19. Hadeh

1.2K 191 18
                                    

Eshter's Pov

Bagaimana pun aku harus cepat pergi dari sini. Lama-lama aku bisa gila jika terus dekat dengan Ava. Akhir-akhir ini dia selalu bertingkah aneh. Mentang-mentang aku telah mengetahui perasaannya padaku, tidak seharusnya dia berperilaku memancing.

Maksudku, Ava ini jadi sering menatapku dari jarak dekat, lalu tiba-tiba berperilaku manis dan seolah menggodaku.

Sejak hari dimana aku menunjukkan foto yg kutemukan di ruangan Nenek, aku pernah berkata padanya untuk membantuku agar bisa cepat pulang. Tapi dia tidak membantu sama sekali!

Sudah 3 hari ini aku semakin dibuat arghh oleh sikapnya. Sulit sekali untuk menjelaskan ini.

Aku harus cepat berubah! Baiklah, mulai darimana?

"Nek!"

"Ya?"

"Adakah pekerjaan rumah yg bisa aku kerjakan lagi?"

Nenek malah mengerutkan alisnya. "Kenapa?"

"Ayolah Nek! Apa saja asal aku bisa membantumu."

Nenek tersenyum, lalu menarikku menuju dapur. "Iris bawang merah ini ya. Trus potong tahu sama tempenya. Abis itu goreng. Jangan lupa cuci piring kalo udah selesai."

"Banyak sekali!"

"Eit eit! Itu dikit loh! Nanti makanan lain biar Oma yg masak. Udah cepet! Bentar lagi kan kita mau makan malam. Oma mau lanjut siram bunga. Yang bener ya masaknya!" Nenek pun berlalu pergi menuju halaman.

Sisalah aku di sini. "Seharusnya aku menolak pekerjaan ini. Bagaimana jika masakannya tidak enak? Nenek ini ada-ada saja! Mengapa mempercayakan masakan kepadaku?! Huh!" Dengan perasaan kesal, aku pun mulai mengiris bawang merah yg Nenek suruh tadi. "Hiks. Perih." Mataku mulai berair akibat bawang yg sedang ku iris. "Hiks."

"Esteh???"

Sontak aku mengalihkan pandanganku pada ambang pintu dapur. Nampak Ava yg seperti panik melihatku. Ia langsung berlari ke sini dan bertanya banyak hal.

"L-lo kenapa??? Kenapa nangis??? Ke iris piso??? Kena minyak goreng lagi??? Kenapaaaa????"

"Kau yg kenapa??? Aku sedang mengiris bawang! Pergilah! Jangan mengganggu!" Aku pun lanjut mengiris.

"Kok Lo masak? Oma yg suruh?"

"Tidak. Aku yg ingin." Jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari bawang.

"Buat apa?"

"Kau pikir memasak untuk apa? Untuk dipajang???"

"Maksudnya Lo masak buat apa? Biasanya Oma yg masak."

"Karena aku ingin memasak. Sudahlah! Kau pergi saja!"

Bukannya pergi, Ava malah menarik kursi lalu duduk tepat di sampingku. Dia memandangiku sembari bertopang dagu. Apa maunya?!

"Ada apa??? Kubilang pergi!"

"Ngapa si? Orang pengen liat! Kalo Lo gak sengaja keiris piso kan gue bisa langsung bantu."

"Kau mengharapkan aku teriris?!"

"Gak gituuu. Yaudah si lanjut aja. Gue cuma mau liatin, gak bakal ganggu."

Inilah salah satu sikap aneh Ava yg membuatku akhsjanajahavahak!

Apa maksudnya? Dia ingin melihatku memasak atau ingin memandangi wajahku? Menyebalkan!

"Berhenti memandangiku atau kutusuk matamu!"

Ava langsung mengerjapkan matanya. "Sadis."

"Ayolah Ava! Kumohon pergi! Aku sedang membantu Nenek! Kau jangan menggangguku! Aku ingin menjadi anak yg baik agar bisa cepat pulang ke Sivothin! Aku ingin keluar dari sini!"

A World Of Different DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang