Tentang Hati

Love of The Throne

Di bawah langit Jepang zaman keshogunan, berdiri sebuah kekaisaran yang kuat, dipimpin oleh keluarga Uzumaki yang telah berkuasa selama berabad-abad. Namun, masa-masa kedamaian dan kemakmuran itu menghadapi perubahan besar ketika Shogun Uzumaki Minato wafat secara mendadak. Tahta keshogunan pun diwariskan kepada putranya, Naruto Uzumaki, seorang pria muda dengan semangat yang menyala-nyala, namun masih harus membuktikan dirinya di mata para pejabat kerajaan yang penuh kecurigaan.

Naruto dikenal sebagai seorang pemimpin yang tegas dan bijaksana meski usianya masih muda. Dia meneruskan cita-cita ayahnya untuk menjaga kedamaian negeri dan melindungi rakyatnya dari ketidakadilan. Namun, di balik ketegasan dan kepemimpinannya, Naruto menyimpan kesedihan yang mendalam karena tanggung jawab yang besar. Di antara segudang tugas yang harus dia emban, dia merasa ada kekosongan di hatinya, sesuatu yang tak bisa dipenuhi hanya dengan kekuasaan.

Suatu hari, saat Naruto mengunjungi desa-desa yang berada di bawah naungan keshogunan, dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Hinata Hyuuga. Hinata adalah anak seorang petani sederhana, namun tatapan matanya yang lembut dan sikapnya yang penuh kasih membuat Naruto terpesona. Berbeda dengan para wanita bangsawan yang selalu berusaha menarik perhatiannya, Hinata memiliki aura yang murni dan tulus. Dia tidak tahu bahwa pria yang ada di depannya adalah seorang Shogun, dan memperlakukan Naruto layaknya orang biasa.

Naruto, yang terpesona oleh kecantikan dan kerendahan hati Hinata, mulai sering kembali ke desa itu dengan dalih mengawasi kondisi rakyatnya. Hinata pun tak menyangka bahwa pria yang sering datang dan berbicara dengannya adalah pemimpin tertinggi di negeri itu. Bagi Hinata, Naruto adalah pria sederhana yang penuh perhatian, selalu mendengarkan keluh kesahnya tentang kehidupan desa dan masa depannya.

Seiring berjalannya waktu, Naruto jatuh cinta pada Hinata. Namun, dia tahu bahwa hubungannya dengan Hinata tidak akan mudah. Sebagai seorang Shogun, Naruto diharapkan untuk menikahi seorang wanita dari keluarga bangsawan atau keturunan samurai yang terpandang. Hinata, meski memiliki hati yang murni, hanyalah seorang gadis desa dari keluarga biasa—hal yang tak akan diterima oleh para pejabat kerajaan.

Saat Naruto mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Hinata di hadapan Dewan Kerajaan, suara protes segera memenuhi ruangan.

“Shogun muda, Anda harus mempertimbangkan nasib keshogunan ini!” seru salah satu menteri senior. “Menikahi seorang gadis desa akan membawa aib bagi kerajaan dan melemahkan posisi politik kita!”

Naruto menatap tajam pada mereka. “Hinata adalah wanita yang aku pilih. Keshogunan ini tidak akan runtuh hanya karena aku memilih cinta, bukan status.”

Namun, para pejabat terus menentang. Mereka mengancam akan menarik dukungan politik jika Naruto tetap bersikeras menikahi Hinata. Tekanan semakin besar, namun Naruto tidak mundur. Dia tahu, cinta yang dia miliki untuk Hinata adalah hal yang tidak bisa ditawar.

Untuk membuktikan bahwa Hinata layak menjadi permaisurinya, Naruto memutuskan untuk melibatkan Hinata dalam kehidupan istana. Dia mengundang Hinata untuk tinggal di kediaman Shogun selama beberapa waktu. Meskipun Hinata awalnya merasa canggung dan tidak nyaman berada di lingkungan yang penuh dengan intrik politik, dia tetap berusaha menyesuaikan diri demi Naruto. Setiap hari, dia belajar tentang etika istana, seni, dan cara berdiplomasi. Naruto selalu berada di sisinya, memberinya semangat dan dukungan.

Namun, cobaan tidak berhenti di situ. Para bangsawan yang merasa terancam dengan kehadiran Hinata mulai menyusun rencana untuk menjatuhkan gadis itu. Mereka mencoba menciptakan rumor bahwa Hinata hanyalah gadis oportunis yang ingin meraih kekuasaan. Suatu malam, Hinata dipanggil ke sebuah pertemuan rahasia oleh beberapa bangsawan yang ingin mengusirnya dari istana.

“Kamu tidak pantas berada di sini, Hinata,” kata salah satu bangsawan dengan nada merendahkan. “Shogun layak mendapatkan yang lebih baik. Jika kamu benar-benar mencintainya, kamu harus pergi.”