⌛- It's Okay

336 54 87
                                    

Pada akhirnya aku menjauhimu karena keharusan bukan keinginan.
...

Play

🎼 Lyodra ~ Terlanjur mencinta
🎼 OST drakor ~ That Woman

.

...

"Lalala~~~" Afara bersenandung ria memutar-mutar tubuhnya di depan kaca.

Hari ini tanggal 17 April. Terhitung sejak acara pernikahan Ayara dan Rama maka, sudah 2 minggu lamanya dirinya menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan Zivian.

Ah, sepertinya hari berlalu dengan cepat. Dua minggu lagi, bulan akan berganti menjadi Mei.

Afara bertemu Zivian pada tanggal 1 April. Apa april bulan cinta? Ah, otak Afara mulai memikirkan hal konyol.

Fokus Afaraa!

Kamu harus pergi ke taman. Tempat di mana Zivian menunggumu. Entah untuk hal apa, Afara juga tidak banyak bertanya dan langsung menyetujuinya. Apa ini sihir cinta?

Lagi-lagi otak Afara menyangkutpautkan segala permasalahan dengan cinta. Afara benar-benar di mabuk cinta dan ini salah!

Afara menatap pantulan dirinya sekali lagi. "Okay. Aku cantik. Saatnya pergi!"

Afara melangkah ke lantai bawah di mana Shinta sedang asyik menonton film dengan vibes fantasi.

Shinta adalah pencinta fantasi. Sedangkan Dito pecinta anime. Benar-benar perpaduan yang pas.

Bagaimana dengan anaknya? Afara pecinta mitos dan komedi sedangkan Ayara pencinta horor dan romance.

"Mau kemana?"

Afara menoleh bingung. "Ngapain di sini?"

Ayara menaruh gelas dengan kasar. "Emang salah?!"

"Dih, nyolot. Orang cuman nanya, lagian kakak juga aneh. Pengantin baru itu harusnya manja-manja sama suami di rumah. Bukan malah kerumah orang tuanya setiap hari."

Ayara menghela napas dan duduk di kursi makan. "Iparmu tuh, ngeselin. Aku pengen makanan pedas nggak dibolehin."

Afara menggeleng heran. "Ya, iyalah dudul. Yakali makan pedas setiap hari, sakit perut tanggung sendiri."

"Tapi, kakak suka!" Ayara berdiri dari duduknya. "Kalian sama aja, ngeselin. Mau lapor sama Ayah, biar kalian berdua dimarahin."

"Dih, bodoamat. Mau pergi. Bubay," ujar Afara tak peduli dengan sikap kekanak-kanakan Ayara.

Sebenarnya Afara curiga terjadi sesuatu antara Ayara dan Rama. Namun, dia cukup tau diri untuk tidak terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga kakaknya.

"Cieee piwit. Katanya benci, tau-tau udah mau nyebar undangan aja," ejek Ayara dengan senyum jail.

Ayara menoel-noel lengan Afara. "Ekhem, udah-udah kakak paham kok. Btw nanti kalau udah nikah, rekomendasi 22 anak yang comel.  Jangan lupa," ujar Ayara terkekeh geli.

Tak kuasa menahan tawanya dengan lepas Ayara menertawakan wajah Afara yang memerah menahan malu.

"Apa sih, udah diem! Jangan ketawa woy!" Afara menyumbat mulut kakaknya dengan roti tawar.

"Dah diem. Kalau semisalnya mama nanyain, bilang aja aku ada tugas bareng temen."

"Temen apa demen, eh?"

Afara tidak menghiraukan ejekan dari kakaknya. Dia sudah terlambat 5 menit dari waktu yang ditentukan untuk bertemu dan semua ini karena Ayara!

Mobil Afara berhenti di parkiran taman sesuai perintah Zivian. Dia menatap sekeliling, mencari keberadaan Zivian. Zivian bilang, dia akan menunggu di parkiran. Namun, tidak ada tanda-tanda kehadirannya.

"Lah? Dia kemana? Udah pulang kali ya?" Afara mengetuk-ngetuk dahi dengan bingung. Mungkin saja, Zivian telah pulang karena lelah menunggu Afara yang telat 10 menit. 

Namun, bisa saja Zivian lelah menunggu di parkiran dan memilih menunggunya di dalam taman.

Afara mengunci mobilnya dan melangkah masuk ke dalam taman. Kemungkinan besar Zivian telah pulang tetapi, tidak ada salahnya memastikannya terlebih dahulu.

Afara berhenti melangkah. Di depan sana, Afara melihat Zivian. Namun, tidak sendiri.

Ara, perempuan cinta masa lalu Zivian juga berada di sana.

Afara tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun, Afara bisa melihat segalanya.

Tanpa bisa dicegah lagi. Air mata Afara lolos begitu saja. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa dia menangis? Bukankah ini bagus, Zivian akan mendapatkan cintanya kembali dan juga Afara bisa melihat Zivian bahagia.

Seharusnya Afara tersenyum bukan menangis seperti orang yang menyedihkan dikerumunan seperti ini.

Walau jarak mereka jauh, Afara bisa melihat bagaimana cara Zivian menenangkan Ara yang menangis tersedu-sedu. Entah apa penyebabnya. Mungkin saja Ara menangis bahagia karena sebentar lagi mereka akan bersatu dalam sebuah ikatan yang sah.

Afara tidak sanggup berada di sini lebih lama lagi. Awan mendung seakan menggambarkan suasana hati Afara saat ini.

Belum sempat Afara melangkah pergi. Hujan telah turun membasahi bumi. Kenapa harus sekarang? Afara membenci hujan.

Hujan membuat Afara menumpahkan tangisnya tanpa rasa takut. Hujan menutupi air mata Afara yang mengalir dengan deras.

Afara hanya bisa berharap, Zivian dan Ara tidak melihat kehadirannya di sini. Dia benar-benar tidak bisa mencegah tangisnya.

Seharusnya Afara tau. Zivian masih mencintai orang di masa lalunya. Cinta pertama tidak mungkin hilang begitu saja. Apalagi Afara hanya orang baru dikehidupan Zivian.

Afara tersenyum pilu. Bagaimana dia bisa melupakan posisinya. Memangnya dia siapa hingga bisa berpikir Zivian benar-benar menunggu dirinya memenangkan hati pria itu

....

Heyyoooww!
Tinggalkan jejak ya. 🐣

Mendekati ending, semakin membuatku dilema.

Happy or Sad Ending :)

#mekarbatch2 #mekar2021 #mekar #menuliskarya #20hari #rpli #rumahpenaliterasiindonesia

Cahaya Bulan April [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang