24; Pelukan yang salah

1.7K 203 57
                                    



















enjoy











"Jimin."

"Hm?"

"Kenapa aku?"

Jimin menghela nafas, ribuan kali pertanyaan yang sama.

"Karena kau manis?"

"Ck, jawabannya selalu sama."

"Pertanyaanmu juga selalu sama, hyung."

"Aku bertanya serius, kau jawabnya main-main."

"Sayang, aku terlihat main-main dimatamu?"

Jimin memainkan rambut Yoongi, empunya bersandar nyaman dibahu Jimin.

"Tidak juga sih, aku hanya.."

"Kenapa selalu membahas ini? Kau percaya padaku kan?"

Yoongi mendongak melihat pada mata Jimin yang menatap dalam padanya. "Percaya. Aku berusaha percaya."

"Tuhan punya alasan mempertemukan kita, hyung."

Jimin mengecup lembut kening Yoongi.

"Aku tahu.."



[]



Yoongi duduk dengan bosan, sudah 1 jam ia disini. Sendirian. Seperti orang bodoh.

"Ah kau memang orang bodoh, Yoon." Omongnya seorang diri.

"Yoongi hyung!"

Yoongi mendongak, mendapati Jimin tersenyum sambil berlari pelan ke arahnya.

"Maaf, hah— aku terlambat."

Yoongi bangkit, berdiri tepat dihadapan Jimin. Menyeka keringat yang mengganggu wajah tampan Jimin-nya.

"Tidak apa-apa, aku mengerti."

Jimin tersenyum, "Yoongi memang terbaik!"

Keduanya tertawa, Jimin mengikis jarak yang ada untuk dapat mempertemukan bilah bibir mereka. Jimin suka bibir Yoongi, Jimin suka mencium Yoongi, Jimin suka semua yang ada pada diri Yoongi.

"Aku mencintaimu, Yoon."

"Aku tahu.."



[]



"Jimin, ayo menikah?"

"Iya sayang, hanya bersabar sedikit lagi. Oke?"

"Ayo menikah."

Jimin memejamkan matanya, menarik nafas perlahan. Ini tidak akan berakhir baik.

"Hyung, kita sudah seri—"

"Aku tahu, aku butuh kepastian."

"Kau tahu keadaanku, aku hanya meminta kau untuk sabar. Apa itu sulit?"

"Sampai kapan?!"

"Jangan berteriak padaku, Min Yoongi."

"Kenapa? Tidak boleh?"

"Yoongi." Jimin mencoba melembutkan suaranya, menata emosinya.

"Sampai kapan Jimin? Aku harus bersabar?"

"Kita sudah sepakat, hyung?"

"Ini sudah 1 tahun, Park Jimin!"

"Aku tahu!"

"Lalu mau sampai kapan kau sembunyikan aku dari dunia?"

"Yoon—"

"Dari istrimu?"

Jimin bangkit dari kursinya, melempar status pasien yang ia pegang. Menggebrak meja marah.

"Bisa kita berhenti membahas ini, sayang?"

"Tidak."

Yoongi bangkit, maju menghadap Jimin. Matanya berkilat marah, tapi penuh akan rasa kecewa. Jimin bisa melihatnya dengan jelas. Itu meremas hatinya, ia kembali menyakiti Yoongi-nya.

"Hyung, aku mohon."

"Aku lelah asal kau tahu." Yoongi menunduk, air matanya siap jatuh kapan saja.

"Aku juga ingin seperti dia, bebas memelukmu didepan orang banyak. Tidur nyaman dipelukkanmu setiap malam, tanpa harus was-was memikirkan esok hari—"

"Sayang.."

"Menyandang marga Park didepan namanya." Air mata Yoongi akhirnya jatuh. Lagi.

"Yoongi hyung. Jangan." Jimin menggeleng, mencoba mendekati Yoongi.

"Aku tahu, aku hanya orang biasa. Aku bukan dari keluarga berada. Aku bukan sosok yang sempurna seperti kalian."

"Tidak hyung, cukup. Aku sudah sering katakan, aku bersamamu tanpa melihat hal seperti itu."

Jimin meraih tangan Yoongi, tapi ditepis keras oleh empunya.

"Jangan sentuh aku."

Jimin menatap sakit, Yoongi-nya kembali terluka.

"Aku memang bodoh, berharap pada seseorang yang tidak mengharapkanku."

"Tidak hyung—"

"Kau hanya mempermainkan aku selama ini? Benar begitu Park Jimin?"

Jimin menggeleng tegas, "Kau tahu pasti bagaimana perasaanku padamu, hyung."

"Omong kosong." Yoongi tertawa remeh.

"Apa selama ini kau tidak bisa menilainya?"

"Menjadikan aku selingkuhanmu, apa itu yang kau sebut cinta?!"

Yoongi berteriak marah, ia tahu ini bukan sepenuhnya salah Jimin. Disini ia juga ikut andil, dulu dirinya yang menerima Jimin. Bersedia menjalani hubungan ini, dengan harapan yang begitu besar.

"Hyung, aku mohon jangan egois. Kau tahu bagaimana selama ini aku memperlakukanmu, bahkan istriku tidak pernah—"

"Pembohong!"

Jimin menarik nafas, dirinya harus sabar. Jika tidak semuanya akan sia-sia.

"Sayang, kita bisa bicarakan ini baik-baik?"

Yoongi tidak menjawab, hanya terus menatap Jimin dengan tatapan penuh rasa sakit.

"Nikahi aku."

"Kau tahu untuk saat ini, itu tidak mungkin."

"Berengsek." Yoongi mengumpat sambil tertawa.

"Min Yoongi."

"Apa?! Kau memang berengsek."

"Apa kau tidak bisa melihat bagaimana pengorbananku selama ini untukmu?"

"....."

"Apa yang selama ini aku lakukan tidak cukup meyakinkan hatimu?"

Yoongi menunduk, menggeleng pelan. "Aku hanya—"

"Aku rela berbohong pada dia ketika bersamamu, mengabaikan teleponnya, hanya karena aku menjaga perasaanmu, Yoon."

"Aku tidak mau kau sedih, aku ingin melakukan apapun agar kau bahagia."

"....."

"Tapi sepertinya kau tidak bisa mengerti keadaanku, aku hanya minta kau untuk bersabar."

"Ya. Aku memang tidak penyabar, aku membuatmu susah, menjadi bebanmu."

"Bukan seperti itu—"

"Maka mari akhiri semunya?"
















[]




Hayo siapa yang egois disini? Jimin atau Yoongi? atau dua-duanya?







;
Apaan nih wkwkwk. met malem gays.

stories [m.y]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang