4.

9.5K 1.1K 295
                                    


Kadal besar bawa makanan
Untuk di makan dekat buah rambutan
Selamat malam untuk kalian
Yang di tinggal tanpa kepastian....

Pffttt...

"Tetap di tempatmu Marvin!"

Valdo menghela nafas lelah saat Marvin sedari tadi memberontak meminta di lepaskan. Untuk apa? Tentu saja untuk 6 orang remaja yang tengah di sekap.

"Ga mau pokoknya!" mana mau dia cuma tiduran ga jelas di ranjang sementara hal menyenangkan sedang menunggunya.

Lagian ia punya dendam terselubung. Enak saja kalau 6 orang itu tidak di apa-apakan, ia merelakan tubuhnya di pukuli yang daddy-nya saja tak pernah memukulnya.

Ya meski itu niatnya sih. Tapi itu tetap salah mereka!

"Mereka belum di apa-apakan nak," Valdo memegang dahinya yang berkerut. Selain berubah menjadi manja putranya juga keras kepala.

"Ish aku cuma mau ketemu mereka daddy," cicit Marvin menatap Daddy-nya bak kucing minta di pungut.

"Marv-

Marvin memalingkan wajahnya. Berjalan mengehentakkan kakinya dan keluar dari kmar mengabaikan Valdo yang terus memanggilnya.

Brakk..

"Kakak Deya," rengek Marvin memanggil kakak cantiknya.

Deya kaget bukan main. Bukan karena gebrakan pintu melainkan keadaannya. Dia tengah di grepe grepe oleh suaminya. Ia maupun Arka hanya melongo melihat Marvin yang datang dengan tatapan imutnya.

"Loh kakak!" setelah sadar jika sang kakak cantiknya dalam bahaya. Marvin dengan sekuat tenaga menendang Arka hingga sang empu tersungkur ke lantai dengan wajah pas mencium lantai.

"Kakak tenang saja ada Marvin yang nyelametin kakak dari buaya!" seru Marvin menaiki ranjang duduk dihadapan Deya menutupi kakaknya dengan tubuh mungilnya.

"Pfftt buahahah..," Deya tertawa dengan lepas duh adiknya ada-ada saja.

"Ish kakak kok malah ketawa sih!" gerutu Marvin.

"Gak papa. Ada apa hm?" Deya mengusap rambut adiknya lembut. Marvin membalikkan tubuhnya menghadap kakak cantiknya.

"Kak masa daddy ga bolehin aku ke ruangan bawah tanah sih. Kan aku mau ke anak-anak itu," adunya menampilkan wajah murungnya. Ia memeluk Deya manja.

Sekarang dia mengerti masalahnya. "Kakak tanya adek jawab jujur yah." Marvin mengangguk.

"Luka mu masih sakit?" Marvin mengangguk.

"Kalau begitu tunggu kamu sem-

"Gak!" Porong Marvin.

"Pokonya ga mau!" Marvin menatap Deya dengan mata berkaca-kaca.

Deya mencubit pipi pemuda yang Tengah menangis di depannya ini. Gemas dia tuh umur udah 24 tahun tapi kelakuan nya tetap bikin gemas. Ga aman buat jantung.

"Ya sudah sana. Nanti kakak yang bilang ke daddy," ujarnya.

"Yeayyy sayang kakak!" Marvin mengecup kedua pipi Deya dan memeluknya. Setelah itu dia turun dari ranjang.

"Akh!" rintih Arka saat Marvin tak sengaja menginjakknya setelah turun dari ranjang.

"Dasar anak itu!" kesalnya.

"Adikmu itu," ejek Deya, Arka hanya menatapnya kesal. "Mau melanjutkan?" tanya Deya mengusap dadanya sensual. Tak lupa memainkan lidahnya, membuat libido Arka yang tadinya lemas karena kaget. Akhirnya tegak kembali setegak tiang bendera.

Marvin 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang