Jangan banyak bertanya tentang masa lalu saya, memangnya kamu ingin melakukan apa setelah mengetahuinya? Mengobati? Menyembuhkan? Atau memberikan luka baru?
...Angin berhembus kencang. Afara meratapi nasibnya yang sangat tidak baik hari ini. Perjalanan masih beberapa jam lagi, tetapi ban mobil Zivian malah kempis karena tertusuk paku.
Afara hanya bisa tertawa renyah, orang bodoh mana yang menebarkan paku di jalan tak berpenduduk ini?
Oh ayolah, Afara berada di mana? Di sini bahkan tidak ada bengkel dan rumah penduduk masih jauh dari sini. Sepanjang mata Afara memandang, dia hanya melihat hamparan danau yang menyejukkan mata di malam hari ini seperti ini.
Terjebak dalam keadaan seperti ini bersama seorang pria asing, tidak pernah sekalipun dipikirkan oleh Afara.
Zivian menoleh menatap Afara. "Afa," ujarnya.
Afara menoleh bingung. "Iya?"
"Saya harus bagaimana?"
Afara menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Dia mengusap-usap lengan untuk mengurangi rasa dingin yang menyerbu tubuhnya.
"Jungkir balik aja kak. Aku juga nggak tau harus bagaimana."
Afara menatap Zivian yang tengah bersandar di kap mobil dari atas hingga bawah. "Bagaimana jika kakak mencari bantuan?"
Alis Zivian menukik bingung. "Bantuan?"
Afara mengangguk. "Huum bantuan, kakak hanya perlu berjalan sedikit dan mintalah bantuan pada orang yang kakak temui di jalan."
Zivian menggeleng heran. "Bodoh." Sedikit katanya? Benar-benar tidak berperikemanusiaan.
"Lah? Why?" tanya Afara bingung. Di mana letak kesalahannya?
"Pikir sendiri." Zivian bangkit dan menepuk-nepuk pakaiannya. Bisa saja ada debu kap mobil yang menempel.
"Mau kemana?"
Zivian menoleh mendengar pertanyaan Afara. "Ke danau."
"Ha? Ngapain?"
"Jungkir balik."
Afara menepuk jidat. "Jangan dianggap serius woylah. Kalau kakak jungkir balik, terus mati. Bagaimana dengan diriku yang manis ini?"
"Nggak gimana-gimana."
Afara tidak membiarkan Zivian untuk pergi sendirian ke danau. Afara mengekor dibelakang Zivian agar bisa mencegah pria ini berbuat hal nekat.
Bisa saja Zivian depresot karena ditinggal nikah lalu ditinggal rombongan dan kemudian terjebak di jalan ini. Semoga saja, Zivian tidak melakukan hal aneh-aneh saat berada di danau. Tetapi, jika dia benar melakukan hal aneh-aneh bagaimana? Aishh! Yang benar saja? Afara tidak bisa berenang. Lalu bagaimana bisa dirinya menyelamatkan Zivian?
"Awh!" Afara lagi-lagi harus merasakan jidatnya menabrak punggung yang mirip beton. Sangat keras!
"Jangan melamun di danau."
Afara melirik sinis pada pria di sampingnya. Apa dia tidak merasa berdosa setelah membiarkan jidat mulus Afara memar?
"Ada apa?"
Afara melemparkan pandangan ke air danau. "Tidak ada, justru yang ada apa-apa itu kakak. Ngapain di danau malam-malam begini, kalau ada hantu gimana?"
"Nggak gimana-gimana."
Nggik gimini-gimini. Batin Afara mendengus kesal.
Lima menit keduanya habiskan untuk memandangi danau tanpa ada kata yang terucap dari bibir.
Sebenarnya Afara buka tipe manusia yang dapat bertahan untuk tetap diam selama 5 menit. Alhasil Afara memutar otak untuk mencari topik pembahasan yang menarik.
Pikiran Afara tertuju pada kisah masa lalu Zivian. Entah kenapa, seakan ada magnet yang menarik Afara untuk terus menguak cinta masa lalu seorang Zivan.
"Kak," ujar Afara mencoba basa-basi.
Zivian berdehem sebagai jawaban.
"Boleh nanya lagi?"
"Tidak."
"Sekali aja boleh, ya?" Afara menatap Zivian dengan puppy eyes miliknya.
"Hm, 2 menit."
Yes! Afara berhasil. 2 menit 120 detik adalah waktu yang tidak banyak. Afara harus bisa memanfaatkannya dengan baik.
"Sejak kapan kakak mencintai kak Ara?"
"Dua tahun yang lalu."
"Sekarang, masih cinta?"
"Iya."
Afara tidak terkejut mendengar jawaban yang diberikan Zivian. Dia sudah menduga hal itu.
"Bagaimana dengan hati kakak? Apa dia terluka?"
"Tentu."
Zivian menoleh pada Afara. "Ingin mengobatinya?"
Afara menoleh bingung mendengar jawaban yang tidak terduga dari mulut Zivian. "Ha?"
Zivian terkekeh. "Dasar Lola."
...
Heyyoooww!
Tinggalkan jejak ya. 🐣#mekarbatch2 #mekar2021 #mekar #menuliskarya #20hari #rpli #rumahpenaliterasiindonesia
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Bulan April [Selesai]
Romansa• Third Literary Works • *** Zivian menghela napas. "Kamu salah paham. Saya dan Ara sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi. Kamu lupa? Ara sudah menikah." Afara mengangguk. "Aku ingat, tetapi tidak ada yang mustahil." "Kamu benar, tidak ada yan...