sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡツ
"Pak, saya izin ke toilet," ujar Valetta.
"Oh, silahkan, jangan lama-lama," balas Pak Yohan.
Axel mendongakkan kepalanya. Tidak. Axel tidak mungkin ikut izin ke toilet lagi.
Beberapa menit bisa Axel tahan tanpa mengikuti Valetta. Kan sebelum Valetta datang juga Axel sendiri.
Bisa... Kan?
"Astaga kakinya, pengin pegang..."
"Kamu ini tidur terus! Gimana bisa meraih medali kalau tiduran terus!?"
"Wajahnya cutie sekali, rasa ingin membawanya ke dunia kita sangatlah tinggi!"
Tidak. Tidak bisa.
Axel sudah terlalu nyaman hidup tanpa melihat mereka di sekolah. Axel tidak bisa.
"Pak, saya izin ke toilet ya!" seru Axel menarik perhatian satu kelas.
"Eh, Axel mau ngapain ke toilet ikutin Valetta lagi?"
"Omo, apa mereka akan pacaran diam-diam di luar?"
"Heol aku tidak menyangka mereka akan seganas itu... Tapi tak apa."
Pak Yohan memicingkan matanya, "Mau ngapain kamu?"
"Saya dipanggil alam, pak. Buang air kecil, lah..." Axel beranjak dari duduknya dan cepat-cepat menyusul Valetta, bahkan Pak Yohan belum mengizinkan Axel pergi.
"Ckckckck, tidak sabaran sekali Axel mengejar Valetta," ujar salah satu murid diangguki satu kelas.
Pak Yohan menghela napas panjang, "Sudah-sudah, sana lanjutkan tugas yang bapak berikan!"
Dan para murid kembali fokus pada buku masing-masing.
Dilain sisi, Valetta memperlambat langkahnya karena ia mendengar derap langkah seseorang dari belakang. Saat Valetta berhenti, langkah kaki manusia di belakangnya ikut berhenti.
Valetta memijat pelipisnya. Valetta sudah dapat menebak siapa manusia di belakangnya.
"Axel."
"Ya?"
Nah, betul 'kan, yang di belakang Valetta itu Axel.
Valetta membalikkan badannya, "Lo ngapain ikut ke luar?"
"Mau ke toilet," jawab Axel tanpa beban.
"Jangan bilang kebetulan karena kantong kemih lo sama kantong kemih gue itu beda dan ini udah ketiga kalinya lo izin ke toilet di saat yang sama dengan gue."
Valetta sudah tak tahan dengan tingkah lengket Axel. Axel selalu bilang kebetulan. Satu dua kali, Valetta anggap normal. Ini? Selama lima hari berturut-turut Axel selalu ada di belakang Valetta.
Valetta capek. Valetta merasa terbebani dengan satu ekor manusia ini.
Axel menunduk, "Tapi memang kebetulan..."
Valetta mendengus kesal, "Lo terus ngapain ikut gue? Ini ke arah toilet cewek! Lo mau kencing di toilet cewek!?"
"Tapi bukannya di samping toilet cewek itu ada toilet cowok?" tanya Axel bingung.
Valetta menggeleng, "Lo udah lupa? Satu jam yang lalu lo juga ngikut ke toilet itu dan sudah jelas tertempel TOILET DALAM MASA PERBAIKAN."
"Oh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Tapi Penakut | END
Teen Fiction"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seorang indigo, tapi dia penakut. Setiap hari Axel harus olahraga jantung dan menangis di dalam hati. Untung saja dirinya sudah terlatih untuk b...