Stefan melotot, tiba-tiba tenggorokannya panas kala mendengar Tori berujar seperti itu padanya. Dia bahkan hampir tak percaya bahwa ini adalah nyata.
Tori menatap Stefan lekat-lekat, menegaskan bahwa tanya terakhir adalah keseriusan yang sungguh untuk lelaki menggemaskan itu.
"T-Tori seriusan? Apa cuma lagi ngeprank?" tanya Stefan, menatap mata Tori dengan saksama. Bahkan dia takut bahwa Tori hanya mempermainkannya.
Sejurus Tori mengambil tangan kiri Stefan dengan lembut, dan dia berkata, "Fan... lo tuh udah ngeyakinin akan satu hal... bahwa cinta datang karena terbiasa. Lo yang bikin gua sadar... kalau rasa sayang itu gak harus berawal dari saling suka. Tapi menerima. Mau sekurang atau seindah apapun orang yang akan jadi pasangan kita, kita harus siap untuk menerima semua aspek yang ada di diri dia. Lama-lama rasa cinta itu akan datang dengan sendirinya. Kayak lu sama gua sekarang, gak butuh untuk berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Gua langsung ngerasa nyaman sama lo! Lo dengan segala ketololan lo, udah berhasil bikin gua sayang sama lo, Fan!"
Mata Stefan berkaca-kaca mendengar segala ungkapan Tori barusan. Rautnya meratap penuh haru. Perasaannya tak keruan. Bukan bimbang, lebih tepatnya tak menyangka. Kaget. Merasa berada di suasana seperti ia sedang mendapat kejutan berhadiah.
Gila. Tori menyatakan perasaannya. Stefan malah bingung harus berbuat apa. Bahkan dia tak menyangka bahwa lelaki galak satu ini ingin hubungan lebih dari sekadar pura-pura.
"Kok diem, Fan? Jawab lah. Lo gak suka ya sama gua? Lo masih kecantol di Aidan ya?" tanya Tori.
"Enggaaaak! Enggak, Toriiii! Ya Allaaahh, Epan malah seneng banget. Seneeeeeeeng, banget. Tori nembak Epan dengan cara yang beda dan gak disangka-sangka. Epan bener-bener beruntung banget. Epan bahagia banget akhirnya Epan bisa di tembak jadi pacar benerannya Tori" ujar Stefan sambil menyeka air matanya.
"Ooowww... jangan nangis juga doong!" Tori turut menyeka pipi Stefan yang basah.
Stefan tertawa kecil, "Iyah, ini tuh tangisan bahagia tauuuu"
"Jadi lo bahagia nih sekarang?"
Stefan manggut-manggut.
"Seneng, gue tembak?"
"Iya"
"Terus? Jawabannya apaan?" tanya Tori.
"Ya maulaaaahh! Masa gak mau!" jawab Stefan.
"Berarti mulai hari ini lo jadi pacar gua beneran ya?"
Stefan tersenyum bahagia sambil manggut-manggut.
"Ya ampun Toriii... Epan seneng banget, bisa jadian sama Tori hari ini! Gak percuma Epan pake baju bagus sama belah pinggir"
"Yeeee! Ada-ada aja lagian lu!" jawab Tori. "Pokoknya mulai sekarang, lu harus dengerin apa kata gua, oke?"
"Siap, Bos!!!"
"Semoga gua bisa buat lu bahagia ya, Fan!" ujar Tori.
"Iiihhh, Toriiiii! Epan pacaran boongan aja udah bahagia sama Tori, tauuuu! Apalagi beneran kayak gini, coba!" kata Stefan
"Oh ya?"
"Iya dooong!"
Tori tersenyum melihat Stefan dengan saksama. "Lu kenapa lucu banget sih, Faaaan!"
"Ngangenin, lagi"
"Ngangenin?"
"Iyalah"
"Gue gak kangen tuh!"
"Dih gitu amat"
"Tapi sayang!"
"Aaaaaaaaaaa ayang Tortoooooorr!!!" Stefan terjatuh di pundak Tori.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
AcakWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...