sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡツ
Valetta mendengus kesal. Lihatlah red-lipped batfish ini terus mengganggu.
"Kak Axel antarin Zahra pulang, ya?"
Zahra dari tadi mengikuti Axel. Saat bel pulang berbunyi, Zahra sudah menunggu di depan pintu kelas seperti menunggu sembako.
Zahra pun mengekori Axel dari kelas hingga saat ini, ia memberi banyak kode agar Axel mengantarnya pulang. Contohnya:
"Hari ini Papa Zahra enggak bisa antarin, jadi Zahra pulang sama siapa, ya?"
"Ada enggak yang mau antarin Zahra pulang?"
"Aduh, Zahra pengin diantarin sama kakak kelas..."
Dan seterusnya. Keinginan Valetta untuk menendang, menampol, menggeprek dan lainnya meningkat drastis. Tapi ia tahan.
Sedangkan Axel? Ia sama sekali tak peka dan terus menolak dengan alasan yang sama.
"Enggak bisa, gue ada urusan lain sama Valetta."
"Ih, kan, urusan sama Valetta bisa nanti... Pulangin aku lebih penting loh, Kak!" gerutu Zahra mengerucutkan bibirnya.
Gue pulangin ke dalam tanah, baru tau rasa, batin Valetta.
Valetta menaiki motornya. Axel juga menaiki motornya, "Maaf ya, tapi gue beneran gak bisa."
Zahra meraih tangan Axel, membuat tubuh Axel seketika membeku karena tidak menyangka akan disentuh, Axel tidak nyaman. "Please..."
Valetta memutar bola matanya malas, muak. Dirinya sudah muak. Valetta melirik sebuah mobil hitam yang ia yakini mobil supir Zahra.
"Itu lo udah dijemput sama supir lo, jadi gak usah jual diri di sini, pergi sana ke habitat lo," ujar Valetta mengusir.
"Mana ada gue jual diri! Gak usah nyebar hoax! Lagipula itu bukan mobil gue! Jangan sembarangan ngomong!" sewot Zahra.
Axel memperhatikan mobil hitam di dekat mereka, "Valetta enggak sembarangan ngomong, itu beneran... Mobilnya ada di situ"
Zahra mendengus sebal, melirik mobil hitam di belakangnya. Kenapa pakai datang, sih!?
Valetta memakai helmnya dan langsung pergi meninggalkan lapangan parkir SMA Landon Hills. Axel melepaskan tangan Zahra yang menyentuhnya dan ikut pergi menyusul Valetta.
Tidak ada sedikitpun perasaan bersalah atau tidak enak di hati Axel. Justru Axel merasa lega ketika ia menjauh dari Zahra.
"IH, KOK ZAHRA DITINGGAL, SIH!?" Zahra menghentakkan kakinya sekuat tenaga.
"Ini pasti gara-gara Valetta sialan itu!"
Tin! Tin!
"Ih! Pak Paus lagi! Ngapain datang!?"
Zahra melangkah menuju mobil hitam yang tadi ditunjuk Axel. Di dalam, seorang laki-laki paruh baya dengan sabar menghadapi amarah Zahra.
Padahal yang kemarin bilang ingin dijemput cepat itu Zahra, kenapa sekarang Zahra malah ngomel? Pak Paus ingin sekali undur diri. Tapi sayang, gaji menjadi supir pribadi Zahra sangatlah besar. Jadi terima saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Tapi Penakut | END
Novela Juvenil"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seorang indigo, tapi dia penakut. Setiap hari Axel harus olahraga jantung dan menangis di dalam hati. Untung saja dirinya sudah terlatih untuk b...