Warning!!
Bahasa tidak bakuHappy reading
.
.
."Rasanya pait Ma."
"Ya, namanya juga lagi sakit dek. Gak akan ada yang enak." Ibu kembali menyuapkan sesendok bubur ke mulut putrinya. "Tapi harus dipaksa untuk makan, biar cepet sehat dan gak lama-lama bobo di sini."
"Amin."
Gadis itu menautkan kedua tangan nya untuk berdoa. "Ya Tuhan, Nata jangan lama-lama di rumah sakit ini. Gak enak, gak bisa marathon drakor."
Ibu ikut meng-aminkan sembari tersenyum geli, "Lagian, udah tau punya asam lambung. Malah gak mau makan."
Hinata-gadis yang kini duduk di salah satu ruang perawatan rumah sakit bersama sang ibu itu hanya bisa meringis mendengar ucapan sang ibu. Selama 17 tahun hidupnya ia tidak pernah merasakan berada di rumah sakit. Ibu bahkan pernah menyinggung bahwa ia sangat bersyukur mereka sekeluarga tidak pernah masuk RS. Tapi tidak sampai sebulan ibu mengatakan hal tersebut kini mereka harus berada di sana karena anak gadis tersayang Hyuuga itu yang tiba-tiba jatuh sakit.
Hinata mengalami demam tinggi dan sakit kepala yang hebat. Ia juga merasakan mual sampai muntah dan sakit di bagian ulu hatinya. Ibu dan Ayah tanpa pikir panjang membawa Hinata ke rumah sakit hari itu juga. Gadis SMA itu pun dilarikan ke IGD dan mendapatkan penanganan. Para medis mengatakan bahwa Hinata kemungkinan mengalami kenaikan asam lambung yang cukup parah atau mungkin tipes. Mereka akan tahu hasil sebenarnya setelah 3 hari. Jadi selama itu Hinata akan dirawat sampai dia benar-benar sembuh.
"Pokoknya besok Nata mau pulang ya Ma."
"Belum juga satu hari kamu di sini dek." Sesuap terakhir bubur yang terasa pahit itu kembali Hinata terima dengan terpaksa, "Tergantung apa kata Dokter nanti."
"Aish. Mau pulang pokoknya, gak enak di sini!"
"Ya makanya cepet sehat, biar cepet pulang."
"Liat aja besok, Nata udah sehat. Nata gak mau disuntik lagi."
Gadis manja satu ini memang cukup takut dengan jarum suntik. Tadi saja saat akan memasang infus, Ayah dan Kak Neji harus ikut membantu memegangi Hinata agar gadis itu mau diam dan tidak melawan.
"Besok Nata sehat. Harus!"
"Permisi."
Pintu ruang perawatan itu terbuka, seorang pria muda mengenakan snelli dan stetoskop menggantung di lehernya masuk sembari tersenyum.
"Oh, Dokter." Ibu langsung berdiri bermaksud menyambut Dokter yang akan memeriksa Hinata.
"Hinata ya?" Dokter muda nan tampan itu tersenyum ramah menyapa sepasang ibu dan anak itu.
Ibu mengernyit kala putrinya tidak menjawab pertanyaan itu dan hanya terdiam menatap wajah sang Dokter.
"Iya Dok." Ibu mengambil alih untuk menjawab.
"Diperiksa dulu ya Hinata."
Dokter dengan perawakan bak orang Eropa itu meminta Hinata untuk berbaring dan memeriksa bagian perut. Tanpa menyadari wajah pasien nya yang sudah sangat memerah. Hinata melirik ke arah name tag sang Dokter.
dr. Uzumaki Naruto
"Dokter Naruto." Panggilan Hinata membuat Naruto menoleh dan tersenyum, "Dokter kok ganteng banget?"
Pertanyaan itu membuat Naruto sedikit terkejut beberapa saat dan kemudian terkekeh pelan. Sedangkan sang Ibu menepuk pelan dahinya karena tingkah sang putri.
![](https://img.wattpad.com/cover/236942019-288-k476972.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hati
FanfictionDisclaimer Naruto © Masashi Kishimoto All about Naruhina Oneshot, ficlet, drabble singkat Hasil imajinasi