Selamat membaca..."Bersenang-senang baby?"
Tubuh Marvin menegang mendengar suara rendah dari daddy-nya. Sontak ia langsung menoleh ke belakang dan mendapati wajah sang daddy yang tak bersahabat.
"D-daddy..."
Entah kenapa Marvin merasa takut melihat tatapan Valdo. Ini pertama kalinya ia di tatap seperti itu olehnya.
"Bersiap-siap kita akan pulang." setelah mengatakan hal itu, Valdo pergi dari hadapan Marvin. Entah mengapa Marvin merasa ada yang janggal, kenapa daddy-nya tak memeluknya.
"Daddy!"
Saat akan pergi untuk mengejar Valdo. Tubuhnya sudah terangkat oleh kakaknya Arka.
"Kau membuat kami kelimpungan,sementara disini kau bersantai anak nakal!" geram Arka, ia memukul pantat Marvin gemas.
Marvin mengerucutkan bibirnya, ia mengalungkan lengannya ke leher sang kakak. Fikiran nya melayang mengingat tatapan yang di layangkan oleh daddy-nya.
"Kak..."
"Hm?"
"Apa...daddy marah?"
"Siapa yang tahu."
Jawaban itu membuat hati Marvin tak tenang. Duh kalo gini ceritanya sia-sia dia bersantai selama ini. Udah ga ada adegan baku hantamnya, ia akan karna omel kakak cantiknya, dan juga daddy-nya marah padanya.
Zora yang melihat itu hanya terdiam, jangan lupakan kikikan pelan yang membuat telinga Marvin berdenyut. Sial fikir nya.
Sementara di ruang keluarga.
"Jelaskan secara rinci," Valdo memandang Vale dengan tatapan membunuhnya.
Sial, Vale harus berhadapan dengan aura yang sama seperti milik Marvin. Ini menyesakkan.
"Pertama, kendalikan dirimu Valdo. Kau membuat putraku ketakutan," ujar Vernon berharap ruangan ini kembali nyaman. Dan juga ia merasa kasihan dengan putranya.
"Apa peduli ku." Vernon mendengus.
"A-aku membawa Marvin kesini karena orang bernama Gio itu akan membawa Marvin bersamanya. Jadi aku mengusulkan membawa Marvin kesini terlebih dahulu. barulah dia," jelas Vale.
"Lalu, dimana bajingan itu?"
"D-dia berada di apartemen milikku." Tanpa menjawab Valdo pergi dari sana tak lupa ia menatap tajam Draven.
"langsung pergi?" tanya Draven.
"Lalu apa, kau mau aku memporak porandakan mansionmu?"sinis Valdo.
"Ayolah kawan, bersantai lah sejenak," usul Draven.
"Hmph."
Valdo melanjutkan langkahnya. Setelah pria itu keluar barulah Vale bernafas lega.
"Fyuhh..."
"Jadi, apa memang benar begitu alasannya?" tanya Jemisha.
"Tentu saja tidak oma, awalnya aku memang berniat membawa kabur Marvin."
"Hmph, satu ruangan dengannya saja tubuhmu bergetar," ejek Vernon.
"Ck...siapa yang tau jika dia mempunyai sikap bengis melebihi mu," dengus Vale.
"Mengkambing hitamkan pria itu, haha malang sekali nasibnya," Jemisha terkekeh.
"Yah itu memang pantas untuk nya."
"Kurasa..."
🐖🐖🐖🐖🐖🐖
Marvin tidak bisa berhenti menggigit kukunya. Ia berjalan kesana kemari untuk mengurangi kegelisahannya.
Ini sudah sehari sejak ia kembali dari Mansion Albion. Tapi tak ada tanda-tanda Valdo menemuinya.
Ia juga di perintahkan untuk tidak keluar dari kamarnya. Oh apakah ia di hukum?
Arghh, Marvin tak peduli, ia berjalan keluar dan langsung membuka pintu. Di depan sudah ada Geo dan satu pengawal lainnya yang berjaga didepan pintu.
"Anda mau kemana tuan muda," tanya Geo.
"Mencari daddy," jawab pemuda itu.
"Tuan Valdo menyuruh anda untuk tetap di kamar anda," balas Pengawal satunya.
"Ck, bukankah sudah ku katakan jika aku akan mencari daddy!" geram Marvin, ia beranjak pergi namun tangannya di cekal oleh Geo.
"Mohon tetap di kamar anda tuan muda," ujar Geo.
Plakk
Geo tertoleh akibat tamparan Marvin. "Sejak kapan kau mengabaikan ucapanku Geo!"
Geo menunduk. "Mohon maaf tuan muda, ini sudah perintah dari tuan besar,"ujarnya.
"Oh begitu?"
"Baiklah, aku tidak akan kemana-mana. Tapi pastikan jangan ada satu manusia pun masuk kedalam kamarku!" perintah Marvin.
"Jika kau juga mempertanyakan perintahku. bersiaplah, kau tak akan bisa menemui ku kembali."
Setelah mengatakan itu, Marvin masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa ia mengunci kamar itu dari dalam.
Setelah menguncinya, Marvin mendorong beberapa furniture yang ada di dalam kamar untuk mengganjal pintu. Ia juga mengunci dan menutup balkon kamar.
Jangan lupakan mata yang sudah berkaca-kaca siap untuk meluncurkan air matanya kapan saja.
Marvin juga mencari semua sudut cctv yang ada di kamarnya tanpa celah, kemudian menutup semuanya dengan kain.
Marvin benar-benar membiarkan dirinya tertutup dari dalam.
Valdo yang melihat itu membiarkan Marvin berbuat semaunya. Putranya perlu di beri hukuman agar tidak berlebihan. Tak tahukan dia bahwa dirinya sangat khawatir saat mendengar putra kesayangannya itu menghilang dari pandangannya.
Valdo sedikit marah dengan bungsunya itu. Ia kembali menyibukkan dirinya dengan berkas yang harus ia kerjakan.
_________
Waktu menunjukkan jam 1, Valdo sampai di pekarangan Mansion yang sepi, hanya ada beberapa pengawal yang berjaga. Wajar saja karena Ini sudah tengah malam.
Ketika masuk kedalam, dahinya mengernyit melihat Arka yang berteriak memanggil Marvin di depan kamarnya.
Segera ia ke atas menghampirinya.
"MARVIN BUKA PINTUNYA!"teriak Arka.
"Ada apa Arka?" tanya Valdo.
Arka yang melihat Valdo datang hanya menhela nafas berat. "Sejak tadi pagi, Marvin sama sekali tidak keluar dari kamarnya, ah itu perintahmu sih...
"Maksudku, Marvin sama sekali tak makan. Pintunya terkunci dari dalam," jelas Arka.
"Biarkan saja," ujar Valdo.
"What the f"ck!?"
"Biarkan saja anak itu meratapi kesalahannya. Besok pasti nya ia akan keluar dengan.sendirinya karena lapar," ucap Valdo kemudian pergi dari sana.
"Orang tua sialan, jika terjadi sesuatu dengan Marvin pastikan kau tidak menyesal!"
Sementara di dalam, Marvin memegang perutnya yang terasa sakit. Biasanya ia makan dengan teratur tapi hari ini ia bahkan tak meminum air setetes pun.
"Shhhh," desisnya menahan sakit.
Keringat bercucuran di dahinya. Ia tidak bercanda akan hal ini. Perutnya tidak bisa di ajak kompromi.
( ͡° ͜ʖ ͡°)
Ngab...
KAMU SEDANG MEMBACA
Marvin 2 ✔
Teen Fictionbook kedua dari Marvin, jadi yang belum baca silahkan ke book satunya ye biar nyambung. Bahasa campur aduk. keep halal sistah!🦊