun huh?" Hinata tak menjawab, "Lima tahun kau pergi dan tidak memberi kesempatan untukku memperbaikinya saat itu."
"Memperbaiki?" pertanyaan itu bernada cukup tinggi.
"Ya. Seandainya kau tidak pergi begitu saja hari itu kita pasti-"
"Pasti apa?" tanya Hinata tegas, "Pasti aku akan semakin sakit? Pasti aku akan melihat kau bahagia dengan Sakura atau dengan wanita yang kau cintai begitu?"
"Kau salah paham mengenai Sakura, Hinata!"
Hinata mendengkus, "Bahkan kau masih membelanya." Ia pikir setidaknya pria itu menyadari kesalahannya lima tahun yang lalu, penyebab akhirnya ia menyerah.
"Karena memang kau salah paham!"
"Apa kau pernah mendengar tentang wanita yang ditinggalkan pasangannya saat sedang mencari gaun pernikahan, hanya untuk wanita lain??" sang pria terdiam, "Apa kau tau sakitnya selalu bertahan di hubungan yang bahkan tidak ada cinta?"
Hinata mengepalkan kuat kedua tangannya, "Aku sudah berjuang dan hari itu kau membuatku benar-benar menyerah. Dulu aku selalu berharap untuk setidaknya kau mencoba untuk membuka hati, menatap ke arahku. Tapi aku salah kan?"
"Bisakah kau mendengarkan penjelasanku?"
"Untuk apa? Kita bukan siapa-siapa dan tidak ada yang perlu dijelaskan."
Kenyataan itu sedikit menampar Naruto, "Untuk setidaknya mengakhiri kesalahpahaman mu selama ini."
Safir biru itu menatap sendu, setelah beberapa hari merenungi semuanya ia sadar bahwa ia tidak bisa melepaskan Hinata. Perasaan itu masih ada meski kini sudah ada Shion di sisinya. Jika ia bisa meminta, Naruto ingin egois untuk berharap agar Hinata kembali ke sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hati
FanficDisclaimer Naruto © Masashi Kishimoto All about Naruhina Oneshot, ficlet, drabble singkat Hasil imajinasi