Ava tersenyum lebar mendengarnya. Lantas, ia mendekap Eshter dengan penuh kasih sayang. Mencium pucuk kepalanya, dan berharap semuanya akan terus berjalan baik seperti ini.
Drrtt!!!
Saat sedang asyik berpelukan dengan Eshter, dering ponselnya malah mengganggu. Ava pun segera melepaskan pelukan itu, dan mengambil ponsel yg ia taruh di atas nakas. Seseorang tengah meneleponnya.
"Halo?"
Cukup lama Ava terdiam mendengarkan ocehan dari seberang sana. Ia menghela nafas cukup panjang.
"Iya, saya ke sana."
Tut!
Ava kembali menaruh ponselnya di atas nakas. Ia menoleh pada Eshter yg nampak bertanya-tanya. "Gue harus pergi. Lo istirahat aja di sini."
"Kemana???"
"Ke rumah April."
Eshter menegakkan tubuhnya, terkejut mendengarkan jawaban Ava. "Untuk apa??? Urusanmu dengannya sudah selesai kan???"
Ava menggeleng. "Orang tuanya marah dan minta gue buat ke sana. Dia nyalahin gue atas kejadian yg nimpa anaknya."
"A-apa? Tapi kau tidak bersalah! April yg memulainya sendiri! Dia yg salah!"
Ava menghela nafas lagi. "Gue pergi dulu ya."
Sontak, Eshter menarik tangan Ava saat gadis berparas tampan itu hendak bangkit dari ranjang. "Aku ikut!"
Ava mendorong pelan tangan Eshter. "Lo istirahat aja. Energi Lo semalem terkuras abis. Biar gue aja yg ke sana. Bentar kok."
Wajah Eshter semakin memelas.
Ava mengelus pipi gadis itu, menyalurkan ketenangan agar Eshter tak merasa khawatir padanya. "Gue cuma bentar."
"Janji sebentar?"
Ava mengangguk yakin disertai senyuman.
"Baiklah..." Eshter pun dengan pasrah, akhirnya membiarkan Ava pergi.
Hanya sebentar bukan? Lalu setelah itu Ava akan pulang lagi ke sini dengan keadaan baik-baik saja kan?
***
"Ava sini!"
Ava bejalan malas menuju Roy yg sedang duduk di teras rumah April.
"Sumpah gue takut kalo kita dihukum berat!"
"Lo gak salah Roy. Di sini gue yg ada kaitannya. Lo gak perlu takut. Mending Lo pulang aja, tar gue yg jelasin ke mereka kalo Lo gak salah."
"Gak bisa gitu dong! Lo temen gue, dan gue nyaksiin gimana mereka berdua meninggal. Lagian dari awal, gue udah bilang bakal bantu Lo gimanapun caranya. Gue bangga kita akhirnya bisa nemuin Eshter. Dan dia juga sekarang dalam kondisi yg lebih baik."
"Tapi Roy, tetep aja gue gak mau bikin Lo juga kena. Lo sendiri yg bilang tu setan-setan bunuh mereka atas perintah gue. Jadi otomatis gue yg salah di sini."
"Gak bisa! Lo dihukum! Gue juga dihukum! Seenggaknya biarin gue jalanin hukuman bareng Lo demi Eshter. Gue seneng bisa nemuin dia di rumah itu, walaupun gue tau, kehadiran Lo yg diharepin sama Eshter. Dan gue juga mau jalanin hukuman yg bakal orang tua April kasih demi Eshter, demi cinta gue ke dia. Walaupun gue tau kebahagiaan itu nantinya gak berpihak ke gue tapi Lo, seenggaknya gue udah bisa ngebuktiin kalo gue cinta sama Eshter. Apapun hal yg berkaitan dengan Eshter, gue siap lakuin seberat apapun itu. Di sini, gue gak ada niat buat ngerebut dia dari Lo. Gue cuma nunjukin cinta gue ke dia pake cara gue. Urusan siapa yg bakal di pilih, gue bakal di terima. Dan gue tau, Eshter bakal pilih Lo. Kalo udah begitu, gue cuma bisa nerima dan ikut bahagia karna Eshter nemuin siapa yg pantes dia cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
A World Of Different Dimensions
Fantasía(Completed) Entah bagaimana bisa, saat terbangun dari tidurnya, seorang wanita dari dimensi lain seperti dimensi negeri dongeng, berada di dalam kamar seorang wanita berparas tampan yg memang hidup di zaman sekarang. Ia jadi harus menyesuaikan diri...