sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡツ
Jam menunjukkan pukul tiga, akhirnya siswa siswi dapat pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.
Valetta merapikan semua buku yang ada di lemari meja, ia sesekali melirik tubuh laki-laki yang posisinya masih sama seperti dua jam yang lalu.
"Axel," panggil Valetta. Axel masih tak berkutik sedikitpun.
Valetta melihat sekitarnya, tidak ada lagi murid. Bahkan Eros dan Ghevan sudah pergi, benar-benar meninggalkan Axel.
Valetta tidak tau kalau ini adalah rencana Eros dan Ghevan, mereka bahkan juga menarik Shavira dan Lexa dari kelas sebelah.
"Axel." Valetta memperkeras suaranya, jarang ia lakukan tapi tak apa sekali-kali ia lakukan.
Masih juga tidak bergerak.
Valetta memejamkan matanya sejenak. Ini Axel sengaja tidur nyenyak atau gimana?
Valetta mengambil penggaris yang ada di meja guru dan...
BRAK!
"ASTAGA! BUSET!" Axel akhirnya bangun.
Napas Axel tak teratur, ia menelan ludahnya dan berusaha untuk menenangkan diri.
Suara apa itu? Rasanya jantung Axel barusan mau lompat ke luar.
Axel menatap penggaris panjang yang ada di mejanya, ia menoleh ke pemilik tangan yang membanting penggaris itu. Valetta menatap Axel sengit.
"Udah bangun, kan? Gue pergi."
Valetta berjalan keluar dari kelas, Axel membulatkan matanya, apalagi saat ia mulai mendengar suara melengking yang amat familiar memasuki indra pendengarannya.
Cepat-cepat Axel mengambil tasnya dan mengejar Valetta.
"VALETTA!"
Langkah Valetta kembali terhenti. Apa lagi yang diinginkan oleh makhluk itu?
Axel mengangkat tangannya, ingin memegang pundak Valetta namun cepat-cepat Valetta bergeser.
Alhasil, Axel menepuk angin dan hampir terjatuh, maklum baru bangun dari tidur secara paksa, Axel belum sepenuhnya sadar.
"Lo, lo mau kemana?" tanya Axel sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal, dia cuman sedikit salah tingkah.
Valetta melirik Axel sekilas lalu kembali melangkah pergi, "Pulang."
Axel melirik lingkungan sekitarnya, dari kejauhan ia dapat melihat ada banyak hantu yang berlalu lalang. Otomatis Axel kembali mengejar Valetta dengan kening yang sudah mulai dihiasi oleh keringat.
Baru saja Axel dan Valetta menginjakkan kaki mereka di lantai satu, handphone mereka yang ada di saku masing-masing secara bersamaan berdering tanda panggilan masuk.
Valetta melirik layar handphone. Shavira.
"Halo?"
"Val, gue sama Lexa udah pulang ya, kami tadi lupa bilang kalau kami pulang sama Ghevan, Eros."
"Oh, oke."
"Valetta enggak marah, kan?"
"Enggak, bilang ke Eros sama Ghevan jangan aneh-aneh atau gue tarik restunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Tapi Penakut | END
أدب المراهقين"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seorang indigo, tapi dia penakut. Setiap hari Axel harus olahraga jantung dan menangis di dalam hati. Untung saja dirinya sudah terlatih untuk b...