9.

7.8K 1K 59
                                    

Selamat membaca...

Marvin sudah siap dengan sweater abu-abu yang senada dengan celana pendeknya. Tak lupa ia memakai perhiasan kalung perak yang harganya bisa membeli 1 buah Mansion.

Tak lupa dengan anting di kedua telinga bertindiknya. Marvin memakai sepatu putih dengan kaos kaki yang agak keatas.

Marvin berputar melihat pantulan dirinya. "Sudah ku duga aku memang sangat tampan," gumamnya menempelkan ibu jari serta ibu telunjuknya di dagu.

Marvin kembali berputar-putar memastikan jima ia memang  benar-benar tampan.

Geo yang di belakang mengangguk mengiyakan. Tuan mudanya memang tampan dan manis. Namun jangan sampai mengatakan manis di depan Marvin jika tak ingin di cakar.

Hari ini ia sudah bebas dan di perbolehkan melakukan aktifitas. Setelah 3 hari lalu hukumannya di tambah. Ah sial, ini semua salah Geo karena mengajaknya membeli es krim.

Ia sudah rindu dan tak sabar melanjutkan acara balas dendamnya. Setelah 3 hari ia menahan kebosanannya.

"Yosh Geo! Aku sudah tampan saatnya ke ruang bawah tanah," ujarnya sambil mengepalkan tangannya kedepan dadanya.

Mereka pun beranjak ke ruang bawah tanah dimana Kevin dan yang lain sudah mendekam berhari-hari disana.

Setelah sampai Marvin langsung menatap tajam ke arah Geo.

"Kau tidak memberi mereka makan!" ujarnya menyentak Geo dan mendorong bahu sang ajudan. Ia melihat Kevin dan yang lain lemas.

Ia tak suka jika mangsanya lemas, Marvin lebih suka mangsanya sehat dan kuat.

"Saya sudah memberinya makan tuan," jawab Geo seadanya. Jika mode seperti ini tuan mudanya sedang emosi.

"Lalu mengapa mereka lemas!"

"Mereka membuang semua makanan itu, bahkan tak ayal para maid dan pengawal membawakan makanan kepada mereka setiap 1 jam sekali. Namun tak ada yang di makan," jelas Geo panjang lebar.

Marvin langsung menolehkan pandangan ke arah Kevin. Ia mendekat dan langsung membuka lakbannya kuat. Begitupula dengan yang lain.

"Kenapa tidak kau makan?" tanyanya dengan mada rendah.

"Kau biadab! Bagaimana bisa kami memakan makanan anjing!" jawab Rama tak terima.

"Dasar bajingan!" teriak Nata.

"Lepaskan kami bangsat, aku akan mengadukan ini pada ayahku. Kau tak tau siapa ayahk..

"Ya-ya-ya aku tau ayahmu adalah seorang koruptor bodoh, tidak lebih," potong Marvin cepat. Ia menyumpal mulut Nabila dengan sepatunya.

Sementara Kevin tak banyak bicara, tubuhnya terkadang bergetar dengan sendirinya. Mengingat betapa perlakuan yang sebelumnya ia dapat.

"Ck au ah. Mending ku mulai aja," ketusnya. Ia berjalan ke arah alat-alatnya untuk menyiksa dan mengambil sebuah sapu tangan.

"Geo, ikat kedua gadis itu bersamaan, ingat ikat seperti yang ku perintahkan," titah Marvin.

Kemudian Geo mengikat mereka bersamaan, ikatan mereka punggung ketemu punggung. Tinggi mereka sama, jadi kedua gadis itu sangat cocok jika di ikat bersama. Marvin sudah memikirkan ini sebelumnya maka dari itu ia membunuh widya terlebih dahulu karena gadis itu lebih tinggi dari 2 gadis lainnya.

Ia mengambil dua buah paku dan mendekat ke arah Nata dan nabila.

"Kemarin tangan ini kan yang nampar aku?" tanya Marvin memiringkan kepalanya.

"Mmhh mhhhh!

"Mmmghhh mmghhh!"

"Sstt jangan berisik, aku gamau di hukum lagi nanti," ujar Marvin.

"Geo."

Geo mengangkat kedua tangan gadis itu dan disejajarkan dan di tempelkan kesebuah tiang kayu yang sudah di siapkan.

