5.

8.6K 1K 63
                                    

Pagi-pagi sekali Marvin bangun dengan sendirinya, ia juga membersihkan dirinya tanpa bantuan Geo.

Saat ini ia sudah duduk tenang di meja makan dengan senyuman yang tak bisa ia tahan. Ia senang akhirnya bisa melanjutkan aktifitas kemarin. Tapi ia harus sekolah dulu, Marvin adalah anak yang rajin.

"Apa yang membuat anak daddy ini senang hm?" Valdo sudah tau apa yang membuat Anaknya senang.

"Apa? Ga senang? Betumbuk kita?" sewotnya membuang muka. Ia kesal dengan pria tua itu, kemarin setelah tidur siang, ia bahkan tidak di perbolehkan ke ruang bawah tanah.

"Aish..." Valdo terkekeh, ia mengusak rambut putranya yang langsung di tepis oleh empunya.

"Marvin, seperti perkataan daddy. Kau akan di dampingi Geo," ujar Valdo menatap Marvin yang menatapnya sengit.

"Iya,iya!" ketus Marvin. "Lagian nyamar pun percuma, paling mereka udah tau." lanjutnya.

Rasa-rasanya ia ingin mencekik daddynya tapi jangan, kasian mana udah tua.

Tak apa lah lagian ia juga tak sabar untuk nanti.

"Sudah, kita akan memulai sarapan."

Setelah perkataan Valdo mereka makan dengan khidmat, Kecuali Marvin yang tengah mengetuk-ngetuk meja. Bagaimana dengan sarapan? Tenang ia di suapi oleh Geo.

Hanya ia yang rusuh, namun yang lain sama sekali tidak merasa terganggu dengan itu.

Tak lama kemudian.

"Daddy, selesai!" seru Marvin mengambil piring nya dan menunjukkan nya ke arah Valdo. Daddy nya hanya tersenyum mengangguk.

"Minum susu, Vitamin, cuci tangan. Baru boleh berangkat!" ujar Deya mengingatkan. Marvin mengangguk lucu dan melakukan apa yang di suruh kakak cantiknya.

Memang sejak ada Deya kesehatan Marvin benar-benar dijaga.

"Kakak sudah!" teriak Marvin sambil berlari dari arah wastafel.

"Jangan berteriak baby, atau tidak ada sekolah untukmu," tegurs Deya.

"Aku tidak," jawab Marvin menggelengkan kepalanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Kamu iya."

"Tidak!"

"Baik, baik. Lekas berangkat baby, jangan jajan sembarangan, jangan bermain lama sampai lelah. Jangan jauh-jauh dari Geo, ada apa-apa beritahu padanya, atau kau bisa menghubungi kami. Jangan makan di kantin, makan siangmu akan di antar nanti," ucap Deya panjang lebar.

Valdo dan Arka hanya menyimak.

Marvin hanya mengangguk mendengarkan wejangan dari Deya, "kakak sudah?" tanyanya. Ia tak mau mendengarkan wejangan dari kakaknya lagi.

Deya mengangguk, mengecup kening adiknya. Lalu mengecup pipi suaminya. "Kamu juga by, jangan keluyuran habis kerja langsung pulang. Mengerti!" ujarnya garang ke arah Arka yang membuat suaminya itu tersenyum kikuk.

"Ah untuk daddy, berhentilah bermain-main. Jika ingin carilah wanita yang tidak lemah," sembur Deya menyindir mertuanya.

Valdo sendiri melongo, bagaimana menantunya tau. Ia menoleh dan menatap tajam putra sulungnya, Arka hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu.

"Ekhem, kami berangkat dulu," ujar Valdo oada akhirnya.

"Hati-hati di jalan."

"Bye bye kakak cantik!" seru Marvin melambaikan tangannyaa.

Skip

Marvin mengikuti pelajaran dengan baik, senyum tak luntur dari wajah manisnya. Semua yang ada di kelas menatapnya takut-takut. Karena di belakang nya terdapat pria yang kemarin membawa kevin dan teman-temannya. Tak lain dan tak bukan adalah Geo.

Guru yang di depan menatap heran pria dewasa yang berada di dalam kelasnya. Ingin menegur tapi ia urungkan melihat tatapan tajam dari Geo.

Yah. Mereka tak tahu identitas Marvin. Marvin tetap kekeuh tak ingin membocorkannnya, cukup Geo dan beberapa pengawal dari jarak jauh saja.

Brakk!!

"DIMANA ANAK SAYA!" Teriak wanita paruh baya di depan kelas dengan wajah penuh amarah.

"B-buk ada apa ini?" tanya guru di depan.

"ANAK SAYA KEVIN TIDAK PULANG DARI KEMARIN!" Marvin terkekeh mendengarnya. Ternyata wanita yang marah-marah di depan itu adalah ibu dari Kevin.

"A-anda bisa ke ruang k-kepala sekolah," jawab sang guru.

Wanita itu pergi dari sana menuju ke ruang kepala sekolah.

"Kemarin siapa terakhir kali bersama Kevin?" tanya guru serius. Pantas saja dari kemarin ia tak melihat murid didiknya itu, bukan hanya kevin tapi 5 anak didiknya juga tak ada.

"Marvin pak," jawab salah satu siswa berkaca mata yang di ketahui adalah ketua kelas.

Geo menatap siswa itu tajam. Siswa itu mendadak gugup. Apa yang ia lakukan salah?

"Marvin ke ruang kepala sekolah sekarang!" titah guru itu.

"Geo, apa aku harus kesana?" tanya Marvin memiringkan kepalanya menatap Geo.

"Saya akan mengikuti kemanapun tuan muda," balas sang ajudan menatap tuannya dengan senyuman.

"Gendong," rengek Marvin merentangkan kedua kedua tangannya. Dengan senang hati Geo menggendongnya.

Seluruh murid yang ada di kelas menatap heran ke arah mereka, apalagi Marvin. Didalam benak mereka, siapa Marvin sebenarnya. Mengapa ia di jaga oleh orang yang menyeramkan dan selalu menerima apapun permintaannya.

____________

Dapat Marvin dengar suara teriakan di ruangan kepala sekolah. Ia masuk dengan tetap berada dalam gendongan Geo.

Saat mereka Masuk seluruh tatapan menuju ke arah mereka. Bisa Marvin tebak jika mereka semua adalah orang tua dari anak yang mereka sekap.

Marvin turun dari gendongan Geo dan mendekati meja kepala sekolah.

"Ada apa pak?" tanyanya polos.

"Kau kemarin bersama kevin?" tanya kepsek datar.

"Aku tidak."

"JANGAN BERBOHONG! SEMUA MURID DISINI MENGATAKAN JIKA ANAK SAYA DI SERET OLEH TEMANMU INI!" teriak wanita Cantik dengan polesan plastik oh maksudnya operasi plastik. Ibu dari Widya.

"Geo~" Marvin berlari ke arah Geo dan memeluknya erat.

"Saya hanya membawanya keluar untuk saya hajar," ujar Geo.

"APA? BERANINYA KAMU MENGHAJAR ANAK SAYA!" Teriak pria tua di sebelah nya. Ayah dari Rama.

"Awas saja jika terjadi sesuatu dengan putra saya, saya akan tuntut kamu!" lanjut ibu Rama.

"saya berani, dan saya juga bisa menuntut kalian semua. Bahkan kepala sekolah sekalipun. Anak anda sekalian membully tuan muda kami," ujarnya tenang.

"Atas apa kau mau menuntut saya!" jawab kepsek emosi dirinya di bawa-bawa.

"Anak saya juga tak akan membully dia. Bisa saja kan dia mengarang cerita," ujar ayah dari Nabila. Putrinya tak mungkin membully.

"Tuan muda saya di bully dan anda membiarkannya? Itu sebuah kesalahan yang fatal tuan."

"Dengar, aku bahkan bisa membunuh kalian saat ini juga. Tapi tidak mungkin saya lakukan, karena urusan kalian dengan tuan saya," ujarnya mengangkat Marvin.

"Dorofey. Ingat, nama dari keluarga tuan muda saya," ujarnya kemudian beranjak keluar. Marvin menelunsupkan wajahnya ke ceruk leher Geo.

Meninggalkan kepala sekolah yang menegang dan para wanita yang masih menatap kesal Geo tanpa tau makna dari ucapan Geo. Lain hal nya dengan oara yang  juga ikut tegang mendengar keluarga Dorofey.

Mereka tau keluarga itu. Fikiran mereka melayang, apa yang di lakukan anak mereka hingga membuat keluarga Dorofey ikut andil.

Jika itu benar, maka mereka tak bisa menolong anak mereka. Mereka hanya bisa memohon ampun nan nantinya.

Marvin 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang