3.

9.4K 1.1K 102
                                    

Selamat membaca...

"Mau kemana Marvin?" tanya Valdo saat melihat Marvin sudah siap dengan seragamnya.

"Sekolah tentu saja," jawab pemuda itu.

"Siapa yang mengizinkan hm?" Valdo bersedekap dada.

"Tidak ada, Marvin hanya mau sekolah."

Valdo menghela nafas, "Daddy tidak mengizinkan mu sekolah." Valdo tidak terima bungsunya pulang dengan keadaan mengenaskan seperti kemarin.

"Tapi aku tetap akan sekolah!" kekeh sang putra.

"Tidak ada sekolah untuk hari ini! Atau daddy akan merantaimu di kamar tidur Marvin!" bentak Valdo, ia hanya terlampau khawatir dengan putra keras kepalanya ini.

"Yang di katakan ayah benar Marvin, kakak juga tidak mau kau pulang dengan keadaan seperti kemarin." Deya, wanita itu menambahi perkataan Valdo.

"Tapi kak seru rasanya, ayolah." Marvin menatap Deya dengan puppy eyesnya.

"Tidak!"

Penolakan tetap Marvin terima, pemuda menggemaskan itu membuang muka, bersedekap dada sambil mengentakkan kakinya.

"Pokoknya aku mau sekolah, kalau tidak aku marah sama kalian dan mogok makan!" ujarnya.

"Baiklah, ayo berangkat bersama kakak Marvin," ucap Arka yang baru saja nongol.

Dan perkataannya membuat Valdo maupun Deya menatapnya tajam. "Apa? Kalian mau Marvin tidak berbicara dan juga mogok makan?" mereka menggeleng lalu menghela nafas.

"Baiklah daddy izinkan," putus Valdo. "Tapi hanya berlaku selama hari ini. Besok kau sekolah dengan marga dan identitas asli," imbuhnya.

"Tidak ada penolakan atau daddy akan benar-benar menghukumu Marvin. Ayah tidak peduli jika kau tidak berbicara pada kami, karena kami akan memaksa. Jika kamu mogok makan, kita hanya tinggal memanggil dokter untuk memasang selang dari hidungmu." Valdo melanjutkan ucapannya melihat putranya yang akan protes.

Marvin kicep. Tak apa lah, untuk hari ini dia akan bersenang senang.

"Ck dasar bawel," celetuknya mencebbikkan bibirnya ke arah Valdo.

"Nah adik kakak baru tau? Nih yah dia tambah bawel di tambah menantu kesayangannya yang juga sama bawelnya plus galak," bisik Arka.

"Ish iya lah kurasa kakak benar, apalagi tambah kak Deya beuhh- awwhh

Pekik mereka berdua saat dengan teganya Deya menjewer kuping mereka. Tenaga yang kuat untuk jeweran suaminya, sementara jeweran untuk sang adik tidak seberapa. tak adil emang.

"By sakit!" gaduh Arka.

"Biarin suruh siapa menggosip di depan istri, dan juga kau mengajarkan Marvin hal yang tidak benar," omel sang istri.

"Kamu juga Marvin, jangan dengarkan kakakmu ini. Awas aja nakal kakak cubit kamu." semburnya yang membuat Arka dan Marvin terduduk mengangkat tangannya ke atas.

"Maaf," ucap mereka serempak.

Oh astaga Deya tidak tidak bisa menahan kegemasannya.

"Kalian aku maafkan, sekarang cepat katanya Marvin mau sekolah hm."

"Aa cepat kakak bangun!" heboh Marvin menyeret Arka hingga membuat kakaknya tersandung, sialnya sang adik tidak peduli malah terus menyeret sang kakak.

"Astaga mereka itu."

"Loh tuan muda Marvin kemana?" tanya Geo saat tidak melihat tuan mudanya.

"Baru saja berangkat," jawab Valdo kemudian pergi kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke perusahaannya.

Geo hanya terngaga. Tadi dia sudah mengatakan pada tuan mudanya untuk menunggunya karena perutnya mendadak minta di setor.

"Nyonya apa saya memang punya nasib selalu di tinggal?" pundungnya.

"Peduli amat," balas Deya mengangkat bahu acuh lalu pergi dari hadapan Geo.

Jlebbb.

🐖🐖🐖

"Wah wahh masih punya keberanian dia datang kesini guys," ujar Kevin menatap rendah Marvin. Ia fikir Marvin tidak akan kembali karena sudah ia bully sedemikian rupa.

"Woahh lihat lukanya saja masih di perban, berani sekali anak jalang ini bersekolah." Nabila mendekat ke arah Marvin mengelus wajahnya kemudian menamparnya dengan keras hingga Marvin tertoleh.

Telinga Marvin berdengung.

"Sial sakit sekali," gerutu Nabila mengibas-ngibaskan tangannya karena panas. Tamparan yang ia layangkan pada Marvin memang keras hingga tangannya sendiri sedikit nyeri.

"Kau apa kan pacarku hah!" bentak Rama melihat pacarnya kesakitan.

"Dia menyakitiku sayang lihat," adu Nabila memperlihatkan tangannya yang memerah. Rama semakin kesal melihat itu.

"Dasar anak tak tahu diri!" Rama mendorong Marvin hingga ia tersungkur. Siswa yang yang lain hanya bersorak riang melihat Marvin yang tengah di pukuli.

"Woahh hajar terus dia sayang." Nabila menyeringai melihat Marvin yang di hajar oleh kekasihnya.

Rama terus memukul Marvin tanpa ampun, sesaat kemudian Rama tersungkur jauh dari hadapan Marvin.

Bak slow motion Kevin dkk terkejut bukan main melihat Rama yang di tendang oleh pria berpakaian rapi dan di belakangnya juga banyak pria berjas hitam bertubuh gagah.

Marvin menoleh kebelakang, di lihatnya Geo yang berdiri dengan urat-urat tercetak di wajahnya. Ia merentangkan kedua tangannya. Sakit di seluruh tubuhnya luka kemaren bahkan belum sembuh.

Geo mengangkat Marvin ke gendongannya. Marvin mulai terisak saat tubuhnya serasa remuk, ia tak mengira langsung diserang begitu saja.

"Hiks Geo sakit,"isaknya.

"Itu karena tuan muda tidak mendengarkan ucapan tuan Valdo," jawabnya.

"Hiks Geo, Geo, Geo," Marvin mulai merengek, pemuda itu menduselkan wajahnya di dada bidang Geo.

Kevin dkk cengo melihat itu, ada hubungan apa anak yang baru saja di bully dengan para rombongan menyeramkan itu.

Geo mengelus punggung tuan mudanya.

"Bawa mereka." pengawal di belakang menuruti perintah Geo. Mereka menyeret mereka berenam.

"Lepas apa-apaan kalian!" Kevin memberontak. Pengawal yang memeganginya memukul telat di ulu hati membuat sang empu tak sadarkan diri.

"Sialan, kau apakan kekasihku!" teriak Nata melihat kekasihnya tak sadarkan diri. Tamparan yang ia dapatkan hingga jatuh terduduk.

Tak mengidahkan teriakan mereka pengawal itu menyeret mereka dengan paksa, widya maupun nabila hanya bisa terisak, meringis kala tangan kekar para pengawal seakan meremukkan tulang tangan mereka.

Nata pun sama halnya, ja menangis memegangi rambutnya saat pria berbadan kekar itu menyeretnya dengan rambut miliknya.

"Hiks Geo."

"Ssstt tenanglah." kalau seperti ini Geo menjadi tak tega. Ia menaruh wajah tuan mudanya di ceruk lehernya mengelus kepala Marvin berharap tuan mudanya tidur dan beristirahat.

"Pokoknya jangan apa-apakan mereka," lirih Marvin kemudian terlelap.

Geo menggelengkan kepala kemudian pergi dari kelas. Para murid yang melihat kevin beserta antek-anteknya hanya terheran-heran dengan identitas Marvin anak baru yang jadi bahan bullyan. Ada juga yang penasaran apa yang akan di lakukan pada mereka.

Geo menatap gedung sekolah yang menjulang tinggi sebelum masuk ke dalam mobil.

"Tunggu, dan lihat nanti."

Malam ngabb..

Maacih ye Kalen dah mau baca karya author yang berantakan ini❤🥺

Sayang kalian deh. Beneran sayang kok ga pura-pura kek doi kalian yang ga peka :v

Marvin 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang