Hinata duduk dengan sedikit gelisah sembari memangku tas tangan miliknya. Mata nya melirik ke sekeliling ruangan yang merupakan ruang tamu di mansion mewah bergaya Eropa tersebut. Berbagai perabotan mewah menghias hampir di setiap sudut ruangan, dan kebanyakan merupakan barang antik yang pasti bernilai jutaan.
Gadis itu menghela nafas pelan sembari sesekali melirik ke arah arloji di tangan kiri nya. Hari ini merupakan hari pertamanya bekerja. Setelah pertimbangan yang cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai salah satu maid di keluarga kaya. Semua ini harus ia lakukan demi melanjutkan pendidikannya dan juga adiknya.
Tepat setelah kematian sang Ayah beberapa bulan lalu, Hinata pun kehilangan segalanya. Semua aset yang semula dimiliki Hyuuga akhirnya disita karena hutang yang ditinggalkan Ayah semasa hidup. Hinata yang merupakan mahasiswa, akhirnya memutuskan mengambil cuti untuk mencari pekerjaan untuk kehidupannya dan juga sang adik, dan akhirnya di sini lah ia sekarang.
Setelah melakukan konsultasi dengan Kiba – sahabat nya, pria itu merekomendasikan Hinata untuk bekerja pada keluarga kaya dengan gaji yang tidak main-main. Meski awalnya ragu, tetapi akhirnya Hinata mengambil keputusan tersebut. Kiba lalu memberkan nomor Kurenai yang merupakan kepala pelayan di sana.
"Hyuuga Hinata?"
Gadis itu buru-buru berdiri ketika seorang wanita yang ia tebak adalah Kurenai menghampirinya. "Ya. Saya Hyuuga Hinata."
"Aku Sarutobi Kurenai. Kita sudah sempat berbicara di telephone kemarin." Hinata buru-buru menyambut salam dari wanita yang tampak cantik dengan rambut yang bergelombang itu.
Wanita itu meminta Hinata untuk mengikuti nya dan menjelaskan tugas Hinata selama di sana. Hinata tidak menyangka bahwa mansion besar itu hanya ditinggali oleh seorang pemilik yang akan menjadi tuannya nanti.
"Dia Uzumaki Naruto-sama. "
Terkejut, adalah apa yang dirasakan Hinata ketika mendengar nama itu. Dirinya benar-benar tidak menyangka bahwa seorang pengusaha muda nan sukses yang sering dibicarakan dimana-mana adalah orang yang akan menjadi majikannya. Selama ini ia dan teman-temannya sesama mahasiswi hanya bisa berandai-andai jika saja bisa bertemu dengan pria tampan itu. Tetapi lihat sekarang? Jangankan bertemu dan berfoto, ia bahkan bisa tinggal bersama dengan si pirang tampan itu.
Hinata menatap kagum pada pigura raksasa yang terpajang di ruangan besar yang terdapat di lantai dua. Ada tiga orang yang terdapat di dalam foto besar tersebut, dimana Naruto bersama mendiang orang tua nya tersenyum menatap kamera.
"Tugasmu adalah menyiapkan semua keperluan tuan dari pagi hari sejak dimulai aktivitas nya sampai ketika tuan akan tidur."
"Baik."
Kedua orang itu menapaki tangga besar di ruang tengah untuk pergi ke lantai dua. "Ada beberapa hal yang harus kau perhatikan." Hinata terus mengikuti langkah Kurenai dari belakang dan mendengarkan dengan baik. "Naruto-sama akan bangun pukul 6 pagi dan langsung berolahraga, pastikan kau sudah menyiapkan sarapan saat itu, setelah itu siapkan air untuk dirinya mandi."
Hinata terus mendengarkan dan berusaha mengingat semua yang dijelaskan oleh Kurenai. Wajah tegas Kurenai membuat Hinata tidak berani untuk menyela atau meminta untuk mengulang perkataannya.
"Jika ada yang ingin kau tanyakan, temui aku dan jangan bertindak ceroboh. Atau-"
Kaki mungilnya ikut berhenti ketika Kurenai menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahnya. Hinata sedikit takut ketika melihat wanita itu yang mendadak tersenyum lebar. "Naruto-sama akan langsung memecat dan menendang mu dari sini."
Rasanya saliva itu sulit sekali tertelan olehnya, ia tahu dari rumor yang beredar bahwa Uzumaki Naruto adalah seorang perfeksionis. Di usianya yang baru memasuki 30 tahun, ia telah berhasil membawa perusahaannya menjadi salah satu perusahaan raksasa dengan peringkat teratas di Asia. Dengan hal itu, Hinata yakin pria itu tidak akan segan untuk mendepak para karyawan nya yang dianggap tidak becus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hati
FanfictionDisclaimer Naruto © Masashi Kishimoto All about Naruhina Oneshot, ficlet, drabble singkat Hasil imajinasi