12. Sakit!

1.6K 233 56
                                    

Author's Pov

"Lo jangan macem-macem!"

"Gue? Ahahaha! Lo kali! Kan udah gue peringatin dari awal!"

"Ck! Pril! Masalah Lo itu cuma sama gue! Jangan bawa-bawa Oma!"

April memilin rambutnya sembari tersenyum santai. "Dulu gue udah pernah bilang, kalo Lo gak mau nurutin apa yg gue bilang, Oma Lo yg jadi taruhannya! Udah bagus-bagus selama ini Lo ngikutin apa mau gue! Eh pas si cewek itu dateng, Lo mulai berubah! Sering ngabain gue, bahkan sampe gak nurutin apa yg gue mau!"

"Tadi gue cuma kejar dia! Dia bukan orang sini, kalo tersesat kan bahaya!"

"Ngapain Lo harus peduli sama cewek yg bahkan Lo gak kenal itu???"

"Kan udah gue bilang, dia sodara gue."

"Oh sodara...." April berjalan memutari Ava. "Sejak kapan Lo punya sodara dari dimensi lain?"

*

Eshter yg tengah duduk di ranjang, semakin gelisah karena Ava tak kunjung pulang. Sudah hampir 3 jam dirinya duduk lalu berdiri, berjalan-jalan mengitari ranjang, lalu duduk lagi, hanya karena memikirkan Ava.

Kepergiannya yg tergesa-gesa itu yg membuat Eshter merasa khawatir. Ditambah ancaman April yg belum sepenuhnya ia mengerti. Apa yg akan dilakukan mantan Ava itu pada Oma? Pertanyaan itu terus berputar di dalam otak Eshter.

Ceklek!

"Akhirnya kau pulang!" Sontak Eshter bangkit dan menghampiri Ava yg baru saja masuk ke dalam kamar dengan tampang lesu. "Kau habis dari mana?"

Bukannya menjawab, Ava malah menatap Eshter dalam.

"Ada apa, Ava?"

"..."

"Kau ini kenapa? Jawab pertanyaanku! Kau habis darimana???"

Mata gadis itu terus saja menatap Eshter dengan banyak arti.

"Sudahlah, jika kau tak mau menjawab. Ini sudah malam, lebih baik kau tidur." Eshter yg tak mendapat jawaban dari Ava pun akhirnya berbalik demi bisa berjalan kembali ke arah ranjang.

Tapi, tangan mungil itu langsung ditahan oleh tangan kekar Ava.

Lantas, Eshter pun membalikkan badan dan menatap Ava heran. "Apa?"

"..."

"Kau ini kenapa sebenarnya? Ada yg ingin kau sampaikan?? Katakan!"

"Lo..."

"Iya? Apa?"

Ava menghela nafas berat. "Lupain. Sana tidur!" Gadis itu melepaskan cengkramannya pada Eshter lalu berjalan menuju ranjang.

"Jangan menggantung ucapanmu! Katakan, Ava!" Ucap Eshter dengan sedikit nada sentakan.

Ava langsung berbaring dan memejamkan matanya tanpa menjawab rasa penasaran Eshter.

Melihat Ava yg sudah tidur, membuat Eshter berdecak kesal. Ia pun berjalan mendekati Ava yg berbaring. Di tatapnya Ava dengan mata yg menyipit.

Eshter sedang berusaha membaca pikiran Ava sekarang. Berharap keahliannya itu masih berfungsi.

Tapi nihil, Eshter tak mendapatkan jawaban apapun. Entah karena dirinya yg tak memiliki kemampuan itu sekarang atau karena Ava yg pikirannya sudah kosong dan pergi ke alam mimpi.

Eshter menghela nafas. Tatapannya masih tertuju pada wajah Ava yg terlihat lelah. "Tadi kau ingin mengatakan apa? Apa yg sudah kau alami? Kau pergi kemana tadi? Kenapa wajahmu terlihat lesu? Kenapa kau tidak mau memberitahuku?" Berbagai pertanyaan terus Eshter lontarkan pada Ava walaupun ia tahu, Ava tak akan mendengar. "Aku juga ingin tahu, apa maksud April tadi. Ada apa antara kau dan April? Dan ucapan Nenek tentang April yg tidak pernah dispesialkan olehmu, membuat aku juga bertanya-tanya. Apakah dulu kau benar-benar mencintai April? Jika tidak, mengapa kalian bisa menjalin hubungan? Jika ya, mengapa kalian memutuskan hubungan?"

A World Of Different DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang