ツ|Chapter 14

112K 19.2K 1.9K
                                    

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ


"Shav, gue pagi ini gak ikut lo ke sekolahnya."

"Eh, karena why?"

"Ada urusan."

"Oh oke, tapi peluk dulu." Shavira berlari ke arah Valetta. Ia memeluk Valetta yang tengah duduk di motor.

Beberapa detik berlalu, barulah Shavira pergi meninggalkan Valetta dengan wajah berseri.

Valetta mengendarai motornya menyusuri jalanan yang sudah cukup ramai. Ia akan pergi ke rumah Axel, untuk menjemput Axel.

Napas berat Valetta hembuskan. Seribet inikah memiliki ekor?

Harus dijemput. Harus diantar. Lengket terus. Untung aja gak tinggal serumah, bisa-bisa 24/7 Axel nempel kayak parasit.

Anggap saja Valetta sedang cari angin. Keliling kota sebelum ke sekolah. Morning ride.

Sesampai di rumah Axel. Valetta langsung menemui Axel tengah bersender di motornya, Axel terlihat anteng, seperti tertidur.

"Woi." Mata Axel terbuka, ia celingak-celinguk mencari sesuatu lalu menghela napas lega. "Akhirnya Bos dateng..."

"Ayo, udah hampir setengah delapan," ujar Valetta, menancap gas pergi meninggalkan Axel.

Axel segera memakai helmnya, menyusul Valetta dengan motornya. Serasa lagi balapan ngejar rival.

Selama perjalan ke sekolah, Axel dan Valetta menarik cukup banyak perhatian. Pengemudi lainnya tampak melirik dua manusia berpakaian anak SMA itu dengan sorot mata iri, terpukau atau bahkan tak suka.

Dua anak SMA memakai motor sport mereka ke sekolah, di tambah yang satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Sudah seperti pacaran saja, warna motornya samaan lagi.

Apalagi saat mereka sampai di sekolah. Semua mata tertuju pada Axel dan Valetta. Pasalnya, ini adalah kali pertama Axel ke sekolah mengendarai motornya sendiri.

Bahkan, Valetta dan Axel datang secara bersamaan. Aneh sekali, tidak mungkin mereka berpas-pasan di jalan. Pasti sudah terencana karena Eros dan lainnya sampai ke sekolah duluan.

Murid-murid semakin yakin bahwa Axel dan Valetta memiliki hubungan spesial yang lebih dari kata teman.

"Gila, meleyot gue lihat Axel naik motor kayak gitu!"

"Enggak bosen-bosen gue lihat Valetta naik motor, bawaannya keren aja, coba gue yang naik, kaki gue gak bisa nyentuh tanah..."

"Aduh kapal gue pagi-pagi gini udah nebar ke-uwuan, bisa overuwu kalau gue lihat ginian terus!"

Di antara murid-murid yang sibuk memberikan pendapat mereka masing-masing. Ada perempuan yang merasa tersakiti.

Perempuan itu tak lain adalah Zahra, mantan primadona kelas sepuluh. Zahra menatap Valetta dengan sorot mata penuh kebencian.

Kemarin, dirinya sudah dipermalukan oleh Valetta di toilet. Zahra tak bisa melupakan wajah ikan yang ia lihat di google setelah Valetta pergi.

Bagaimana bisa ikan sejelek itu Valetta sebut mirip dengan Zahra yang cantik? Zahra semakin marah saat pengikut-pengikutnya ada yang tak sengaja tertawa.

Maklum. Mereka tak dapat lagi menahan tawa karena mereka rasa bibir red-lipped batfish itu cukuplah mirip dengan bibir Zahra yang menor.

"Lihat aja, gue bakal buat dia kapok!" gerutu Zahra meremas ujung bajunya yang tak di masukkan ke dalam rok.

Indigo Tapi Penakut | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang