"Daddy, apa yang kau lakukan?" Marvin bertanya seraya memeluk Valdo dari belakang.
Tadi sesampainya di mansion, Marvin berlari ke atas menuju ruang kerja milik daddynya. Ia melihat Valdo yang begitu serius melihat layar komputernya.
"Daddy sedang mengurus beberapa berkas boy," jawab Valdo. Ia senang di perlakukan seperti ini oleh bungsunya.
"Apa itu penting?" tanyanya memiringkan kepala agar bisa melihat wajah Valdo.
"Ya, tentu saja."
"Apa lebih penting dari ku?" tanya Marvin dengan nada polosnya.
Valdo yang mendengar perkataan putranya. Menghentikan aktifitasnya sejenak. Sedikit memundurkan kursi kerja nya perlahan dan menuntun sang putra ke pangkuannya.
"Kau lebih penting dari apapun nak," ujarnya lembut mengusap rambut wangi nan tebal milik Marvin yang saat ini berwarna campuran hitam dan grey.
"Benarkah?" Marvin membalikkan badannya menghadap daddynya.
"Tentu saja," Valdo gemas ingin mencubit kedua pipi putranya.
"Apa daddy akan memukulku jika aku salah?"
"Tidak, meski kau salah sekalipun. Daddy tak akan memukulmu," mantap Valdo.
"Daddy," rengek Marvin.
"Hm," Valdo membawa kepala sang putra ke bahu tegapnya.
"Tadi Marvin di marahi," adunya sambil memainkan kancing bagian atas kemeja milik Valdo.
Amarah yang tadi ia tahan kini muncul kembali. Ia sudah dengar dari Geo tentang apa yang terjadi di sekolah.
"Lihat saja nanti sekolahan itu akan hancur,"Unar Valdo datar.
Marvin yakin Valdo sangat marah, terbukti dari nafas daddynya yang memburu.
"Daddy, jangan." Marvin menggelengkan kepalanya Ribut.
"Sampai kapan Marvin, hm!?" tanya Valdo sabar.
"Sampai Marvin puas," jawab Marvin tenang dengan senyuman lebar menampilkan gigi putih nan rapinya.
"Nak, kau tau daddy sangat khawatir," ucap Valdo menatap putranya.
"Percaya sama Marvin, aku kuat daddy!" seru Marvin.
"Bagaimana bisa daddy percaya, jika kamu pulang dalam keadaan seperti kemarin anak nakal!" gemas Valdo mencubit hidung Marvin.
"Hehe,"
"Nyengir kamu!" Valdo tak habis fikir dengan fikiran putranya. Entah apa saja yang di rencanakan anak nakalnya ini.
"Dad, kakak kemana?" ia baru ingat jika sedari tadi ia tak melihat kakaknya, maupun kakak cantiknya.
"Kakakmu, terpaksa kembali ke Rusia beberapa waktu yang lalu?" jelas Valdo.
"Tapi, Kenapa?" tanya Marvin lesu. Bagaimana bisa kakaknya pergi tanpa memberitahunya. Jika seperti ini, siapa yang akan di bullynya nanti.
"Ada kendala di sana. Jangan marah hm." Valdo menatap Marvin. Ia tak ingin membuat putranya sedih.
"Sigh, baiklah," Valdo heran. Tumben putranya tidak marah ataupun ngambek?
"Tapi ada syaratnya," Valdo tidak jadi heran. Rupanya sang putra lagi ada maunya.
"Syarat?"
"Ya, syarat!"
"Apa itu?"
"Aku ingin pengawal baru daddy."
Valdo mengernyit. Kenapa tiba-tiba putranya meminta pengawal baru? Apa Geo berbuat suatu kesalahan. Bukannya sang putra sangat menyayangi ajudannya itu.
"Bukankah sudah ada Geo, Marvin. Apa Geo berbuat salah padamu?" Marvin menggelengkan kepalanya.
"Lalu untuk apa kamu meminta pengawal baru hm?"
"Nambah koleksi, bosan lama-lama liat muka Geo terus!" seru Marvin menggebu-gebu.
Valdo tergelak. "Ya -ya boleh ya dad," mohon Marvin. Tangannya ia tadahkan ke Valdo dengan tatapan gak kucing minta di pungut.
"Baiklah, nanti daddy siapkan. Berhenti menatap daddy seperti itu." Dengan sigap Marvin memeluk Valdo erat.
Ia sangat menyayangi daddynya. Apapun yang ia minta pasti akan di turuti langsung oleh Valdo. Berasa kek sugar baby dia mah. Mana manggilanya daddy pula.
Pas inimah!
( ͡ಥ ͜ʖ ͡ಥ)
"Ini pengawal yang kamu pinta boy, namanya Tomi, dan Tomi ini anak saya yang akan kamu jaga" ujar Valdo memperkenal pengawal baru yang akan di jadikan bulan-bulanan putranya.
Tomi menatap Marvin dari atas kebawah penuh selidik kemudian menunduk sopan.
Geo yang sedari tadi berada di belakang Marvin mendekat ke arah Tomi.
"Ada yah? Pengawal natap tuannya gitu? Cuma lo aja deh keknya," celetuk Marvin.
Tomi menegang, apalagi saat aura dingin dari arah kananannya. "Kau, mau saya bakar hm?" dingin Valdo.
"M-maafkan saya tuan. Saya hanya melihat tuan muda yang akan saya jaga," gugup Tomi dengan keringat dingin.
"Ngapa liat gua? Ngepens lu?" sinis Marvin. Kurasa ini akan seru!
"M-maaf tuan m-muda."
"Daddy tinggal dulu boy, kamu bisa mengurus nya?" tanya Valdo. Marvin hanya menganggukkan kepalanya. "Dan kau Tomi, hati-hati dalam bertindak disini, jangan samakan kami dengan keluarga yang selama mempekerjakanmu." Tomi menelan ludahnya kasar, mendengar perkataan Valdo. Apa ia salah memilih tuan?
Setelah Valdo pergi, ia menatap ke arah Tomi.
"Kumaafkan," ujar Marvin.Tomi menyeringai, segampang itu. jika seperti ini mereka sama saja dengan sebelumnya. Ia yakin Valdo hanya membual.
Namun perkataan selanjutnya membuat Tomi menghentikan seringainya. dan berbelok sari pemikirannya.
"Asal kau setubuhi mayat salah satu korbanku." terbalik saat ini Marvin yang tengah menyeringai setan. Ia suka ini!
Tomi terdiam, Apa-apaan ini. Selama ia bekerja, hanya sekarang ia mendapatkan tuan muda seperti Marvin. Lalu apa tadi? Mayat. Yang benar saja.
"Geo, bawa dia keruang bawah tanah," titah Marvin.
Tomi hanya diam saja saat ia di bawa oleh Geo. Didalam benaknya ia berpikir, bagaimana bisa joninya bangun jika yang ia tiduri seorang mayat?
"Jangan khawatir, aku pastikan kau puas," ujar Marvin seolah tau apa yang di fikirkan Tomi.
Tomi melihat dengan jelas seringaian yang terpatri di wajah tampan tuan muda barunya.
"Tapi tuan muda, kenapa bukan yang hidup saja?" protes.
Marvin menghentikan langkahnya. Begitu pula dengan dia maupun Geo. "Jadi, Kau menentangku?"
Tomi merinding.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marvin 2 ✔
Fiksi Remajabook kedua dari Marvin, jadi yang belum baca silahkan ke book satunya ye biar nyambung. Bahasa campur aduk. keep halal sistah!🦊