Tidak ada yang bisa menghindari sebuah pertemuan yang telah diatur oleh sang pembuat takdir.
...
Terlihat seorang wanita berusia 24 tahun berlari membelah angin kencang. Wanita itu tidak lagi mempedulikan angin yang menerbangkan jilbab hitamnya. Fokusnya hanya pada jarum jam di pergelangan tangan yang terus berputar.
Terlalu fokus dengan jam di tangannya, wanita itu tak sengaja menabrak pejalan kaki lain yang berdiri tepat di depannya.
Brak!
"Awh!" Wanita itu mengaduh merasakan bokongnya yang berciuman dengan trotoar jalan. Apalagi dengan cuaca panas saat ini, benar-benar hari yang tak menyenangkan.
"Apa kau buta? Lihat tas saya jatuh karenamu. Apa kau tau, di dalam tas itu ada peralatan potret saya?" Pria itu menggeleng heran, lalu tanpa sepatah kata lagi segera merapikan alat potret yang jatuh dari tasnya.
Wanita itu bangkit dari duduknya. Diusapnya rok belakang yang mungkin saja terkena debu jalan. Lalu, perhatiannya kembali beralih pada seorang pria yang wajahnya terlihat samar karena terik matahari.
Selain karena terik matahari, dia sangat malas hanya untuk menengadah sebentar saja. Dia takut lehernya akan pegal. Wajar saja, tingginya dengan pria itu hanya sebatas perut. Benar-benar seperti tuyul.
"Maaf kak aku nggak sengaja. Aku tadi buru-buru karena telat ke kampus." Dia tidak melanjutkan ucapannya saat menyadari waktu terus berlalu.
Astagfirullah sekarang jam berapa, pekik wanita itu dalam hati.
Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan. Dia spontan menepuk jidatnya. "Astagfirullah 5 menit lagi dosen masuk. Maaf kak, Aku benar-benar nggak sengaja. Aduh, gimana ini, sejak tadi tidak ada angkutan umum," ucapnya dengan mata yang liar melihat kanan-kiri. Mungkin saja akan ada angkutan umum yang melintas.
Pria itu menghela napas. "Biar saya antar," ujarnya yang sedikit merasa prihatin dengan penampilan wanita di hadapannya.
Wanita itu melotot. "Apa kakak serius? Huwaaaa terima kasih kak, ayo kak kita pergi sekarang. Lima menit lagi dosen aku datang kak."
Pria itu mengangguk dan segera berjalan di tempat mobilnya berada.
"Apa tadi kakak ingin ke mobil? Maafkan aku kak karena aku, masuk mobilnya dipending hehehe," ujar wanita itu berusaha mencairkan suasana.
Tidak ada respon dari pria itu. Hanya sebuah deheman yang wanita itu tidak mengerti maksudnya.
Apa dia sedang diberi kode?
"Masuk."
Wanita itu mengangguk paham. Wanita itu kira perjalanan akan terasa sangat lamban. Namun, ternyata tidak, kurang dari 3 menit mereka telah sampai di area kampus.
Tetapi, ada yang janggal. Namun, wanita itu tidak tahu kejanggalan apa yang sedang terjadi antara dirinya dan pria itu.
Wanita itu turun dari mobil dan berdiri di depan kaca. "Terima kasih kak, aku pergi sekarang ya. Selamat tinggal."
"Hm." Pria itu berdehem sebagai jawaban. Mobilnya kembali membelah jalan meninggalkan wanita itu yang telah masuk kawasan kampus.
...
Pertemuan mereka apa akan berakhir secepat ini? Tentu saja tidak, ini adalah awal menuju jalan rumit yang harus mereka hadapi.
...
Heyyoooww!
Tinggalkan jejak ya. 🐣#mekarbatch2 #mekar2021 #mekar #menuliskarya #20hari #rpli #rumahpenaliterasiindonesia
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Bulan April [Selesai]
Romance• Third Literary Works • *** Zivian menghela napas. "Kamu salah paham. Saya dan Ara sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi. Kamu lupa? Ara sudah menikah." Afara mengangguk. "Aku ingat, tetapi tidak ada yang mustahil." "Kamu benar, tidak ada yan...