Chapter 44

654 133 79
                                    

"Kamu tuh gimana sih, aku sampe kelabakan loh di mobil tadi. Mana mobil kamu ribet banget lagi di pakenya" omel Miska pada Aidan ketika dengan kusutnya wajah Aidan masuk ke dalam mobil.

Aidan hanya diam saja sambil menyetir. Didengarnya omelan Miska masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

"Beib, aku lagi ngomong loh ini" tukas Miska.

"Iya iya, Mis. Gue denger kok" jawab Aidan.

Miska seketika menatap Aidan dengan geram, "Kamu tuh bisa ngertiin aku gak sih, Dan?"

"Ngertiin gimana?" tanya Aidan santai. Bahkan matanya pun terus tertuju pada jalan di depan.

"Ngapain sih tadi bela-belain turun cuma buat ketemu si Stefan homo itu????" tukas Miska.

Aidan hanya diam, menatap jalan tanpa memperhatikan betul pertanyaan Miska.

Miska makin geram, "Aidan, aku lagi ngomong loh ini!"

"Iya, Fan..." tukas Aidan.

Sejurus mata Miska memicing pada Aidan. Sejak kapan namanya berubah menjadi Stefan. Sialan. Aidan berhasil membuat hatinya sakit.

Aidan merasa kacau. Dia bahkan spontan menginjak rem mobilnya. Sorry sorry sorry, Mis. Gue..."

"Setau aku, nama aku gak pernah berubah jadi Stefan!" Miska membuka pintu dan turun dari mobil Aidan.

"Mis!!! Miskaaa!!!" Aidan bahkan terlalu malas untuk mengejar Miska. Takutnya malah jadi serba salah.

~

Sehabis makan malam, Tori dan Stefan hendak pulang. Namun apesnya, berkali-kali Tori mencoba menginjak stater kaki motornya, tetap saja motor itu tak mau menyala.

"Kenapa nih, anjing" tanya Tori, kesal.

"Kenapa, Tor? Rusak ya motornya?" tanya Stefan.

Tori tak menjawab, dia terus menginjak paksa stater kaki pada motor vespanya tersebut.

"Yah terus gimana dong kita pulangnya, Tooor???" rengek Stefan.

Tori masih mencoba melihat mesin motornya, tak menghiraukan omongan Stefan.

"Kalo naik taksi online, terus lu gimana dong, Tor? Gue gak mungkin kan ninggalin lu sama motor lu yang lagi mogok. Mana mungkin gua tega untuk-"

"RRRRRGGGHHHH!!! BACOOTTT!!! ANJEEEENG!!!" teriak Tori ke arah Stefan.

Stefan tertegun seketika, langkahnya mundur kala Tori menghardiknya dengan keras. "Kok malah marah-marah sih?"

"Ya lu kayak anjing tau gak! Berisik, nanya-nanya mulu!" cetus Tori.

"Ya maaf! Gue kan cuma mikir aja cara terbaik buat-"

"Dieeeeeeemmmm!!! Diem Stefan!" tukas Tori.

"Tor, kalo lu emosi gini, lu bakal jadi susah mikir! Tenang duluuu"

"GOBLOK LU!!!" Tori menendang motor vespanya. Walau sedikit nyeri di kakinya, namun Tori tak peduli saking emosinya. Dia terduduk di tiang hitam putih pembatas parkiran.

Stefan mengamati Tori yang tengah menenangkan emosinya. Napasnya cepat, terasa memburu dan tak sabar.

Tori begitu sebal dengan suasana saat ini. Dia kacau, mengucek kasar rambutnya.

Stefan dengan nyali besar menghampiri Tori yang duduk di sana. Stefan pun duduk disamping Tori dengan hati-hati. Setelah duduk disamping Tori, dia memperhatikan lelaki yang tengah kacau itu dengan saksama.

Tori pun juga melihat ke arah Stefan dengan layu. "Mau apa lagi lu, Fan? Mau pulang? Udah sana duluan aja!"

Stefan seiring mengambil tangan Tori dengan lembut, dia menggenggam tangan dingin lelaki yang tengah tersulut emosi tersebut.

STUCK ON YOU 4 (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang