13. Uuuuu

1.4K 226 40
                                    

Author's Pov

"P-pulpen? T-tentu saja bukan! Sudah jelas kau sendiri tadi melihat Tuan snake mematukku!" Eshter mengalihkan pandangannya dari Ava demi menutupi kegugupannya.

Ava tersenyum tipis, "Biar apasi?"

"Biar apa,,, apa?"

"Biar apa Lo pura-pura dipatuk uler kayak gitu?" Wajahnya berubah datar.

"S-sudah kubilang ini bukan pura-pura!"

"..."

"Aku, aku sedang bermain dengan Tuan Snake lalu tiba-tiba dia mematukku. Aku, aku juga tidak tahu mengapa dia melakukannya. Untunglah patukannya itu bisa sembuh dengan cepat."

"Udah?"

"A-apa?"

"Udah bohongnya?"

Eshter bangkit dari duduknya demi bisa mensejajarkan kepalanya dengan leher Ava. Tentu saja tidak bisa sejajar dengan kepala, karena Ava lebih tinggi.

"Aku tidak berbohong, Ava!"

"Lo tau gak sih, seberapa khawatirnya gue pas liat Lo kenapa-napa?"

Eshter terpaku mendengar ucapan gadis di depannya.

Ava tersenyum kecut. "Jelas Lo gak tau dan gak akan peduli. Apa sih yg Lo peduliin di dunia ini? Cuma diri Lo sendiri kan yg Lo peduliin?"

"A-apa maksudmu?"

"Semenjak Lo dateng ke sini, ke rumah gue, gue jadi ngerasa kalo gue harus bertanggung jawab sama Lo. Gue harus lindungin Lo lah, apalah. Ya walaupun gue tau, gak ada gunanya gue lakuin itu. Lo orang asing, gue belum pernah ketemu Lo, bahkan mungkin sekarang gue emang gak pernah ketemu Lo."

"..."

"Bisa jadi selama Lo di sini, ini tuh cuma mimpi doang. Dan pas gue bangun, ternyata Lo udah gak ada. Bahkan emang gak pernah ada di dunia ini. Siapa sih yg percaya kalo tiba-tiba ada manusia dateng ke rumah Lo dari dimensi yg berbeda? Aneh! Tapi gue coba buat mempercayai itu. Karena mungkin, Lo itu emang ada di sini. Dunia yg milik Lo yg Lo maksud itu juga emang ada."

"..."

"Dan keberadaan Lo disinilah yg bikin gue ngerasa,,, kalo gue itu harus selalu ada di samping Lo. Gue gak bisa biarin Lo kenapa-napa dan gara-gara ini juga gue..."

Ucapan Ava yg menggantung, membuat Eshter penasaran. Ingin meminta kelanjutannya pun, rasanya mulut Eshter tak mampu bicara. Semua perkataan Ava itu, telah berhasil membuatnya bungkam tak percaya.

Ava menghela nafas. "Gak ada gunanya juga gue lanjutin. Lo gak akan peduli." Setelah ucapan itu, Ava pun pergi keluar kamar meninggalkan Eshter dengan mata yg berkaca-kaca.

"A-ava!"

Panggilan Eshter, tak membuat Ava kembali ke kamar. Gadis itu sudah hilang dari balik pintu.

Eshter kembali duduk. "Kenapa Ava ini suka sekali menggantung ucapannya?! Apa yg akan dia katakan tadi? Lalu,,, dia bilang aku tidak akan peduli? Apakah perilakuku seburuk itu? Apakah aku hanya peduli pada diriku sendiri?"

*

"Kenapa?" Oma mengerutkan alisnya saat melihat Eshter memasuki kamarnya dengan wajah tertunduk.

"Dia akhirnya berbicara, tapi..."

"Apa?"

"Dia membuatku bingung dan senang dalam waktu bersamaan."

"Emang dia ngomong apa?"

A World Of Different DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang