ツ|Chapter 37

89.2K 16.4K 5.7K
                                    

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

Sebelum memulai, ada pertanyaan:
Kalian mau apain zAhRA?

"Zahra. Bibirmu belum cukup merah." Anya mengangkat dagu Zahra. Memperhatikan riasan Zahra.

"T-tapi ini sudah berlebihan Ma—"

Anya mempererat genggamannya hingga Zahra merintih kesakitan. "Ini tidak berlebihan, kamu lihat Mama."

"Karena gaya rias ini, Mama bisa dapatin Papa kamu. Jadi kamu harus seperti Mama biar bisa dapatin Axel," ujar Anya penuh penekanan.

"Lagipula sudah Mama bilang kamu hanya perlu menuruti, hidupmu milik Mama, terserah Mama kamu harus apa, mengerti?"

"Mengerti, Ma..."

"Kamu udah bahagia hidup sama Mama, masih mending sama Mama daripada sama orang-orang gak jelas itu," celetuk Anya.

Anya mengambil lipstik untuk membuat bibir Zahra semakin merah. Ia percaya kalau perilakunya sekarang akan membuat Zahra berhasil menarik perhatian anak dari pasangan Kastileo itu.

Bagaimana bisa sepercaya ini? Karena hal yang sama ia lakukan untuk mendekati Nathan.

"Mama mau tanya, Axel masih belum ada perempuan, kan?" tanya Anya.

Zahra dengan ragu mengangkat bahunya. Anya melotot, "Kenapa kamu ragu-ragu jawabnya?"

"D-dia dekat sama seseorang, M-ma..." jawab Zahra terbata-bata.

"Baru dekat. Kamu harus mewanti-wanti! Jauhkan mereka, sudutkan perempuan yang dekat dengannya, Mama enggak peduli kamu bully dia atau apapun, kamu harus bisa seperti Mama!"

Zahra tidak menjawab dan kembali menundukkan kepalanya.

"Rok kamu, naikkan sedikit lagi."

Anya tersenyum puas saat melihat penampilan anaknya. Memang keberuntungannya mendapatkan anak penurut seperti Zahra.

"Sekarang kamu pergi ke sekolah, sama Pak Paus."

"Pak Paus balik lagi?"

Anya mengangguk. Setelah berdebat berjam-jam dengan Nathan. Nathan mengalah dan membiarkan Anya menggaji Pak Paus tinggi agar Pak Paus mau menjadi supir Zahra.

Anya tidak peduli jika perbuatan itu membuat dirinya semakin harus mengungsi di rumah orang. Lagipula tidak apa Anya mengungsi untuk sesaat, yang penting rumah tempat dirinya mengungsi harus sesuai dengan ekspektasinya yang tinggi.

Menurut Anya, apa yang ia lakukan akan mendatangi keuntungan nantinya. Ia ingin membuat orang-orang banyak menganggap Zahra datang dari keluarga kaya agar bisa menarik perhatian orang kaya lainnya, yang tak lain adalah Axel.

Ini sama seperti apa yang ia lakukan dulu. Memaksa adiknya untuk memberikan uang agar ia bisa mempercantik diri dan menarik perhatian Nathan.

Anya yakin hal ini adalah hal tepat. Tidak mungkin salah dan tidak mungkin gagal.

"Zahra pergi dulu, Ma."

"Pergi, bawa kabar baik pulang."

Axel dan Valetta melangkah menyusuri koridor.

"Gue tadi lihat Zahra, deh."

Indigo Tapi Penakut | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang