Warning; Mpreg!enjoy♡
"Sayaaang."
Yoongi berjalan perlahan dari dapur menghampiri suami nya yang berada dikamar. "Tidak usah teriak bisa kan? Aku masih satu rumah denganmu."
"Bantu aku pakai dasi?"
Yoongi mendengus mendekati Jimin, mulai memasangkan dasi nya. "Setiap pagi, selama satu tahun aku seperti ini. Tidak pernah kau perhatikan? Tidak mau coba belajar sendiri huh?"
Jimin terkekeh, merengkuh Yoongi kedalam pelukan nya. "Tidak. Aku lebih suka memperhatikan wajahmu dari dekat begini."
"Cih, hati-hati bosan."
"Tidak akan."
Dasi selesai dipasangkan, "Sudah selesai tuan muda."
Cup.
Satu kecupan mendarat dihidung Yoongi, "Terima kasih, sayang."
Cup.
Satu kecupan dibibir untuk Jimin, "Sama-sama, daddy."
Yoongi langsung pergi meninggalkan kamar sambil tertawa, "Yaaa Park Yoongi!"
•••
"Hari ini jadwal periksa Jim."
Jimin menghentikan kunyahan nya, "Bukan besok?"
"Ayahmu melupakan jadwal periksamu baby." Bukan nya menjawab pertanyaan Jimin, Yoongi justru mengajak bicara bayi dalam perutnya.
"Jangan dengarkan ibumu, ayah tidak lupa. hanya tidak ingat." Jimin tidak mau kalah.
"Tidak ada bedanya bod—"
"Apa yang aku katakan soal kurangi kebiasaan mengumpatmu, sayang?"
Mulut Yoongi langsung terkatup, "Mau anak kita suka mengumpat sepertimu?"
Gelengan yang Jimin dapatkan, "Oke jangan diulang lagi, dan aku akan mengantarmu periksa hari ini."
"Tidak sibuk?"
"Sibuk, tapi demi kalian, aku akan luangkan waktu."
"Terharu jangan?"
"Boleh."
Yoongi tertawa, "Baiklah, aku sudah buat janji dengan dokter Shin jam 2 siang."
Jimin mengangguk, "Iya sayang, aku berangkat."
Jimin berdiri, mengenakan jas dan mengambil tas nya.
"Tidak lupa sesuatu Jim?"
Jimin berhenti saat akan membuka pintu, lalu berbalik menatap Yoongi. "Sesuatu?"
Yoongi mengangguk, "Ayah lupa sesuatu."
Jimin menepuk jidat nya, "Umurku berapa sih, kenapa jadi pelupa begini."
Kembali menghampiri Yoongi, berlutut didepan nya— perut Yoongi. "Hari ini kita akan periksa baby sedang apa didalam, jadi jangan nakal. Jaga ibumu untuk ayah, oke?"
Jimin mencium perut buncit Yoongi, lalu membisikkan sesuatu. Selalu seperti itu, entah apa yang dia katakan pada calon bayi mereka.
"Tiga minggu lagi kan? Aku akan bereskan urusan kantor dalam minggu ini, jadi aku bisa menemanimu di rumah sakit."
Yoongi mengangguk, "Ibu juga akan datang, kau tidak usah terlalu khawatir. Jangan sampai kelelahan dikantor."
"Bala bantuan datang, terima kasih Tuhan."
Yoongi terkekeh, "Sudah sana berangkat, hati-hati dijalan."
"Oke, sampai jumpa nanti siang."
Jimin mengecup bibir Yoongi, dan kembali melanjutkan langkah nya keluar rumah untuk berangkat kekantor.
•••
"Taehyung, bereskan sisa nya aku mau menjemput Yoongi."
Taehyung mendongak, "Sialan sekali, kalau tidak ingat Yoongi sedang hamil dan memang butuh kau dampingi. Aku tidak akan mau meng-handle segini banyak kerjaan mu."
"Kau butuh persetujuanku untuk cuti, kalau kau tidak cuti, kau tidak akan bisa menikahi pria Jeon kesayanganmu."
Taehyung mencibir Jimin, atasan sekaligus sahabat nya ini memang kurang ajar. Kenapa pula Yoongi sepupunya harus menikah dengan Jimin.
"Yayaya, ancaman mu sungguh tidak ada kemajuan. Itu-itu saja."
"Oh, mau aku adukan pada Jungkook kalau kau suka menggoda Bogum hyung?"
"Aku adukan pada Yoongi hyung kalau kau suka mengeluh tidak diberi jatah selama dia hamil."
"Bangsat."
"Untukmu Park."
"Impas, jangan banyak protes. Selesaikan sisanya, aku kembali sore ini."
Taehyung mengangguk pasrah, jadi sekretaris Jimin memang harus ekstra sabar. "Salam untuk Yoongi hyung dan keponakanku."
Jimin menjawab sambil berlalu, dia sudah hampir terlambat karena Kim Taehyung.
•••
"Sepuluh menit Park Jimin."
Jimin mendengus, "Salahkan sepupumu."
"Kenapa dengan Taehyung?"
"Perdebatan tidak penting, pasang seatbelt mu Yoon."
"Tipikal kalian memang, suka membuang waktu."
Yoongi mengoceh sambil memasang sabuk pengaman.
"Jangan tiru ibumu, suka sekali mengoceh." Jimin mengelus perut Yoongi dengan tangan kanan nya.
Yoongi mengernyit tidak suka dengan perkataan Jimin, tangan Jimin dipukul. "Tidak usah elus, baby tidak mau kau elus."
"Pendusta, tadi pagi saja kau minta dielus."
"Sekarang tidak ingin."
Hening,
"Sayang."
Yoongi menatap Jimin, menunggu suami nya melanjutkan.
"Sudah lama kan."
Yoongi mengernyit tidak mengerti, "Apanya?"
"Kau mengerti Park Yoongi."
"Lalu kenapa? Kau ingin?"
Jimin mengangguk antusias, "Sudah berapa bulan Yoon, astaga aku hampir gila."
"Mau aku kontraksi, lalu melahirkan sebelum waktu nya? Iyaaaa?!"
Jimin menggeleng heboh, "Bukan begitu, aku pernah dengar katanya justru bercinta saat trimester akhir bagus untuk kelancaran persalinan."
Yoongi menutup matanya, menghirup nafas dalam-dalam. Mengelus perutnya sayang.
"Itu berlaku untuk perempuan Jimin, apa pelupamu semakin parah, hm?"
Jimin melirik takut-takut, Yoongi tersenyum tapi senyum menyeramkan. "Hehe, sayang aku sedang menyetir. Jangan lakukan hal yang bisa membahayakan kita, oke?"
"Oke, jadi hentikan keinginan yang ada dikepalamu itu sekarang juga. Tidak ada sex sampai aku melahirkan."
Mutlak.
tbc.
note;
mpreg lagi, pengen bikin gs tapi takut tidak becus:(
padahal ilmu mpreg ku juga tidak seberapa, dasar aku sok tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
stories [m.y]
FanfictionTentang Yoongi dan kisahnya bersama Park Jimin. [kumpulan oneshoot-twoshoot]