sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡツ
Satu persatu band tampil. Valetta melirik nomor peserta di bajunya.
Lima.
Mengapa kini Valetta merasa nomor lima terlalu cepat? Tak apa, lebih cepat lebih baik.
Valetta menghirup segudang oksigen dan mengeluarkannya lewat mulut berulang-ulang kali.
Axel yang duduk di samping Valetta juga melakukan hal yang sama, begitu juga Eros.
Ghevan? Dari tadi nyengir enggak tau kenapa.
Sekarang sudah peserta keempat yang tampil dan tak terasa penampilan mereka selesai.
"Habis ini siapa?" tanya Ghevan melirik angka di baju Valetta, "Yes, kita!"
Eros menatap Ghevan seperti menatap spesies aneh, "Lo kenapa sih? Gak gugup apa?"
Ghevan menggeleng, "Gue pengin cepat-cepat tampil untuk Lexa."
Eros berdecak kesal. Dia juga mau menampilkan yang terbaik untuk Shavira.
"Lo ngapain sih gugup?"
"Takut lihat penonton," jawab Eros.
Ghevan memutar bola matanya malas, "Lo aja rabun, emang bisa bedain penonton? Gue yakin lo bahkan gak bisa bedain penonton cewek sama cowok dari atas panggung."
"..." Iya juga, sih...
Axel menoleh ke arah Valetta, begitu juga Valetta. "Gugup?" tanya Axel.
Valetta mengangguk, ia takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di atas panggung.
Axel meraih sesuatu dari sakunya, setelah itu ia menarik tangan Valetta dan meletakkan sesuatu di atas tangan Valetta, "Ini, lo simpan selama tampil, biar gak gugup."
Valetta memperhatikan benda berbentuk bulan sabit yang ada di tangannya, "Ini apa?"
"Jimat keberuntungan." Axel tersenyum kecil, jimat tersebut hanyalah sebuah gantungan kunci pemberian Bea. Bukan jimat. Axel bahkan tidak tau sejak kapan gantungan kunci itu ada di sakunya.
Valetta tertawa kecil, ia tak menyangka Axel akan menyimpan benda seperti ini. Valetta menjadi lebih rileks, tidak segugup tadi.
"Peserta selanjutnya, berasal dari SMA Landon Hills, peserta nomor lima,"
"ECLIPSE!"
Sorakan riuh terdengar. Ghevan tersenyum begitu juga Eros karena mereka dapat mendengar jelas suara Lexa dan Shavira.
Bagaimana bisa Ghevan dan Eros tau yang mana suara Lexa dan Shavira? Kekuatan cinta. Anggap saja begitu.
"Ayo, semangat!" seru Eros menepuk tangannya. Ghevan mengangguk dan mereka berempat berjalan ke luar backstage.
Bahkan sebelum naik ke atas panggung, mata kontestan lain yang ada di backstage sudah menusuk tubuh mereka.
Yang pertama keluar adalah Ghevan, karena dia yang paling semangat. Lalu Eros, Axel dan yang terakhir adalah Valetta.
Teriakan paling kencang jatuh pada Valetta. Bahkan Lexa dan Shavira meneriaki nama Valetta paling kencang. Ghevan dan Eros hanya dapat bersedih dalam hati.
Mereka harus menerima kenyataan kalau wanita pujaan mereka lebih memilih menyoraki Valetta daripada mereka.
Valetta mengambil gitar elektrik yang ada, membawanya ke tengah panggung tempat stand mic dan microphone berada. Valetta menepuk pelan mic tersebut, memastikannya berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Tapi Penakut | END
Fiksi Remaja"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seorang indigo, tapi dia penakut. Setiap hari Axel harus olahraga jantung dan menangis di dalam hati. Untung saja dirinya sudah terlatih untuk b...