Chapter 11

816 119 66
                                    

Dali melotot seketika dan buru-buru mengambil bantalnya. Digigitnya bantal itu keras-keras sambil mengerang saking girangnya.

Aidan tampan sekali saat tidur. Bahkan Dali tak tanggung-tanggung mengambil ponselnya lagi dan mengabadikan gambar Aidan yang sedang tertidur pulas.

"Ya ampuuunn, calon pacar gua makin ganteng aja ya looord!" tukas Dali sambil melihat ke arah layar ponselnya. Lalu dia kembali memandangi Aidan. "Telanjang lagi! Cuma make boxer doang! Ini mah bisa-bisa hamil mendadak gua besokannya kalo gua khilaf!"

Aidan tidur terlentang, memiringkan kepalanya dengan bulu mata yang lebat.

Dali seiring membelai lembut rambut Aidan yang halus. Sejurus dengan perlahan dan hati-hati, Dali turut mengecup kening Aidan dengan lembut.

Betapa bahagia hatinya kala dia berhasil menempelkan kecupan mesranya di kening Aidan.

Lantas senyuman Dali mengembang ke permukaan wajahnya. Sejurus dia bergerak untuk kembali mematikan lampu, tiba-tiba saja tangan Dali digenggam oleh Aidan.

Dali refleks mendongak ke arah Aidan yang menggenggam erat tangannya sambil tertidur pulas. "Kenapa sih, Dan???" tanya Dali pelan.

Namun Aidan tak menjawab dalam lelapnya. Dia hanya terus menggenggam tangan Dali dengan erat dan tak mengijinkannya lepas.

Seiring Aidan bergerak ke samping, ke arah Dali dan satu gerakan mampu membuat Dali tercekat dan hanya bisa menelan ludahnya lekat-lekat. Aidan memeluk Dali erat-erat.

Bahkan yang membuat jantung Dali merasa tak terkendali adalah saat jarak wajahnya dengan wajah Aidan begitu dekat sampai mereka berdua dapat bertukar embusan nafas.

"Ya Tuhan... cobaan apa lagi ini? Apa yang harus Dali lakuin kalo udah di posisi kayak gini?" tanya Dali dalam hati.

Nyatanya, Aidan malah semakin mendekat ke arah tengkuk leher Dali.

Dali semakin deg-degan. Nafasnya memburu ketika dia dapat merasakan sensasi gelitik pada tengkuknya kala nafas Aidan berembus teratur disana.

Dali tak bergerak. Dia diam di tempat. Baru begitu saja, dia sudah merasa terangsang. Entah mengapa rasanya tak pernah seperti ini sebelumnya.

Aidan memang terlampau sering menginap di rumahnya. Tidur seranjang. Lepas baju dan hanya mengenakan boxer ketat kalau tidur. Namun Dali tak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini sebelumnya. Bahkan Aidan seringkali berposisi membelakanginya saat tidur, tak pernah sedekat ini.

Jantung Dali tak aman. Sebelum terlalu jauh dan membuatnya malah mati di tempat saking tak kuatnya, Dali berusaha mengontrol diri. Dia menjauhkan tubuhnya dari Aidan.

Namun sekali lagi, genggaman tangan Aidan begitu kuat dan malah membuat Dali kembali ke posisi semula.

Dali lalu membelai lagi rambut Aidan dengan mesra, dan mengecup lagi kening keponakannya itu dengan lembut.

Namun seketika, Aidan bergerak menuju lehernya lagi. Kali ini benar-benar membuat Dali mati kutu, tak dapat berkutik, bahkan bergerak.

Aidan tiba-tiba saja menempelkan hidung dan bibirnya pada leher Dali. Membuat Dali sendiri harus bisa menelan ludahnya dengan lancar saking gugupnya.

Aidan terus mengecup leher Dali dengan mata yang masih terpejam. Nafas bak orang tidur normal. Namun kian lamat, kian menjurus. Dali bahkan merasa bahwa lehernya sudah basah. Sesuatu tengah bergerak disana. Lidah Aidan berusaha merajai daerah sensitifnya. Bahkan tak terasa bahwa Aidan tengah mengenyoti leher Dali dengan gusar.

Bak menikmati, Aidan terus melakukannya, bahkan sampai menggigit-gigit kulit leher Dali tersebut.

Dali mendesis kecil karena gigitan dari mulut Aidan pada lehernya. Bahkan Aidan terus melakukannya sampai leher Dali terasa luka. Namun Dali tak melepasnya. Entah kenapa walaupun terasa sakit, bagi Dali ini adalah satu momen terindah dalam hidupnya. Ketika jaraknya bisa sedekat dan seintim ini oleh Aidan. Lelaki yang sudah lama dicintainya.

STUCK ON YOU 4 (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang