ツ|Chapter 24

92.4K 17.3K 3.4K
                                    

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

ϙᴜᴇsᴛɪᴏɴ:
ᴋᴀʟɪᴀɴ ᴋᴇʟᴀʜɪʀᴀɴ ᴛᴀʜᴜɴ ʙᴇʀᴀᴘᴀ ?

Sekretaris kelas sangatlah niat. Dia membuat sebuah kotak berisikan kertas random agar peran yang terbagi di kelas adil. Padahal Sekretarisnya sendiri tidak ikut pilih, lewat jalur paksaan.

"Ayo baris! Semoga kalian beruntung! Di dalam sini ada semua karakter dan pekerjaan kecuali narator. Narator punya gue!"

Semua murid berbaris rapi. Ghevan mengambil posisi paling depan dan tanpa menunggu ia memasukkan tangannya ke dalam kotak.

"Jacques?"

"Oh lo jadi Jaq? Itu tikus Cinderella."

Ghevan terperangah. Kenapa dirinya yang tampan malah jadi tikus?

"Ini kayaknya sebuah kesala-"

"SELANJUTNYA!" potong Sekretaris menyingkirkan Ghevan.

Eros tertawa terbahak-bahak sembari memasukkan tangannya ke dalam kotak.

"Octavius?"

"Tikus Cinderella juga."

Eros ikut terperangah, kali ini Ghevan yang menertawakan nasib Eros.

"Enggak apa-apa, setidaknya kalian enggak jadi tikus doang, nanti jadi kuda," ujar Sekretaris.

"SELANJUTNYA!"

Para murid pun memasukkan tangan mereka ke dalam kotak secara bergantian, hingga pada akhirnya sekarang giliran Axel.

"Prince Charming?"

Beberapa murid memekik semangat. Apalagi Ketua Kelas, karena dirinya yang mendapat peran Cinderella.

Wakil Ketua Kelas yang mendapatkan peran Ayah dari Prince Charming sedang duduk di mejanya seraya berdecak kesal. Berisik sekali, padahal dirinya mau tidur.

"SELANJUTNYA!"

Kini giliran Valetta.

"Lady Tremaine?"

Semua murid menyoraki Valetta. Sayang sekali takdir peran Valetta dan Axel kali ini tidak mungkin bersatu. Sangat tidak mungkin.

Bendahara Kelas memelas. Kenapa bukan dirinya yang mendapat karakter Lady Tremaine? Kenapa dirinya harus mendapat karakter Fairy Godmother!? Dia tak mau menjadi orang baik, ingin sesekali menjadi jahat.

Valetta mengeluh, berarti dirinya harus banyak muncul dipanggung dan kerjaannya memarahi Cinderella serta berlagak angkuh.

Setelah semua murid mendapat peran mereka masing-masing. Mereka langsung mulai bekerja, apalagi mereka yang mengurus kostum dan segala dekorasi panggung.

Bagi aktor dan aktris, mereka dapat bersantai karena naskah ceritanya belum ada.

"Kenapa gue jadi tikus? Gue ngebayangin Lexa lihat gue... Aghhhh!!!" Ghevan tak henti-hentinya mengeluh.

Sedangkan Eros terus menghela napas panjang. Kenapa Eros juga harus jadi tikus? Ingin rasanya Eros komplain, tapi untuk apa komplain? Komplain ke Sekretaris akan berakibat fatal, apalagi Sekretaris XI IPA 3.

Indigo Tapi Penakut | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang