Eleanor, Eshter, Isabelle ☝️
.
.
.
.Eshter dan Ava terbelalak. Keduanya menatap Eleanor tak menyangka.
"Tapi kak, kukira kau akan menasihatiku. Ternyata kau juga menyukainya. Kenapa???" Jujur, Eshter merasa tidak terima jika ada orang yang menyukai Ava. Bagaimana jika gadis itu berpaling darinya dan malah memilih Eleanor? Tidak. Eshter tidak mau. Ava hanyalah miliknya seorang. Egois memang, tapi siapa yang ingin cintanya dibagi-bagi?
"Kok lo--maksudnya, kok kamu suka aku?" Ava pun tak ingin ini terjadi. Dirinya hanya menyukai Eshter. Jika Eleanor menyukainya juga, bukan tidak mungkin gadis itu akan tersakiti nantinya.
Eleanor yang melihat dua orang di depannya itu, akhirnya tertawa. Ia tak menyangka bahwa ucapannya tadi mampu membuat mereka berdua seterkejut itu. "Hahahaha... Tenang saja... Aku memang sempat menyukai Ava tadi, karena kukira, dia seorang pria. Tapi disaat aku mengetahui bahwa dia wanita, tentu aku tidak akan menyukainya seperti itu. Lagipula, Ava sudah seperti kakakku. Jadi, walaupun dia memang pria, aku tak akan mau bersamanya. Menjalin hubungan dengan keluarga rasanya tidak enak."
Eshter dan Ava terdiam.
"Dan itu artinya, aku tidak menyukai Ava. Kau tenang saja. Tapi jika kalian memang saling menyukai, aku akan menjadi salah seorang yang mendukung hubungan kalian." Eleanor tersenyum tulus.
Penuturan gadis itu, akhirnya membuat mereka berdua merasa lega. Kakak dari Eshter akan jadi orang yang mendukung mereka. Tapi bagaimana dengan Kakek Nenek dan Ibunya? Jika mereka tidak setuju, otomatis mereka tidak akan bisa bersama.
Tapi walaupun begitu, Eshter maupun Ava sudah merasa senang karena mereka bisa hidup menjadi satu keluarga. Mungkin itu saja sudah cukup.
Dua orang yang saling mencintai, hidup sebagai keluarga yang berdampingan. Bisakah?
***
"Kau sudah bangun?"
Wanita itu mengucek matanya. "Iya... Kau habis darimana?"
"Aku habis mencari makan. Dan aku ada kabar yang sangat menggembirakan! Kau mau dengar?"
"Kabar apa??"
Si pria duduk di samping wanita yang sekarang sudah bangun dari tidurnya itu. "Ibumu sudah kembali! Dia juga mengajak cucunya ke sini! Anak kita!"
Wanita itu terbelalak. Ia sampai tak mampu untuk berkata-kata.
"Aku mendengar kabar itu dari warga sekitar. Bibi Margareth kembali ke sini bersama Aragonolan. Aku pun tak tahu bagaimana bisa dia mengajak Bibi untuk kembali ke sini."
"A-anakku? Anakku ada di sini???"
Pria itu mengangguk antusias.
"Alarick! Aku ingin bertemu dengannya!! Kita harus ke istana sekarang juga!!"
Pria bernama Alarick itu menahan si wanita untuk tidak terburu-buru. "Tenanglah Loretta. Kita tidak bisa langsung ke sana. Kau tahu sendiri bahwa aku sudah dikabarkan dan dianggap tiada oleh mereka. Dan aku takut, jika kau kesana, kau akan mendapat perlakuan buruk dari mereka."
Loretta menatap Alarick dengan sendu. "Lalu,,, kita harus bagaimana? Aku ingin sekali bertemu dengannya. Aku bahkan belum sempat memeluknya saat aku selesai melahirkannya. Ibu langsung membawa anakku pergi tanpa membiarkanku menatapnya barang sedetik pun."
"Aku tahu Loretta. Aku pun sama denganmu. Aku ingin sekali bertemu dengannya. Bahkan, saat itu aku tak bisa menemanimu bersalin. Dan bahkan, aku belum sempat melihat anakku sendiri. Ayah langsung mengusirku saat kita jujur padanya. Aku memang pria yang buruk. Jika saja kejadian itu tidak terjadi, mungkin semuanya akan baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
A World Of Different Dimensions
Fantasía(Completed) Entah bagaimana bisa, saat terbangun dari tidurnya, seorang wanita dari dimensi lain seperti dimensi negeri dongeng, berada di dalam kamar seorang wanita berparas tampan yg memang hidup di zaman sekarang. Ia jadi harus menyesuaikan diri...