Stefan berhenti melangkah. Tiba-tiba saja jantungnya terasa ngilu ketika telinganya selesai mendengar kalimat yang keluar dari mulut Adrial tersebut.
Begitu pun dengan Tori yang menekuk alisnya kala mendengar ungkapan Adrial barusan. Adrial nyari mati.
Stefan memutar badannya pelan, menatap Adrial dengan tak percaya.
Adrial masih diam ditempatnya, seakan sudah tak ada lagi sesuatu yang membelenggu di relung hatinya.
Biar saja. Biar saja reaksi Stefan selanjutnya apa. Entah marah, kecewa dan geram. Adrial tak peduli, meski pikirannya tak ada satupun yang optimis kini.
"Kamar bilang apa barusan?" tanya Sfefan.
Adrial sambil tegang turut berkata, "Kamar cinta sama Malik. Sejak dulu. Udah lama. Sejak kita masih kecil, Malik. Perlahan rasa itu tumbuh, tapi Kamar gak pernah berani ungkapin itu ke Malik. Setelah Kamar tau kalau Malik bukan adik kandung Kamar, Kamar bersyukur. Ada celah untuk bisa masuk ke hati Malik. Tapi Malik keburu cinta sama Aidan. Kamar jadi gak bisa untuk-"
"Stop!!!" potong Stefan seketika. Sukses membuat Adrial bungkam seketika. "Jangan dilanjutin lagi! Malik gak mau denger!"
Adrial seketika lunglai kala melihat reaksi Stefan yang geram.
Begitu seketika Stefan memilih pergi meninggalkan tempat itu.
Tori masih diam menatap tajam mata Adrial, lalu mendekati Adrial seakan mengancam. Namun yang dikatakannya adalah, "Seharusnya kalo lu cinta sama Stefan. Sayang sama Malik. Gak pernah ada kata nanti untuk ungkapin itu. Ngerti lu!"
Jantung Adrial makin lemas saat kalimat Tori barusan terasa menampar dan menghantamnya keras.
Adrial menahan sesak sambil melihat punggung Stefan dan Tori yang berjalan beriringan.
Adrial yang bodoh. Mengenal terlambat dalam mencintai. Padahal dekat. Tapi Stefan pun seperti menolaknya. Maka inilah kenyataan yang di dapat.
~
Stefan terdiam di bangku taman, berpikir sendirian. Ini pertama kalinya dia mencoba untuk menyendiri di tengah keramaian. Menjadi dirinya yang lain. Yang tak biasanya. Memikirkan semua yang terjadi.
Adrial. Mario. Bagaimana mungkin laki-laki itu bisa mencintainya. Hanya dalam hitungan detik, kalimat itu terucap begitu saja. Saking terlalu lamanya ditahan.
Bagaimana juga sesuatu menjadi menyakitkan dalam kurun waktu yang singkat.
Tak ada niat menyakiti, pikir Stefan. Dia tahu baik Adrial juga dirinya tak ada satupun niat menyakiti. Namun entah mengapa pengakuan itu sukses membuatnya menjadi rancu.
Apa yang harus Stefan lakukan. Dia bingung. Marah pada Adrial saja dia tak bisa lama-lama. Apalagi untuk membenci.
Lantas menerima cinta Adrial, apakah satu wujud yang harus dipaksakan. Sedang selama ini Stefan telah menganggap manusia itu sebagai kakak yang istimewa di hatinya. Bahkan mereka masih saling menyebut nama lama mereka satu sama lain. Sespesial itu.
Tapi... ada lagi sesuatu yang jika ditelusuri lebih dalam, Stefan malah akan merasa gundah.
Rasa penasaran dan iba. Jika Stefan semakin penasaran dengan rasa itu, Stefan akan merasa iba pada kakak angkatnya itu. Dan pertanyaan aneh pun akan menjalari seluruh dinding hatinya. Kenapa tak di coba untuk menerima Adrial di hatinya.
Stefan berdecak, memukul kepalanya. Gak mungkin. Bahkan gak boleh. Dia sudah punya Tori. Toh, boleh jadi ini hanyalah perasaan yang wujudnya bertahan sementara saja. Tak abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
DiversosWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...