"Mghhhh!!!"

Marvin memposisikan paku itu di tengah, nata maupun Nabila histeris saat Marvin akan memukul paku itu dengan palu kecil.

Dengan sekali hantam, paku itu tertancap di kedua telapak tangan kanan gadis itu. Mereka menangis histeris, Marvin melakukannya hal yang sama di telapak tangan kiri mereka.

Setelah selesai, Marvin menatap karyanya sebentar, Ia tersenyum tipis.

"Biarkan dulu mereka seper-

Dor

Dor

Dor

Suara tembakan itu terdengar, Marvin sontak menoleh ke arah sang penembak, dan kembali lagi menatap mangsanya.

Semua mangsanya sudah meregang nyawa karena tembakan yang di lakukan oleh Arka dengan wajah datar.

Yah Arka membunuh mereka semua setelah mendengarkan apa yang di lakukan Marvin kemarin. Ia menatap adiknya dingin.

"Kak, Why?" Marvin bertanya dengan alis berkerut ia baru saja akan menikmati ini.

Tidak menjawab Arka malah mendekat ke arah Marvin dan mengangkat anak itu kedalam gendongannya.

Marvin berontak tentu saja. "Marvin diam!" geram Arka.

"Turunin kak, aku baru saja akan menikmatinya kenapa kakak menembak mereka?" takengerti situasi, Marvin tetap Protes.

"Diam Marvin, dan jangan berontak. Atau kakak akan merantai mu ditempat tidur!" ujar Arka dengan sedikit bentakan.

Marvin mengeratkan pelukannya, ia menaruh wajahnya diceruk leher Arka. Air matanya mengalir begitu saja. Ia baru saja di bentak oleh kakakkny.

Bukan bentakan yang keras namun berhasil membuat Marvin menangis. Ia sngat tak mengukai di bentak oleh keluarganya.

Arka mengerti jika adiknya menangis, namun ia tak melakukan apapun selain mengelus punggungnya.

Ia marah pada sang adik. Meski Umur Marvin menginjak dewasa, ia sangat tak rela Marvin melihat hal tak senonoh lainnya.

Arka membawa Marvin ke kamarnya bukan ke kamar Marvin.

Setelah sampai di kamar ia menidurkan Marvin di tempat tidur. Sementara ia mengambil baju tidur motif polos.

Selanjutnya ia mengganti baju adiknya. Marvin hanya diam saja, ia takut jika kakaknya marah.

Arka juga menidurkan dirinya di samping sang adik. Ia tak banyak bicara, ia hanya mengelus punggu adiknya.

Marvin menoleh ke arah Arka memelas dengan tatapan puppy eyes nya. Namun sang kakak hanya menatapnya tajam.

Mata Marvin berkaca-kaca. Ia memeluk kakaknya erat dan menenggelamkan wajahnya di dada bisa sang kakak.

Kembali, Marvin menangis lagi. Ia benar-benar tak bisa di perlakukan seperti ini, Marvin lebih memilih di pukul di hajar dan disiksa dari pada didiamkan seperti ini.

Namun keluarganya tidak akan melakukan hal kekerasan kepada bungsu Dorofey itu. Bagaimana bisa jika mereka saja sangat menyayangi dan menjaganya bak berlian.

Arka tetap mengelus punggung sang adik lembut, meski di wajahnya sangat kentara amarahnya. Adiknya sudah tertidur, namun amarahnya belum reda. Ia butuh pelampiasan, karena tak mungkin baginya, Arka menyakiti sang adik.

Karena adiknya adalah jantung keluarganya.

Setelah puas memandangi wajah sang adik, Arka keluar dari sana. Di luar pintu kamar, ia Melihat Geo yang menunduk.

Arka langsung menarik kerah Geo lalu menyeretnya. Geo meringis, ia seperti tercekik.

Arka terlihat tak peduli, ia tetap membawa Geo dan  menghukumnya karena membiarkan Marvin melihat hal yang tak senonoh.

Namun Geo bisa apa? Jika ia tak menurutia bayi itu, ia akan menangis, marah, ngambek. Dan sebagainya.

Sepertinya Geo lah yang akan menjadi pelampiasan nya hari ini.

Emang jadi babu selalu ternistakan.







Dari sini, aku mulai malas revisi hiks..

Marvin 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang