21; Belum Usai

2.5K 273 162
                                    



Sekuel — Kesempurnaan.








enjoy








Park Jimin tidak lagi sama semenjak perpisahannya dengan Yoongi. 2 Tahun sudah Jimin berkubang dalam bayangan masa lalu, lebih suka menyibukkan diri di kantor hingga larut malam. Jika bukan karena putra semata wayangnya; Park Minki mungkin Jimin tidak akan bisa bertahan hingga saat ini.

Jimin ingin Yoongi bahagia, keputusan untuk menyetujui permintaan cerai dari Yoongi tidak pernah ia sesali. Baginya, penyesalan terbesarnya adalah tidak pernah menjadi sosok yang bisa membuat Yoongi bahagia. Oleh karena itu, kalau memang bukan dirinya, ia berharap Yoongi bisa bahagia dengan orang lain kelak.

Jimin selalu mengingat pertemuan terakhir mereka serta kalimat yang Yoongi ucapkan.

"Jimin, berjanji padaku untuk terus bahagia?"

Jimin tersenyum, mengangguk lalu menggenggam tangan Yoongi.

"Kau juga harus bahagia, jangan sia-siakan pengorbananku melepaskanmu. Karena aku tidak lagi punya hak untuk membahagiakanmu, tolong temukan yang bisa membuatmu bahagia, hyung."

Yoongi mendekap tubuh Jimin begitu erat, seolah mengatakan bahwa ini juga begitu berat untuknya, bahwa Yoongi masih begitu menyayangi Jimin.

"Jaga dirimu, mengerti?"

Yoongi mengangguk didalam pelukkan Jimin, semakin mengeratkan cengkramannya pada kemeja yang dikenakan Jimin.

"Kenapa pelukanmu selalu hangat?"

Jimin semakin mendekap Yoongi, memberikan kecupan di puncuk kepala si pria mungil. "Aku sangat mencintaimu,"

Jimin terkekeh miris, ketika mengingat itu semua. Bagaimana Yoongi menciumnya untuk yang terakhir kalinya, bahkan rasa bibir Yoongi masih sama manisnya seperti ciuman pertama mereka di taman kampus.

"Kuharap kau sudah bahagia sekarang, hyung. Maaf aku tidak bisa menepati janji untuk bahagia."

Jimin menatap foto pernikahannya dengan Yoongi, yang masih tertata rapi di meja kerjanya. Tidak ada sama sekali keinginan untuk memindahkannya, karena Yoongi tidak pernah pindah dari hatinya.



•••


"Uh.. Appa lama!"

Minki merengut, menendang-nendang udara dengan kakinya. Bocah kecil menggemaskan itu sedang duduk menunggu sang Ayah datang menjemput.

Tanpa Minki sadari ada sepasang mata yang menatap tingkah lucunya, terkekeh karena wajah menekuk Minki benar-benar mirip Jimin ketika kesal.

"Selalu telat menjemput, kenapa sih Minki tidak di belikan sepeda saja! Uh Appa menyebalkan!!"

Banyak gaya, rumah besar mereka jauh dari taman kanak-kanaknya. Bisa habis nafas dirinya jika harus bersepeda dari rumah menuju sekolah.

"Tidak boleh marah-marah, nanti monster jahat datang mengganggu loh."

Minki terdiam, Minki kecil tidak akan pernah lupa suara siapa ini. Kalimat seperti ini hanya selalu di ucapkan oleh satu orang, bukan Ayahnya atau Ibunya tapi..

"Papa?!"

Minki turun dari ayunan yang ia duduki, lalu berlari menerjang Yoongi yang sudah berjongkok untuk menerima pelukan darinya.

'grep'

Minki segera mendekap Yoongi erat, seolah Yoongi akan pergi kalau dia tidak memeluknya dengan kuat.

stories [m.y]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang