⌛- Satu Pertanyaan

315 55 24
                                    

Dari tatapan matamu saja aku bisa langsung tau betapa dalam cintamu padanya.
....

"Pulang."

Afara mengangguk, berjalan mengekor di belakang Zivian. Namun, langkahnya terhenti karena Ara menahan pergelangan tangan Zivian.

Zivian menoleh merasakan sentuhan. Efek sentuhannya masih sama seperti sebelumnya. "Ada apa?"

Ara melepaskan tangannya dan menatap Zivian. "Kak Azi menghindariku?"

Zivian melemparkan pandangan pada kaca di belakang Ara. Dia tidak ingin menatap Ara. Dia takut perasaan yang selama ini di pendam kembali datang.

"Kak Azi?"

"Tidak. Aku tidak menghindar," ujar Zivian.

Afara tertawa renyah. Bahkan Zivian tidak formal saat mengobrol dengan Ara. Sudah jelas, ada kisah yang belum selesai dari keduanya. Afara harus bisa menyelesaikan masalah ini.

Afara bertekad mempersatukan keduanya. Namun, Afara lupa jika takdir selalu bermain.

"Aku pamit. Assalamualaikum." Zivian mengakhiri percakapan. Menoleh pada Afara dan menariknya berjalan lebih cepat.

Afara berdesis. "Pelan-pelan kak, tanganku sakit," ujarnya sambil berusaha melepaskan genggaman ah tidak, lebih tepatnya cengkeraman Zivian.

Apa dia sedang di jadikan pelampiasan? Ah yang benar saja.

Zivian membuka pintu mobil dengan kasar. "Masuk."

Afara memutar bola mata malas. "Iya."

Zivian tidak langsung menjalankan mobil. Dia menatap pada Ara yang dijemput pulang oleh seorang pria.

"Cemburu?" tanya Afara dengan wajah polos.

Zivian menoleh dan menghela napas. "Bodoamat. Arggh!" Zivian memukul dashboard, menumpahkan segala kekesalannya.

Benar! Dia cemburu. Dia tidak suka melihat Ara dekat dengan pria lain. Ara hanya miliknya, tetapi itu dulu sekarang mereka hanyalah orang asing dengan masa lalu yang belum usai.

Afara sedikit terkejut dengan kelakuan Zivian. Namun, dia lebih penasaran dengan kisah MLBK atau Masa Lalu Belum Kelar.

"Boleh nggak, sih Afa nanya?"

"Tidak," jawab Zivian sambil menjalakan mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.

Afara merenggut kesal. "Sekali aja, setelah itu nggak bakal nanya-nanya lagi. Serius! Boleh, ya?"

Zivian menggulir bola mata malas. "Dasar dora. Satu pertanyaan."

Afara bersorak senang. Rasa penasarannya sebentar lagi akan terjawab.

"Cepatlah."

Afara mendengus. Dasar tidak sabaran. Afara hanya diberi satu pertanyaan, dia harus memikirkan sebuah pertanyaan yang dapat menjawab semuanya.

"5 menit. Setelah itu tidak ada tanya jawab."

Afara tersenyum senang mendapatkan sebuah pertanyaan di kepalanya.

"Kenapa kalian tidak menikah?" tanya Afara.

Zivian melirik Afara lewat kaca. "Pertanyaan bagus. Saya kira kamu akan bertanya kapan saya jatuh cinta padanya."

Afara lagi-lagi merenggut kesal. "Ya, ya, jawab saja pertanyaan dariku."

Zivian menatap lurus kedepan. "Kenapa saya gagal menikah? Karena pengantin saya tidak siap untuk menikah diusia muda."

Afara manggut-manggut mendengarkannya. "Memangnya, waktu itu usia kalian berdua berapa?"

"24 tahun."

Afara menggaruk kepala bingung. "Bukannya itu usia yang pas untuk menikah?"

"Saya juga berpikir seperti itu, tetapi dia tidak. Dia benar-benar istimewa."

Afara sedikit merasa kesal mendengar pujian yang Zivian berikan pada Ara. Jika benar-benar mencintainya, kenapa tidak menikah saja. Memangnya dengan memuji Ara setiap saat, Zivian akan segera menikah dengan Ara?!

"Lalu, sekarang di usia kalian yang sudah matang. Kenapa tidak menikah?"

"Dia sudah menikah. Setahun yang lalu."

Afara melongo tidak percaya. Kasihan sekali pemuda ini, ditinggal nikah oleh sang pujaan hati. Dengan kata lain, Zivian adalah Sadboy. Afara tertawa dalam hati mengetahui bagaimana pikirannya menggibahi seorang pria.

"Kau tersenyum? Apa kau menertawakan saya?"

Afara berdehem, menormalkan raut wajahnya. "Tidak, kenapa kakak berpikir seperti itu? Ah baiklah, dia sudah menikah. Tetapi, kenapa dia menikah? Bukankah, dia mencintai kakak?"

"Dasar cerewet, saya hanya memperbolehkan satu pertanyaan saja. Pertanyaanmu itu beranak seperti jawaban soal matematika."

Afara merenggut kesal. "Tinggal jawab saja, aku tidak cerewet. Hanya penasaran."

"Entahlah, saya juga tidak tahu bagaimana perasaannya terhadap saya."

Afara mengerti segalanya hanya dengan raut wajah sendu Zivian. Ah jujur saja bertemu dengan pria setulus Zivian adalah pengalaman pertama Afara.

Afara bingung harus melakukan apa. Afara hanya bisa berdoa, dia bertemu seseorang yang benar-benar mencintainya.

....

Heyyoooww!

Tinggalkan jejak ya. 🐣

#mekarbatch2 #mekar2021 #mekar #menuliskarya #20hari #rpli #rumahpenaliterasiindonesia

Cahaya Bulan April [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang