"Gak di jawab nih, mau minta apa?" tanya Aidan lagi pada Dali.
Dali hanya menyunggingkan senyumnya.
"Ayo dong, Daliii. Ini hadiah loh, dari keponakan untuk om tersayang" ujar Aidan lagi.
Kalimat Aidan barusan seakan begitu manis untuk Dali. Tapi bagi Dali, seakan sekarang entahlah apa gunanya. "Gausah, Dan. Dali gak mau minta apa-apa"
"Yaudah, sekarang belum. Tapi nanti kalo udah tau mau minta apa. Langsung bilang ya" kata Aidan.
"Iya" jawab Dali, lirih.
"Aidan..." panggil sesosok suara dari belakang Aidan dan juga Dali. Keduanya langsung menoleh.
Dali menyembunyikan tatapan tidak sukanya pada Miska yang baru datang.
"Eh, iya, Mis?" tanya Aidan, antusias. Dali tidak suka melihat Aidan sesemangat itu menatap Miska.
"Cuma mau ngingetin aja sih. Nanti malem jadi kan, dinner-nya?" tanya Miska, begitu cantik. Tapi menurut Dali biasa saja. Tetap Aidan lah bagi Dali satu-satunya pemandangan indah yang ada di dunia. Dan Dali benci melihat Miska yang sok cantik, sok imut depan Aidan.
"Ya jadi lah! Masa gak jadi sih. Kan first date kita dinner" jawab Aidan.
Miska tersenyum lebar, "Okeh. Aku tunggu ya"
"Iya" jawab Aidan.
Tanpa disangka Miska langsung menjurus ke pipi Aidan dan menciumnya dengan lembut.
Dali melotot melihatnya, tak percaya.
Terlebih Aidan sendiri, yang menelan ludah serta berbunga-bunga setelah mendapatkan kecupan manis di pipi dari Miska.
Miska pun pergi dengan senyuman paling cantik dibibirnya. Meninggalkan Aidan yang masih terpelongo akan ciuman di pipi itu.
Sementara Dali hanya membeku ditempatnya. Menata hatinya lagi. Meski sudah runtuh berkali-kali. Nyatanya Dali tetaplah payah.
"Lo liat sendiri kan, Dal???" ujar Aidan pada Dali. "Gua dicium di pipi loh sama Miska barusan"
Iya, gue gak buta, Aidan. Begitu juga dengan hati gua, yang masih aja buta untuk membanggakan lo terus menerus, meskipun lo udah nyakitinnya secara gak sengaja. "Iya. Enak ya jadi Aidan"
"Anjir banget gak sih, gilaaa! Rasanya tuh... kayak mau melayang gitu gua, Dan!" cetus Aidan lagi. Membuat hati Dali sakit lagi.
Bibir Dali bergetar, ingin menangis lagi. Namun harus kuat dia tahan sebisa mungkin di depan Aidan.
"Wah gila sih, belum apa-apa aja, gue udah dapet ciuman di pipi dari Miska. Gimana kalo nanti...-"
"Dali mau ke toilet bentar ya, Dan" pungkas Dali tiba-tiba, berdiri dari duduknya.
"Hah? Toilet? Mau gua temenin gak?" tanya Aidan.
"Gak usah, gapapa" nanti lo nyakitin gua terus lewat pujian lo buat Miska. Dali beranjak dan berjalan meninggalkan Aidan.
Aidan terdiam di tempatnya sambil memperhatikan punggung Dali yang terus berjalan. Aidan mengernyitkan keningnya, "Dali mau pake toilet yang mana sih? Kok malah terus? Bukannya ke kiri?"
~
Adrial yang sedang berjalan melewati koridor tiba-tiba saja tersentak ketika tubuhnya tak sengaja menabrak badan seseorang.
Adrial mundur sedikit, dia menekuk alisnya ketika melihat Dali dalam keadaan menangis. "Dali??? Lu kenapa?"
Dali tak menjawab, bibirnya bergetar. Matanya menyipit. Merah basah tergenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
SonstigesWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...