Tentang Hati

4.8K 339 68
                                    

Fakultas Ekonomi pagi ini terlihat cukup sepi, atau mungkin memang Hinata yang terlalu pagi datang. Ia tinggal di sebuah kamar kost dekat kampus, dan berhubung ia tergolong seorang Mahasiswi rajin maka ia memutuskan untuk berangkat 40 menit sebelum kelas dimulai. Kerajinan? Ia hanya tak tahu harus melakukan apa di kamar kost nya, semua pekerjaan sudah ia kerjakan. Jadi setelah mandi dan bersiap, ia langsung berangkat.

Ia sekarang sedang duduk di salah satu bangku taman Fakultasnya, masih agak sepi. Walaupun sudah banyak orang-orang datang memasuki area kampus, tapi Fakultas Ekonomi masih cukup sepi. Ia duduk dan memainkan ponselnya.

Tiba-tiba seseorang datang dan langsung duduk di sebelah Hinata. Seorang pemuda yang sepertinya juga salah satu Mahasiswa, tapi mungkin ia berbeda Fakultas atau jurusan dengan Hinata. Seorang pemuda bersurai pirang dan bermata biru. Pakaiannya cukup formal, dengan mengenakan kemeja biru tua yang bagian lengannya ia lipat sampai siku dan begitu pas di tubuh atletisnya serta mengenakan celana katun hitam. Mungkin dia seorang Mahasiswa Fakultas Pendidikan, fikir Hinata.

Pemuda itu tampak seperti orang luar. Sepertinya ia seorang keturunan Eropa atau Rusia. Tak mengherankan, mengingat Universitas ini salah satu Universitas terbaik di negeri ini.

Hinata hanya menatap sekilas dan tersenyum tipis sekedar menyapa. Dari yang Hinata lihat, sepertinya pemuda itu sedang menunggu atau mencemaskan sesuatu. Ia tesenyum membalas sapaan Hinata. Hinata kembali melanjutkan kegiatannya memainkan ponselnya, sampai pemuda itu bersuara.

"Maaf.." Hinata menoleh, "bisakah aku meminjam ponselmu? Aku sedang ada janji dan ponselku mati. Aku benar-benar harus menghubungi seseorang." Hinata memperhatikan pemuda itu yang terlihat sangat khawatir.

Hinata yang memang memiliki sifat lemah lembut dan suka menolong, tentu saja merasa iba melihat pria itu. Ia tersenyum manis, dan menyerahkan ponselnya.

"Ini, pakailah." Ujar Hinata sembari menyodorkan benda pipih tersebut.

"Terimakasih." Pemuda itu menekan beberapa nomor, dan menelpon. Hinata mendengar pemuda itu berucap.

"Bagaimana?" tanya pria itu.

"..."

"Kau kira aku hanya main-main?" ucapnya dengan nada yang agak meninggi.

"..."

"Baiklah, jangan sampai menghilangkannya!"

"..."

"Tidak perlu! Biar aku saja."

"..."

"Hn." Pria itu mematikan ponsel itu, ia menghadap Hinata dan mengembalikan ponsel Hinata.

"Terimakasih, maaf merepotkanmu." Ujar pemuda itu.

Hinata tersenyum, "Tidak masalah." Ia melirik arlojinya, "sepertinya aku harus pergi. Mari.." Hinata pamit. Pemuda itu menatap Hinata yang semakin menjauh sembari tersenyum penuh makna.
.

.

.

Hinata sedang mengerjakan tugas di laptopnya, ditemani secangkir teh hangat dan beberapa cemilan. Ia tampak nyaman di dalam kamar kostnya malam ini. Ketika sedang fokus, ponsel Hinata berbunyi, notifikasi tanda pesan masuk. Sebuah pesan terlihat di layar ponsel. Hinata mengambil ponselnya, sebuah nomor baru mengirimkan pesan.

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang