sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡツ
Sekolah kembali dibuat panas karena berita mengenai Axel, Valetta dan Zahra. Saat ketiga nama itu digabungkan menjadi satu Judul, sudah pasti banyak murid yang membuka berita tersebut.
Alhasil sekolah menjadi sangat-sangat ramai dan berisik.
"Bucin parah. Gak ke sekolah untuk ngerawat Valetta, iri gue. Jujur."
"Sudahlah. Gue sadar diri aja. Gue gak mau kayak Zahra yang enggak sadar diri."
Bisikan-bisikan para murid memenuhi indra pendengaran Axel dan Valetta.
Hari ini Axel dan Valetta memulai hari mereka seperti biasa. Valetta menjemput Axel dan mereka berdua berangkat ke sekolah.
Di perjalanan, Valetta izin ke toilet dan Axel pun ke kelas terlebih dahulu.
Sesampai di kelas. Kelasnya sudah ramai baik dunia manusia maupun dunia perhantuan. Wajah Axel masih berubah pucat saat melihat wajah-wajah para hantu.
"DARI BANYAKNYA HANTU DI DUNIA..." Neng Kunti menangis sembari bernyanyi.
"MENGAPA DIRIMU YANG AKU SANGKA!?" Para hantu ikut bersimpati pada apa yang baru dialami oleh Neng Kunti.
"BISA TEMANI HARI-HARIKU!"
"YANG TAK SELALU INDAH..."
Bos Pocong yang menjabat sebagai manta suaminya sekarang terlihat sedang bermesraan dengan hantu lain.
Dia tidak peduli akan Neng Kunti yang sudah menangis histeris sembari menatap Bos Pocong penuh arti.
Nyesek? Sangat.
Mereka baru saja menikah beberapa hari, bahkan tidak sampai seminggu. Tapi Neng Kunti harus menerima kenyataan kalau Bos Pocong sangat mudah bosan.
Alhasil, di depan matanya ia melihat Bos Pocong selingkuh. Ia langsung menggugat cerai di tempat.
"WALAU KITA..."
"TAK BISA BERSAMA..."
Kesabaran Neng Kunti habis. Percuma dia menyanyikan lagu galau ini dengan suara merdunya. Bos Pocong sama sekali tidak berkutik.
"SIALAN KAU BOS POCONG!"
"DASAR TIDAK BERPRIKEHANTUAN!"
"PUCEK YOU!"
Runtuh lah sudah Neng Kunti bersuara merdu. Saat marah, suaranya langsung seperti laki-laki.
Bos Pocong menoleh, "LO YANG BOHONGIN GUE! SIALAN!"
"KUNTI ABAL-ABAL!"
"GUE KIRA PERAWAN! TERNYATA JANDA!"
Kelas menjadi riuh.
Axel diam di pintu, melamun entah berapa lama. Hingga beberapa murid yang ingin masuk ke kelas menghampiri mereka.
"Woi! Napa bengong? Nungguin pujaan hati lo?" salah satu murid menepuk bahu Axel berulang-ulang kali.
Axel membalikkan badannya. Tidak mengangguk juga tidak menggeleng. Melainkan menatap Valetta yang tengah berjalan ke arah kelas sembari menyisir rambutnya ke belakang.
"Cantik..." gumam Axel.
Murid-murid itu ikut membalikkan badan mereka dan mereka pun mengerti akan maksud Axel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Tapi Penakut | END
Jugendliteratur"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seorang indigo, tapi dia penakut. Setiap hari Axel harus olahraga jantung dan menangis di dalam hati. Untung saja dirinya sudah terlatih untuk b...