Abiyan, si Libra ramah-tampan idaman ibu-ibu di komplek perumahan gue. Semua pengen anaknya jadi pendamping Abiyan, tapi kasihan, Biyan demennya bawain martabak manis kerumah gue. Soalnya bucin.Abiyan perlakuannya sederhana tapi bermakna.
Jam 7 malam ketuk pintu rumah, tas ransel hitam usang dibahu kanan, tangan kiri bawa plastik putih isinya sudah bisa ditebak—
"Martabak manis coklat keju, bukan kacang."
"Aku gak minta?"
"Udah hafal, nanti marah aku bawa tangan kosong."
"Mau ngapain? Katanya garap tugas, kok kesini Biyan?"
"Biar ditemenin kamu."
Malam minggu, sudah jadi kebiasaan datang kerumah ajak keliling kota. Tapi malam ini katanya lagi banyak tugas.
"Emang aku mau nemenin?"
"Mau? Kan pacar."
"Dih."
Abiyan masuk kedalam rumah, duduk di sofa ruang tamu. Dua tahun, sofanya sudah hafal dengan pantat Biyan.
"Pacaran sama tugas malam ini Yan?"
"Enggak, sini duduk makanya kamu temenin. Kita pacaran sambil nugas, Lan."
Ah, gue belum kenalan ya? Gue Bulan.
"Kok gak digarap dari kemaren sih Biyan?"
Abiyan fokus masukin password laptopnya, tanggal lahir Bulan. Biasa bucin.
"Apa yang mau digarap Bulan? Baru banget dikabarin tadi sore. Kesel emang si Bapak, ganggu malam minggu."
Wajahnya dibuat kesal, bibirnya maju berlebihan, tapi kok sialan tetap tampan?
"Aneh."
"Iya aneh emang si Bapak."
"Yaudah jangan dikerjain tugasnya,"
"Biar gantian si Bapak yang kesel?"
Bulan angguk tanpa ragu,
"Aku gak lulus Lan, telat wisuda, kamu dinikahin orang lain nanti."
Bulan angguk lagi, tanda setuju. Maunya dinikahi Abiyan Putra.
Abiyan kecup pipi putih kesukaannya, "Gemes kamu tuh, pacarku astaga."
•••
Bulan menatap layar laptop Biyan, pemiliknya sedang fokus membaca buku dipangkuan, mencari sesuatu yang bisa diketikkan di lembar tugasnya.
"Biyan, mau cerita dikit. Boleh?"
"Hm."
Deheman tanda Biyan mendengarkan, walaupun matanya tidak lepas dari buku.
"Aku lagi suka minum susu."
Abiyan diam-diam tersenyum, siapa yang tidak tahu Syabani Bulan suka minum susu?
"Kan emang suka susu? Aku setokkin tiap awal
bulan.""Iya, tapi bukan susu yang biasa kamu setokkin."
Perhatian Biyan sukses pindah ke Bulan, bukan lagi pada si buku tebal.
"Terus?"
"Jangan ketawa tapi!"
Biyan angkat satu alisnya, "Kenapa harus ketawa Lan?"
"Soalnya aku minum susu ibu hamil."
Biyan diam, Bulan tegang. Gak deng.
"Bulan, bercanda kamu?"
"Tuhkan, kok ketawa sih?!"
Abiyan terbahak, buku dipangkuan sampai jatuh ke lantai rumah Bulan, menimbulkan suara berisik. Karena Abiyan juga ikut merosot ke lantai.
Bulan menatap datar, menyesal dirinya bercerita hal ini pada Abiyan.
"Ketawa aja terus kamu."
"Hahah— bentar sayang, aduh aku kok dilantai."
"Males ah Biyan—"
"Iya-iya maaf, udah nih aku gak ketawa."
Biyan kembali duduk disofa, masih sedikit terkikik membayangkan Bulan minum susu ibu hamil?
"Oke, jadi kenapa kamu bisa minum susu ibu hamil, Bulan? Hm?"
"Inget kemarin aku izin ke minimarket ujung komplek?"
Biyan mengangguk, merubah posisi menghadap Bulan, menarik Bulan sedikit, mempersilahkan kaki si manis beristirahat diatas kedua pahanya.
Tugas deadline besok pagi sukses diabaikan.
"Aku kebetulan lewat rak susu gitu, terus iseng lihat-lihat. Kok kayaknya enak."
"Terus kamu beli, dicoba deh."
"Iya, enak Yan."
"Rasa apa?"
"Mocha, kan aku suka kopi."
Ya Tuhan, Abiyan mau cepat lulus, lamar Bulan biar bisa lihat gemes-gemes gini tiap hari.
"Tapi Yan—"
"Hm? Kenapa?"
"Aku gak bakalan tiba-tiba hamil kan?"
Krik.
"Kalau gak bakal hamil, besok-besok aku mau coba rasa coklat atau stroberi, Biyan." — Syabani Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
stories [m.y]
FanfictionTentang Yoongi dan kisahnya bersama Park Jimin. [kumpulan oneshoot-twoshoot]