Kyaaaaa!!! Selamat membaca!! Kyaaa!!!
Sudah 1 minggu kepulangan Marvin dari rumah sakitt, Mansion kembali ramai oleh pemuda tersebut. Mereka bernafas lega mengetahui jika tuan muda mereka baik-baik saja.
Marvin juga memaafkan Valdo begitu saja. Ah tidak, lebih tepatnya Marvin meminta sebuah mobil yang menarik pandangan bocah tersebut.
Mobil lawas, Aston Martin DBR1 dengan harga 22,5 juta dollar atau setara dengan 296 miliar. Harga yang fantastis untuk mendapatkan maaf dari Marvin.
"Tuan muda, mobilnya sudah bersih. Selanjutnya apa yang harus saya lakukan?" ujar Geo.
"Hmm..." Marvin berpose ala orang pemikir. Dia sudah mendapatkan apa yang ia mau, tetapi ia malas untuk menyetir. Dari pada itu menginginkan mobil itu bukan untuk di pakai.
"Emm buat pajangan aja di halaman depan mansion. Buat sebuah ruangan kaca yang sekiranya pas dengan ukuran mobilku," jawab Marvin.
Geo hanya mengangguk dan segera pergi untuk melakukan perintah tuannya. Bersamaan dengan itu Arka muncul dan menghampiri Marvin.
"Mau kakak ajarin menyetir?" tawar Arka pada sang adik yang kini sudah ada di gendongannya.
"Hilih, siapa kemarin yang ngajak balapan tapi kalah," jawab Marvin mencebbikkan bibirnya.
"Lagian Marvin juga bakal jarang nyetir sendiri "
"Kenapa?"
"Nanti kang supir ga ada gunanya."
Arka tergelak mendengar jawaban adiknya. Segera ia cubit hidung bangir Marvin dengan gemas.
Pria dewasa itu membawa sang adik ke arah sofa di ruang keluarga. Ia duduk dengan Marvin tetap berada di pangkuannya. Jika dteliti kembali raut wajah Arka menatap belakang sang adik dengan sendu.
Pria itu memeluk adiknya dengan erat. Sementara Marvin hanya menyentuh tangan sang kakak yang berada di dadanya. wajahnya hanya tersenyum, ia hanya memaklumi apa yang di lakukan oleh kakaknya.
Seminggu ini, meski ia keluar dari rumah sakit. Marvin tetap merasakan sakit di bagian ulu hatinya. Terkadang juga jantungnya terasa akan meledak.
Ah apa ia lupa memberitahukan, jika ia punya riwayat penyakit magh yang parah dari dulu?
Ia menderita penyakit itu karena keadaannya. Tetapi maghnya tak pernah kambuh setelah ia tinggal di keluarga dorofey. terimakasih atas keprotektifan keluarganya akan makanan yang di konsumsi dirinya.
Dan karena kejadian tempo hari lalu, maghnya kambuh hingga penyakit magh nya menjadi akut, belum lagi lambungnya yang juga bermasalah, begitu pula dengan jantungnya.
Hah lengkap sudah~
Itu sebabnya sampai saat ini, Arka tak berbicara pada Ayahnya. Bahkan ia sudah mewanti-wanti jika terjadi sesuatu tak di inginkan kedepannya, ia tak akan lagi menganggap pria tua itu sebagai ayahnya.
Bukan karena ia naif ataupun labil layaknya remaja. Namun karena keegoisan Valdo, ia harus melihat sang adik yang terus menahan sakit sebelum tidur maupun di hari-hari santainya.
Tetapi Marvin bersikap seolah biasa saja, Seolah penyakit yang di deritanya bukanlah apa-apa.
"Kakak..." panggil Marvin dengan nada merengeknya.
"Apa dek?" jawab Arka.
"Jalan-jalan yuk," usul Marvin.
"Kemana?"
"Hanya sekitar mansion saja, tapi gendong. Hehe," balas Marvin cengengesan.
"Baiklah kita akan jalan-jalan!" ujar Arka bersemangat.
Pria itu mendudukkan Marvin, lalu menyuruhnya berdiri di sofa. Setelahnya ia menggendong Marvin di punggung kokohnya.
Sore itu Arka mengajak Marvin melihat pemandangan di sekitar Mansion. Hingga mereka berhenti pada sebuah danau tepat di ujung kanan Mansion.
Mereka duduk di bawah pohon di dekat danau dengan Marvin yang tiduran sambil berbantal paha kakaknya. Sedangkan sang kakak yang terus mengelus lembut ujung rambut adiknya.
"Marvin."
"Hmm?"
"Kamu mau keluar negeri?" tanya Arka. Marvin mendongak menatap wajah kakaknya.
"Keluar negeri? Untuk apa?" ia balik bertanya.
"Pengobatan mu."
Marvin mengalihkan pandangannya ke arah yang sama seperti sebelumnya.
"Sudahlah kak, aku tak apa. Ngapain keluar negeri sih!" gerutunya.
"Jangan keras kepala, penyakit mu cukup membahayakan nyawamu Marvin," lirih Arka.
Marvin beranjak dari tidurannya. Kemudian duduk berhadapan dengan Arka, kemudian menangkup kedua pipi pria dewasa yang menatap sendu dirinya.
"Kak, ini hanya penyakit normal yang sudah di derita oleh banyak orang. Kakak aja yang terlalu parno," ujar Marvin.
"Dek, ulu hati milikmu terluka, jantungmu juga tak aman," jawab Arka.
"Kak, aku akan baik-baik saja. Kita tak perlu keluar negeri untuk pengobatan ku, karena memang aku tak sakit!" balas Marvin. Pemuda itu memilih pergi dari danau tersebut kedalam mansion.
Hancur sudah moodnya gara-gara kakaknya. Awas saja ia akan meminta barang yang mahal jika kakaknya minta maaf!
Arka hanya bisa menghela nafas, ini sudah kesekian kalinya ia mengajak Adiknya untuk berobat. Tetapi jawab Marvin tetap tidak.
Jauh dari tempatnya, seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka hanya bisa menatap sendu. Tangannya mengepal kuat, menahan isak tangis.
Katakanlah ia cengeng untuk seorang pria dewasa. Tapi, ini menyangkut kesehatan sang tuan muda.
( ͡° ͜ʖ ͡°)
YA AMPUN NGABB!! GIMANA KABARNYA?
SEHAT KAH? KANGEN MARVIN TIDAK!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marvin 2 ✔
Fiksi Remajabook kedua dari Marvin, jadi yang belum baca silahkan ke book satunya ye biar nyambung. Bahasa campur aduk. keep halal sistah!🦊