20.

5.8K 858 121
                                    







"Hey kak cepat beritahu daddy jika aku menginginkan es krim!!" sewot Marvin.

Arka mengerutkan keningnya. Dan menoleh ke atas dimana sang adik menatapnya dengan wajah sebal. Tentu saja ke atas karena Arka sedang duduk sementara Marvin berdiri.

"Apa kau sudah memakan makan siang mu Marvin?" tanya Arka yang di jawab gelengan oleh adik.

"Obat?"tanyanya lagi dan ia mendapat jawaban yang sama.

"Aku hanya menginginkan es krim kakak,"kekeh Marvin. Ia tetap menginginkan minuman dingin itu.

"Kau akan mendapatkannya baby," jawab Arka yang membuat sebuah senyuman terbit di wajah manis pemuda itu.

"Tapi setelah kau menghabiskan makan siangmu dan meminum obatmu." senyum itu seketika luntur, Marvin mendengus, daddy sama kakaknya sama saja, sama sama tidak peka huh.

"Kak, aku kenyang!"

"Turuti perintah kakak Marvin, jangan sampai kakak memaksamu lalu membawa mu ke london untuk berobat!" tegas Arka.

Marvin yang mendengar nada tegas kakaknya yang terdengar tak ingin di bantah itu  hanya menghela nafas pelan. Dengan langkah gontai, ia kembali ke ruang makan.

Marvin mendongak menatap daddynya yang tersenyum cerah kearahnya. Lagi-lagi pemuda itu hanya mendengus dan berjalan ke arah Valdo tak lupa dengan jalan yang ia hentakkan.

Valdo terkekeh pelan melihat wajah putranya yang tampak menggemaskan.

Di usianya yang sudah 24 tahun, sikap putra bungsunya itu benar-benar random. Nakal, tengil, manja, seperti anak kecil. Mungkin jika di hitung sikap dewasa seorang Marvin itu hanya 2% dari sikapnya yang random. Ah ada lagi satu, yaitu sikap psycho milik Marvin.

Meski seperti itu, Valdo tetap menyayangi putranya. Marvin itu separuh jiwanya.

"Nah sini," ujar Valdo sembari menepuk pahanya meminta sang putra untuk duduk di pangkuannya.

Marvin tidak menjawab, wajahnya tetap menampilkan ekspresi kesal, namun tak ayal.ia tetap duduk sesuai yang di inginkan Valdo.

"Menyebalkan," gumamnya yang masih di dengar oleh Valdo.

Valdo tak menghiraukan gumaman Marvin, pria paruh baya itu mulai menyuapi putranya. Dengan telaten dan penuh perhatian.

Akhirnya setelah 30 menit berlalu Marvin menghabiskan seluruh makanannya.

Setelah itu, ia mendapatkan 2 kotak es krim yang ia minta. Dengan mata berbinar dan semangat 69 pemuda itu memakan rakus es krim tersebut.

_____________________

"Ga! Ini ga bisa di biarkan!" teriak Marvin frustasi, ia melemparkan sebuah kertas yang tadi di pegang nya, sebelum melempar pemuda itu juga merobeknya.

Air matanya mengalir deras. Satu tangannya menutup mulutnya tak percaya, ia tak boleh ini semua terjadi.

Ia tak mau nantinya ia menyesal. Marvin memutuskan untuk menyerah pada egonya, ia sudah tak tahan. Ia akan menyerah dengan semuanya. Membiarkan takdir berjalan semaunya!

Semua orang yang berada di hadapannya, melihat pemuda itu dengan berbagai tatapan. Geo yang melihat tuan mudanya seperti frustasi, bergerak untuk menyentuh bahu bergetar tuan kecilnya , namun sebelum itu sebuah tangan menyentaknya.

Marvin, pemuda itu menyentak tangan Geo sebelum menyentuhnya dan menatap nyalang pelayan pribadi nya itu.

Sedetik kemudian bibirnya mengerucut lucu. "BAGAIMANA BISA GEO SI BEDEBAH INI AKAN MENIKAH!" teriaknya histeris dan menunjuk Geo.

"Marvin tenangkan dirimu," ujar Arka sembari mendekat ke arah adiknya dan mengusap dada sang adik yang sedang kembang kempis itu.

"BAGAIMANA BISA AKU TENANG, ENAK SAJA DIA. AKU TUAN NYA SAJA BELUM MENGREPE GREPE JANDA, EH DIA MALAH MAU NIKAH. GA, GA MARVIN GA TERIMA!" sarkas Marvin, sontak saja Arka menabok bibir merah adiknya yang berbicara ngelantur. Valdo hanya mendelik menatap tajam putranya.

"Mulutnya, kamu masih kecil ga ada wanita di dalam kamusmu," ujar Valdo tegas.

"Heh, enak saja anak kecil. lihat burungku saja sudah lumayan," sinis Marvin menepuk bangga juniornya.

Mereka menatap datar Marvin, astaga ada-ada saja kelakuan oemuda tengil di hadapan mereka ini.

"Tetap saja, kau tidak kakak izinkan mendekat dengan wanita manapun!"

Marvin langsung menoleh ke arah kakaknya. Enak saja kakaknya ini bicara, "Terus apa? Kakak mau, aku jadi Gay?"

"Tidak ada yang menyuruhmu Marvin," balas Arka.

"POKOKNYA AKU GA TERIMA!"

"Apa kau tak kasihan dengan Geo, di umurnya yang segini ia masih menjadi perjaka tua?" tanya Valdo yang langsung menohok Geo.

"Y-ya kasian sih," jawab Marvin menggaruk pelan lehernya yang tak gatal.

"Lalu, maumu bagaimana?" tanya Arka lembut, tangannya tak berhenti mengelus rambut adiknya.

"Hmph, bawa aku keluar negeri-

Mereka bertiga sontak tak terima, saat akan membantah ucapan Marvin mereka di kejutkan dengan ucapan selanjutnya.

Aku ingin berobat dan menghadiri acara pernikahan Geo dengan sehat walafiat," ujar Marvin.

"Apa itu benar Marvin?" tanya Arka memastikan.

"Yah, tentu saja dengan syarat,"balasnya.

"Apapun syaratnya akan daddy lakukan untukmu. Kau mau syarat seperti apa nak?" Ujar Valdo dengan nada bergetar.

"Aku ingin Geo, menikah setelah aku dinyatakan sembuh Total!" ucapnya lantang.

Pria dewasa di hadapannya tak bisa tak menampilkan wajah bahagia mereka. Mereka juga tak bisa menahan isak tangis haru akan jawaban oemuda kesayangan Dorofey itu.

"T-tuan muda, saya akan menunggu selama apapun itu, demi anda," ujar Geo. Satu tangannya menutup matanya agar sang tuan kecil tak melihat air matanya yang meluruh.

Sungguh apapun yang diminta Marvin akan Geo lakukan. Yang terpenting adalah kesehatan sang tuan.

"Kau benar baby, bahkan Geo siap untuk menjadi perjaka yang lebih tua dari sekarang," tambah Arka yang membuat Geo menatap rendah Arka.

Arka hanya mengangkat bahu acuh minat tatapan Geo.

Marvin hanya mengangguk -anggukan kepalanya, kemudian mengangkat tangannya ke atas menampilkan jari telunjuknya. "Ada syarat lagi!"

Mereka menatap Marvin.

"Apa itu?" tanya Geo.

"Geo harus menikah dengan pilihan Marvin!"

Mereka hanya menganggukkan kepalanya. Geo juga tak keberatan dengan itu.

"Tapi, apa tak apa. Undangan sudah tersebar ap-

"Itu tak apa tuan muda, demi anda saya tak keberatan dengan hal tersebut" potong Geo cepat.

Marvin menatap haru ajudannya itu, ia melangkah kedepan dan memeluk erat Geo.

Yah ini keputusannya, memutuskan secepatnya sembuh dan menghilangkan egonya. Ia tak ingin saat pernikahan Geo, saat hari bahagia Geo. Ia melihat wajah sedih Geo di hari bahagia miliknya.

Ia harus lebih berusaha lagi untuk itu. Ia tak ingin Geo kehilangannya. Ia juga tak ingin daddy serta kakaknya kehilangan dirinya.

Dirinya yang keren nan tampan ini.

Ia sudah bulat dengan tekadnya. Tekad ingin sehat kembali sedia kala. Melihat Geo tersenyum dengan menggandeng anaknya kelak.

Ah jangan lupakan juga juniornya juga butuh di manja-manja. Tentu saja ia juga akan mencari nanti.

Enak saja semua pria yang ada di dekatnya, sudah merasakan apa itu ena-ena sementara dirinya malah nelangsa, dalam merapatapi kejombloannnya.





                                             ( ͡ಥ ͜ʖ ͡ಥ)


Halo ngab... Pa kabar?

Marvin 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang