"Dad! Daddy!" Adrial memanggil Julian yang berjalan melewati koridor kelasnya.
Julian yang nampak rapih dengan kemeja biru cerah dan celana formalnya itu turut berbalik dan menoleh pada putra keduanya itu. "Heey... gak belajar, Nak?" tanya Julian.
"Ini lagi KBM!" jawab Adrial sambil mencium tangan Julian.
"Ada gurunya?" tanya Julian.
"Ada, Dad"
"Kalo ada kok keluar, sana masuk lagi ke kelas ya"
"Daddy mau ke ruang BK ya? Urus kak Aidan?" tanya Adrial.
Julian mengangguk, tersenyum. "Iya. Udah kamu balik lagi gih ke kelas kamu. Nanti ketinggalan pelajarannya ya"
"Iya, Dad"
"Yaudah, kalau ada apa-apa, telpon Daddy atau Papa ya"
"Pasti"
"Oke"
"Adrial balik ke kelas dulu ya, Dad"
"Iya, Nak" jawab Julian sambil memperhatikan punggung Adrial yang menghilang sampai di pintu kelasnya. Lalu dia berjalan lagi menuju ruang BK.
"Bokap lu, Yal?" tanya Yasmin pada Adrial. Dia saking keponya sampai nekat bertanya pada Adrial padahal bangku mereka sedikit berjarak.
Adrial manggut-manggut.
TUKKK!!! Spidol melayang dan berhasil mendarat di kepala Yasmin. Yasmin meringis, "Sakit, bege!!!" teriaknya.
"Apa kamu bilang???" tukas guru yang mengajar mata pelajaran di kelas itu.
"SAKIT BEGEEE!!!" teriak Rabu. "Gitu katanya, Buuu!"
"AHAHAHAHAHAHAAAA" tawa para siswa di kelas itu riuh rendah memenuhi ruangan.
DAR DAR DARRR!!! Guru itu menggebrak meja. "DIAAAAM!!! Jangan gaduh! Kamu Yasmin, awas ya Ibu liat kamu ribut lagi!"
"Iya, Bu"
Sejurus Dali turut memperhatikan Adrial yang duduk disampingnya dengan heran.
Adrial pun merasa di perhatikan oleh Dali, lalu dia langsung mendongak ke samping kirinya, ke arah Dali. "Ngapain lu liat-liat?"
"Emangnya gak boleh apa liat-liat?" tanya Dali.
"Gak boleh! Tar lu naksir lagi sama gua" cetus Adrial.
"Dih?" Dali mendesis, geli. "Mending gua kabur deh ke Cina"
"Sosoan mau ke Cina, bisa bahasa Cina juga kagak lu!" cetus Adrial.
Dali langsung mengoyo, "Xifutang! Xiboba!!!"
Adrial hanya memutar bola matanya, kembali mencatat materi yang ada di papan tulis.
Jika di perhatikan, mata Adrial berwarna cokelat, persis seperti Julian. Bahkan bentuk wajahnya sangat mirip dengan Ayahnya. Dali jadi berpikir lagi. Kalau dia jadian dengan Adrial, apa dia akan merasa beruntung. Atau malah sebaliknya.
"Dibilang jangan liat-liat gue, juga!" cetus Adrial sambil fokus menulis.
Dali mendesis lagi, sebal dengan sikap Adrial sekarang. "Mentang-mentang udah jadi anaknya Bang Julian, lo! Jadi aneh gini dih!"
"Ssstttt!!! Berisik!" tukas Adrial.
"Elo tuh yang berisik! Belagu banget dasar! Sana pindah bangku aja lu!" dumal Dali.
"Buuuu Dali nih, Buuuu! Gak bisa diem nih, Buuuu!" teriak Adrial seketika pada Ibu Guru di mejanya.
Dali menelan ludah, memandang ke arah Bu Guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
RandomWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...